BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terciptanya keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik. Dalam menciptakan SDM yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan anak balita. Salah satu unsur penting kesehatan adalah masalah gizi. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan efek negatif seperti terlambatnya pertumbuhan badan, rawan penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak (Santoso, 2004). Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi ketidakcukupan asupan makanan. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh tidak memadai. Kekurangan gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang bersifat menetap dan terus dibawa sampai dewasa (Anwar, 2000). Masa balita merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat gizi terutama pada masa balita, untuk itu perlu penyiapan makanan yang mencukupi kebutuhan gizi balita ( Poppy, 2003 ). Data Dinas Kesehatan Provinsi Jateng menyebutkan, tahun 2007 tercatat 15.980 orang mengalami gizi buruk di mana sebagian besar adalah kalangan anakanak. Dari jumlah itu, Pemerintah Provinsi Jateng telah mengucurkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Rp 1,44 miliar untuk mengatasi masalah
gizi buruk. Penderita gizi buruk ditemukan di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) yaitu data dari Dinas Kesehatan setempat dalam tahun 2008 ditemukan dua balita penderita. Tepatnya di Kabupaten Murung Raya (Mura) yang saat ini masih dalam perawatan medis di rumah sakit umum (RSU) setempat. Pada awal 2007 jumlah balita gizi buruk di Semarang 9.163 anak, 41 balita di antaranya meninggal, sedangkan yang sudah dinyatakan sembuh dan menuju sembuh sebanyak 5.315 balita, ada 3.807 balita yang masih menderita dan sisa korban gizi buruk diselesaiakan tahun 2008 (Sismono, 2007). Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar untuk menyiapkan anak menjadi masyarakat yang baik. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu interaksi antara orang tua dan anak, interaksi tersebut mencakup perawatan seperti mencukupi kebutuhan makan. Oleh karena itu peran orang tua dan pola pengasuhan merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan anak (Jas dan Rahmadiana, 2004) Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbuhkembang anak yang optimal. Sebagai contoh, menyusui anak adalah praktik memberikan makanan. Selain itu pemberian bahan pangan untuk makanan seharihari, semuanya berakumulasi dalam membentuk kualitas tumbuh kembang anak terutama pada balita (Husaini, 2008). Pengasuhan psikososial merupakan bentuk interaksi timbal balik antara anak dan orang tua yang akan menimbulkan keakraban dalam keluarga dan pengasuhan psikososial antara lain interaksi antara ibu dalam pemberian gizi ke anak (Zaitlien, 2003).
Data di Kota Semarang tahun 2006, menunjukkan balita yang ditimbang diposyandu Semarang sebesar 79,64%, dengan 75,74% balita beratnya naik. Dari posyandu tersebut dapat terpantau balita yang berat badannya berada di bawah garis merah (BGM) sebesar 2,65% ( Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2006). Berdasarkan data pendahuluan yang diperoleh peneliti, di wilayah kerja puskesmas Desa Rowosari RW 7 kecamatan Tembalang Kota Semarang, didapatkan data jumlah balita dan ibu sebanyak 68. Berdasarkan data tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ada atau tidaknya hubungan antara pola asuh orang tua terhadap status gizi pada balita di wilayah kerja puskesmas di Desa Rowosari Kota Semarang, sebagai bahan skripsi dengan judul Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Rowosari RW 7 Kecamatan Tembalang Kota Semarang. B. Perumusan Masalah Rumusan Masalah penelitian dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara pola asuh orang tua dengan status gizi balita di Desa Rowosari RW 7 Kecamatan Tembalang Kota Semarang. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan status gizi balita di desa Rowosari Kota semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan tentang pola asuh orang tua di Desa Rowosari Kota Semarang b. Mengidentifikasi status gizi balita di Desa Rowosari Kota Semarang.. c. Menganalisis hubungan antara pola asuh orang tua dengan status gizi balita D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Puskesmas Rowosari Untuk meningkatkan program tentang status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas agar orang tua dapat meningkatkan gizi anaknya. 2. Bagi perawat a. Memperoleh informasi dalam pengembangan keperawatan keluarga dalam mendampingi perkembangan anak. b. Mendapatkan cara pendekatan yang efektif dalam meningkatkan status gizi balita c. Sebagai kajian bagi perawat dalam upaya memperbaiki pola asuh orang tua dalam meningkatkan status gizi balita.
3. Masyarakat Mengetahui pola asuh yang tepat dan efektif diberikan dalam meningkatkan gizi balitanya. E. Bidang Ilmu Dari segi keilmuan, penelitian ini merupakan bidang ilmu keperawatan anak dan komunitas. Berfokus pada hubungan pola asuh orang tua dengan status gizi anak di wilayah kerja Puskesmas Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.