BAB I PENDAHULUAN. Nasional, Citra Umbara, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dirancang dan disajikan. Dengan dilaksanakannya Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan pendidikan di lingkungan formal dilakukan oleh

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya yang tercantum pada Undang-undang No. 20 Tahun Sejalan dengan pernyataan di atas, Munib (Daryanto, 2004: 34)

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah masalah penting keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu aspek penting bagi bangsa. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm Ibid, hlm. 16

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 telah menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu cara yang digunakan meningkatkan kualitas pendidikan. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sektor utama dalam pembangunan di setiap

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan syarat perkembangan. Perkembangan pendidikan adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: Pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat/bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat/bangsa tersebut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Meningkatkan kualitas pembelajaran biasanya dilakukan dengan cara meningkatkan guru atau instrukturnya, yaitu dengan jalan menuntut guru belajar lebih banyak tentang pengetahuan. Disamping itu juga harus dapat menentukan strategi pendekatan pembelajaran dan metode pembelajaran yang selanjutnya digunakan untuk menyampaikan isi kepada siswa yang sesuai dengan pelaksanaan kurikulum terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Guru seharusnya menyadari bahwa mengajar merupakan suatu pekerjaan yang tidak sederhana dan mudah. Sebaliknya, mengajar sifatnya sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. 2 Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang tepat yang dapat menunjang pendidikan dan membantu dalam tercapainya pembelajaran, karena metode pembelajaran adalah pola penyelenggaraan interaksi belajar mengajar yang 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Citra Umbara, Jakarta, 2006, hlm. 72. 2 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 15. 1

2 dirancang dan disusun serta dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang dipilih hendaknya dapat memberikan tantangan yang bisa membangkitkan ketertarikan siswa dan menimbulkan motivasi untuk semangat belajar. Disamping itu juga, harus dapat menumbuhkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa agar dapat diterapkan dalam menyelesaikan tugas-tugas, sehingga siswa dapat menemukan sendiri hal-hal yang baru. Dalam hal ini siswa ditempatkan sebagai subyek yang harus aktif sedangkan guru sebagai pembimbing, fasilitator dan evaluator dalam kegiatan belajar-mengajar. Pembelajaran yang dituntut dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Untuk menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik, pembelajaran disekolah harusnya berubah dari yang teacher centered menjadi student centered. Adapun metode pembelajaran PAI yang selama ini diterapkan adalah metode konvensional yang cenderung membosankan dimana siswa telah terbiasa dengan pengajaran berpusat pada guru yang hanya memberi materi (reseptif) sedangkan siswa hanya menerima (pasif), siswa banyak dijejali dengan konsep dan latihan yang bersifat fiktif padahal seharusnya pembelajaran PAI bisa memberikan tantangan yang bisa membangkitkan ketertarikan siswa dan menimbulkan motivasi untuk semangat belajar. Pendidikan agama tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan agama, tetapi yang lebih penting adalah menambah rasa cinta terhadap agama agar mereka mempunyai pola pikir sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama diberikan kepada anak didik agar mereka mendapatkan keyakinan benar dalam agama serta mereka mampu mengubah nilai dan sikap mereka yang telah sesuai dengan ajaran agama. Karena itu pendidikan agama merupakan

3 pelajaran pokok yang semakin mendapatkan perhatian, dengan dimasukan ke dalam kurikulum disekolah-sekolah mulai SD sampai Universitas. 3 Pembelajaran Kooperatif merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. 4 Dalam pembelajaran kooperatif siswa setiap siswa harus bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Sehingga pada pembelajaran kooperatif ini belajar dikatakan belum selesai apabila salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai materi pelajaran. Dari tujuan belajar yang ada, pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk digunakan, karena dalam pembelajaran kooperatif ini siswa dituntut untuk aktif dan memiliki sikap terbuka serta demokratis. Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktik pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini, pada masa sekarang masyarakat pendidikan menyadari betapa pentingnya para siswa berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. 5 Dalam konteks ini, siswa perlu memahami makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana siswa harus mencapainya. Siswa sadar apa yang dipelajari akan berguna bagi kehidupannya, sehingga siswa belajar hal-hal yang bermananfaat dan berusaha untuk menaggapinya. Dalam proses ini, siswa membutuhkan guru sebagai pembimbing dan pengarah. Dalam kelas kooperatif, tugas guru adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. Sehingga guru harus mampu menciptakan kelas sebagai laboraturium demokrasi, supaya peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat, jujur, sportif dalam mengakui kekurangannya dan 3 Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar, Citra Media, Surabaya, 1996, hlm 16. 4 Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, UM Press Malang, 2004, hlm. 61. 5 Isjoni, Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 12.

4 siap memerima pendapat orang lain yang lebih baik, serta mampu mencari pemecahan masalah. Perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik interpersonal asalkan menurut aturan diskusi yang baik disertai sikap yang positif dapat membantu menumbuhkan kesehatan mental siswa. Di samping itu, guru juga berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran, agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan. Dengan kreativitasnya, sang guru dapat mengatasi keterbatasan sarana, sehingga proses belajar mengajar tidak terhambat. 6 Dipihak lain, para peserta didik mengharapkan agar sekolah dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan akan pendidikan bagi mereka. 7 Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses pendidikan selain di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Disamping hal tersebut, yang perlu diperhatikan juga adalah perkembangan sosial peserta didik (siswa). Bahwa sekolah adalah juga merupakan tempat siswa untuk dapat hidup bersosial maka sekolah hendaknya juga dapat menjaga dan memperhatikan perkembangan sosial siswa (peserta didik). Perkembangan sosial menunjukkan keseluruhan pola pertumbuhan. Hubungan-hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, penerimaan oleh anggota kelompok, kerjasama dengan teman-teman sekelompok akan menentukan perasaan puas dan rasa aman di sekolah. Dan hal-hal tersebut sangat berpengaruh pada kelakuan dan motivasi belajar siswa. 8 Dengan demikian sekolah merupakan tempat siswa untuk dapat belajar bersosialisasi, yang juga merupakan kebutuhan siswa. Sekolah senantiasa dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan akan pemenuhan kebutuhankebutuhan siswa. Namun dengan kondisi kelas yang terbagi menjadi kelas laki-laki, perempuan dan campuran, apakah siswa dari masing-masing kelas tersebut dapat melakukan proses sosialisasi dengan baik di sekolah. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran, maka dalam metode pembelajaran menggunakan 6 Ibid., hlm. 63. 7 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm: 98. 8 Ibid, hlm. 104

5 strategi pembelajaran Crossword Puzzle. Strategi pembelajaran ini adalah sebuah teka-teki untuk membuat peserta didik berfikir, mencari dan menemukan jawaban. Senada dengan kehidupan yang penuh dengan teka-teki, kadangkala menyenangkan, membingungkan, dan menyulitkan langkah untuk memecahkannya. Sebuah teka-teki bisa memotivasi kesegaran pikiran dari kepenatan, sekaligus menambah wawasan dan mengasah kemampuan otak. Hal ini adalah mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mengetahui prestasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran tersebut. 9 Berdasarkan prasurvey di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus adalah salah satu contoh MTs yang menerapakan strategi pembelajaran strategi crossword puzzle sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. Dari hasil wawancara dengan Ibu Sulasih selaku guru Aqidah di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah strategi pembelajaran strategi crossword puzzle. Sebelum menggunakan strategi crossword puzzle berdampak pada menurunnya minat belajar peserta didik dan semakin tidak pahamnya peserta didik terhadap mata pelajaran dan konsep-konsep di dalamnya dan juga nilai peserta didik tidak mampu melampaui batas minimal tercapainya suatu ketuntasan pembelajaran, yaitu nilai rata-rata masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang sudah ditetapkan madrasah sebesar 73. Tetapi setelah diterapkan pembelajaran strategi crossword puzzle pada mata pelajaran Aqidah Akhlak akhirnya perubahan sangat tampak pada minat belajar siswa, siswa semakin paham dengan konsep-konsep yang saya berikan, dan yang paling menggembirakan adalah nilai peserta didik melampui KKM 10 Peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Cooperative Learning Tipe Crossword Puzzle Terhadap Prestasi belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Maret 2015. 9 Isjoni, Op. cit., hlm. 15. 10 Ibu Sulasih, Guru Aqidah Akhlak MTs Maslahul Falah Undaan Kudus Tanggal 23

6 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan bagian terpenting dalam proses penelitian. Untuk memperjelas arah pembahasan skripsi ini, selanjutnya akan dirumuskan beberapa pokok permasalahan, sebagai berikut : 1. Bagaimana Cooperative Learning Tipe Crossword Puzzle dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015? 3. Adakah pengaruh Cooperative Learning Tipe Crossword Puzzle terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Cooperative Learning Tipe Crossword Puzzle dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Untuk mengetahui pengaruh Cooperative Learning Tipe Crossword Puzzle terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015.

7 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan kajian dan memberikan sumbangan khasanah ilmu pengetahuan bagi pembaca dan bahan rujukan penelitian yang akan mengembangkan penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan evaluasi dan dapat dijadikan pedoman dalam prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs NU Maslakul Falah Undaan Kudus.