BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 IDENTIFIKASI CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN LEBAT NABIRE (77.3 mm) DI NABIRE TANGGAL 03 JUNI 2017 I. INFORMASI KEJADIAN KEJADIAN LOKASI TANGGAL 03 Juni 2017 DAMPAK Telah terjadi hujan lebat sekitar pukul 00.00 09.00 WIT di wilayah Kota Nabire dan sekitarnya. Kota Nabire dan sekitarnya Hujan sedang yang terjadi (± 9 jam) tersebut menyebabkan beberapa genangan air di sekitar ruas jalan di Kota Nabire II. DATA CURAH HUJAN Data Curah Hujan Curah Hujan Terukur (mm) Keterangan Stasiun Meteorologi Nabire 77.3 mm Hujan Lebat III. ANALISA METEOROLOGI INDIKATOR 1. Matahari 2. ENSO (El Nino South Osciilation) 3. MJO (Madden Julian Oscillation) 4. SST (Sea Surface Temperature) 5. OLR (Outgoing Longwave Radiation) KETERANGAN Berdasarkan gambar gerak semu matahari, tanggal 02 Juni 2017 terlihat posisi matahari berada di Belahan Bumi Utara (BBU). Hal ini berarti radiasi matahari akan lebih banyak diterima di daerah BBU dibandingkan dengan di deaerah BBS. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang lebih banyak di daerah BBU yang dapat berakibatkan pada penurunan tekanan dan peningkatan awan awan konvektif di daerah BBU. Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 02 Juni 2017 yang bernilai + 0.54 dan data SOI tanggal 02 Juni 2017 yang bernilai +0.5, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 02 Juni 2017, menunjukkan potensi penguapan dan perawanan di wilayah Benua Maritim Indonesia cukup tinggi dan potensi hujan di wilayah Benua Maritim Indonesia, terutama di bagian timur. Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 02 Juni 2017 yang berada di kuadran IV, sehingga mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. Data model analisis SST tanggal 2 Juni 2017 menunjukkan bahwa suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia cukup hangat berkisar 28 32 C. Analisis anomali SST bernilai positif (+0.5) (+2.0) C di sekitar perairan Nabire. Kondisi ini menunjukkan potensi penguapan yang cukup tinggi sehingga kadar uap air tersedia cukup banyak di sekitar wilayah tersebut. Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 02 Juni 2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Nabire : -10 W/m2 s/d -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih dari rata-rata klimatologisnya..
6. Pola Arus Angin (Streamline) Berdasarkan peta gradient wind analysis menunjukkan diatas terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera Pasifik, yang menyebabkan terjadi pola konvergensi tepat BADAN METEOROLOGI diatas wilayah Nabire, DAN GEOFISIKA yang dapat berperan untuk pembentukan BALAI BESAR METEOROLOGI awan DAN awan GEOFISIKA konvektif penghasil WILAYAH hujan V lebat. 7. Kelembaban Relatif 8. Indeks Labilitas Udara 9. Citra Satelit Berdasarkan data kelembaban relatif tanggal 02 Juni 2017 pada lapisan 850 mb pukul 12.00 & 18.00 UTC wilayah Nabire yaitu kelembaban relatif bernilai 70 90 %. Dapat disimpulkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat, kondisi udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Nabire, Berdasarkan analisis labilitas udara tanggal 02 Juni 2017 pukul 12.00 & 18.00 UTC di wilayah Nabire yaitu : Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Nilai L.Indeks yaitu -2 s/d -3 yang mengindikasikan udara labil & kemungkinan potensi terjadi hujan. Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur. Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH pada tanggal 02 Juni 2017 yang diambil mulai 14.10 s/d 01.00 UTC (23.10 s/d 10.10 WIT) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tunggal (awan hujan) meluas tepat diatas wilayah Nabire. Terlihat kumpulan awan konvektif tersebut bergerak masuk ke wilayah Nabire berasal dari arah barat laut area pergunungan perbukitan di Nabire. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-69) s/d (-75) 0 C yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Nabire pada jam 14.10 UTC. IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa : Secara analisis global, hujan lebat yang terjadi di wilayah kota Nabire dan sekitarnya dipengaruhi MJO, Indeks ENSO serta kondisi SST yang cukup hangat. Adanya pola konvergensi sekitar wilayah Nabire yang menyebabkan terjadinya pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850 mb bernilai 70-90%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat kondisi udara basah, sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif diatas wilayah Nabire Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-69) s/d (-75) 0 C yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kondisi atmosfer yang labil. V. PROSPEK KEDEPAN Untuk 3 (tiga) hari ke depan, wilayah Nabire masih berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terutama pada malam hari dan pagi hari VII. PERINGATAN DINI NIHIL
LAMPIRAN BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA Gambar 1. Track MJO & OLR tanggal 02 Juni 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Gambar 2. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI tanggal 02 Juni 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Gambar 3. Analisa streamline pukul 12.00 & gerak semu Matahari tanggal 02 Juni 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA Gambar 4. Citra Satelit Himawari 8 EH Jam 14.10 s/d 01.00 UTC tanggal 02 Juni 2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA Gambar 5. RH Lapisan 850 mb pukul 12.00 & 18.00 UTC tanggal 02 Juni 2017 (Sumber : bom.gov.au/) Gambar 6. Analisa SST & Anomali SST tanggal 02 Juni 2017 (Sumber : weather.unisys.com/)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA