BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu cerminan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

BPS KABUPATEN MALINAU

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun. dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BPS KABUPATEN BATU BARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2016

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2015

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS EKONOMI KOTA TOMOHON TAHUN

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2017


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu persoalan yang dihadapi setiap Negara didunia. Baik Negara maju maupun Negara berkembang. Setiap Negara didunia berlomba-lomba untuk meningkatkan pembangunan ekonomi yang lebih baik. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu cerminan keberhasilan pemerintah dalam mengatasi permasalahan seperti kemiskinan, pengangguran, dan permasalahan ketimpangan lainnya. Indonesia sebagai salah satu Negara yang sedang berkembang pun tak luput dari permasalahan pada pembangunan ekonomi. Oleh karena itu setiap tahun pemerintah Indonesia selalu menjadikan pembangunan ekonomi sebagai bagian penting dari program pemerintah indonesia. Pembangunan ekonomi yang belum merata di Indonesia menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat bagi pemerintah untuk mengatasi ketimpangan yang ada di setiap daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih baik mencapai target apabila didalamnya terdapat potensi yang dimiliki daerah tersebut. Seperti sumber daya manusia atau sumber daya alam. Fakta yang ada kenyataannya menunjukkan bahwa perekonomian yang ada di Indonesia mewarisi sifat dari perekonomian yang menganut sifat dualistis seperti yang terdapat pada tesis yang dikemukakan oleh boeke yakni bahwa perekonomian Indonesia di bagi menjadi dua bagian yakni sektor

ekonomi modern yang didalamnya terdapat beberapa bagian (pertambangan, perkebunann, dan perindustrian besar) yang memiliki ciri padat modal dengan sektor tradisional yakni antara lain (pertanian, perdagangan kecil tradisional, dan kerajinan tangan). Perekonomian Indonesia dari era pasca kemerdekaan hinga sekarang masih menganut sifat dualistis dimana perusahaan asing dan perusahaan nasional, industri kecil dan industri besar, perkebunan besar dan perkebunan rakyat, akan dapat berjalan berdampingan (Yuliadi, 2007). Pembangunan ekonomi seharusnya dapat dilaksanakan dengan selaras dan seimbang serta diharapkan dapat berkelanjutan karena diharapkan pembangunan yang dilakukan adalah bagian dari pembangunan nasional. Untuk melaksanakan proses pembangunan dalam tingkat ekonomi nasional diperlukan adanya pembangunan pada tingkat ekonomi daerah yang diharapkan dapat mengurangi tingkat ketimpangan pada setiap daerah serta terciptanya pembangunan yang merata (Wijaya 2006). Salah satu indikator yang menjadi alat ukur dalam menentukan tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi, karena variabel pertumbuhan ekonomi dapat diukur secara kuantitatif. Ekonomi dikatakan tumbuh apabila terjadi kenaikan pada pendapatan (total maupun individu) sehingga dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto dengan mengesampingkan kenaikan yang terjadi pada bertambahnya jumlah penduduk (Murdiono, 2014). Tujuan pembangunan ekonomi salah satunya adalah untuk menciptakan modal yang kuat sehingga dapat meningkatkan hasil dalam bidang perkebunan, industri,

pertanian dan pertambangan. Karena modal akan digunakan untuk mendirikan berbagai macam fasilitas umum disuatu daerah antara lain adanya gedung sekolah, tempat ibadah, gedung rumah sakit, akses jalan raya, jalan kereta api dan sebagainya Jhingan (1992). Menurut Tambunan (2012), pertumbuhan ekonomi yang dilakukan pada suatu daerah serta prosesnya akan saling berkaitan yang kemudian akan berjalan secara terus menurus setiap tahunnya adalah kondisi yang paling utama dalam kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Pertumbuhan penduduk yang akan mengalami peningkatan di setiap tahunnya atau kebutuhan ekonomi yang semakin bertambah sehingga diperlukan adanya penambahan pendapatan setiap tahunnya. Hal ini dapat diperoleh dengan adanya peningkatan barang dan jasa atau PDRB setiap tahunnya. Pada dasarnya, pembangunan ekonomi daerah adalah untuk mendorong pemerataan pembangunan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Output yang akan dihasilkan berupa kesejahteraan masyarakat dan potensi daerah yang ada akan meningkat secara maksimal. Oleh karena itu PDRB merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mencapai target pembangunan ekonomi. Pembangunan pada daerah merupakan sesuatu yang menyatu dengan pembangunan yang dilakukan pada tingkat nasional. Pembangunan ekonomi yang dilakukan seharusnya dapat dilaksanakan dengan sebesar-besarnya demi kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan ekonomi seharusnya dapat memberikan manfaat yang benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh

masyarakat, bukan hanya kepada sebagian masyarakat saja (Saputra 2016). Pertumbuhan ekonomi disuatu daerah dapat tercermin dari pembangunan yang dilakukan oleh daerah tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dapat merubah struktur ekonomi pada daerah, yang outputnya diharapkan dapat menciptakan kesejahteraan pada masyarakat (Hasaniyah 2016). Salah satu indikator penting dalam pembangunan daerah adalah bagaimana daerah tersebut mampu untuk mengidentifikasi setiap potensi yang ada pada sektorsektor ekonomi yang memiliki nilai tambah untuk keberhasilan pembangunan ekonomi (Iswanto, 2015). UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 yang mengatur tentang kebijakan otonomi daerah. Tidak lain dan tidak bukan, tujuan diadakannya otonomi daerah ini adalah agar terciptanya pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pendapatan. UU No. 9 Tahun 2015 merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memberikan otoritas kepada pemerintah daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri dengan mengandalkan potensi yang dimiliki oleh daerah dan karakteristik masyarakatnya sehingga pembangunan yang akan dilaksanakan dapat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat. Kemajuan perekonomian disuatu daerah adalah bukti pencapaian dari adanya peningkatan pertumbuhan perekonomian yang berjalan dengan baik. Pertumbuhan ekonomi secara agregat dapat dilakukan dengan menghitung

PDRB rata-rata yang tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Adanya Keterlambatan pada tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh adanya sektor yang memiliki kontribusi yang cukup besar namun pertumbuhannya dapat dikatakan lamban. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh dengan cepat apabila dipengaruhi oleh adanya sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap totalitas dan tumbuhnya sangat pesat. Analisis yang diperoleh dari PDRB merupakan salah satu alat untuk mengukur kontribusi sektor ekonomi dalam menunjukkan kemampuan sumber daya yang dimiliki disuatu daerah. Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi yang ada dipulau Sumatra. Jambi adalah salah salah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang nama ibu kotanya sama dengan nama provinsinya setelah Bengkulu dan gorontalo. Belakangan ini banyak terdengar isu-isu tentang pembangunan yang dilakukan Provinsi Jambi salah satunya adalah isu tentang tingginya tingkat pengangguran yang semakin bertambah dan angka kemiskinan yang mengakibatkan tingkat kesejahateraan masyarakat menurun. Oleh karena itu pemerintah Provinsi Jambi berusaha membuat kebijakan ekonomi yang berfokus pada usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari kebijakan pembangunan ekonomi Provinsi Jambi adalah deviasi dari tujuan kebijakan yang dilakukan pada pembangunan ekonomi nasional (RPJM Nasional) yakni dengan menggunakan potensi yang dimiliki daerah seperti sumberdaya dan kearifan local pada lapisan masyarakat di Provinsi Jambi.

Secara menyeluruh, tujuan dari kebijakan pembangunan ekonomi di Provinsi jambi Tahun 2011-2015 antara lain: 1) terciptanya peningkatan pada pertumbuhan ekonomi yang memiliki kualitas yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pada seluruh masyarakat serta terciptanya pemerataan pendapatan, 2) menciptakan adanya pembangunan ekonomi yang berkeadilan, 3) melaksanakan pemerintahan yang jujur dengan menjunjung tinggi penerapan pada prinsip-prinsip yakni: akuntabilitas, partisipasi, efisiensi, supremasi hukum,efektivitas, keadilan, dan keterbukaan. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber : BPS Provinsi Jambi GAMBAR 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi Tahun 2012-2016 (persen) Gambar 1.1 di atas mengambarkan kondisi perekonomian Provinsi Jambi tahun 2012-2016 yang sangat berfluktuatif. Pada tahun 2012, laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi sebesar 7,03 persen kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi sebesar 6,84 persen. Pada

tahun 2014 justru pertumbuhan ekonomi di Jambi mengalami kenaikan sebesar 7,35 persen. Selanjutnya pada tahun 2015 laju pertumbuhan ekonomi di jambi kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 4,21 persen. Pada tahun berikutnya mengalami kenaikan sebesar 4,37 persen. Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menjadi lambat, diantaranya adalah menurunnya harga komoditas internasional, depresiasi nilai tukar, ketidakpastian pasar keuangan, serta menurunnya daya beli masyarakat. Kabupaten Batang Hari adalah salah satu dari 11 (sebelas) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jambi. Kabupaten Batang Hari memiliki luas wilayah sebesar 5.804 kilometer persegi dan merupakan Kabupaten terbesar ke empat dengan jumlah penduduk perempuan sebesar 127.614 jiwa dan laki-laki sebesar 133.017 dengan total jumlah penduduk sebesar 260.631 jiwa pada tahun 2015. Kabupaten Batang Hari sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan dalam melaksanakan pembangunan, pelayanan terhadap masyarakat dan pemerintah, memiliki kewenangan yang sangat luas dalam merencanakan, mengelola, serta memanfaatkan potensi ekonomi yang ada secara optimal yang kemudian dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat pada Kabupaten Batang Hari.

TABEL 1.1 Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB Tahun 2012-2016 Sektor 2012 2013 2014 2015 2016 Pertanian, Kehutan, dan Perikanan 39.20 38.37 40.09 40.10 40.09 Pertambangan dan Penggalian 15.96 16.07 14.69 14.08 13.90 Industri Pengolahan 12.78 12.97 12.81 12.64 12.36 Pengadaan Listrik dan Gas 0.04 0.04 0.04 0.05 0.05 Pengadaan Air, Pengolahan sampah, 0.09 0.08 0.08 0.08 0.08 Limbah, dan Daur Ulang Konstruksi 6.17 6.66 6.62 6.74 6.80 Perdagangan Besar dan Eceran; 7.02 7.09 7.09 7.36 7.57 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan 1.52 1.49 1.46 1.49 1.51 Penyeediaan Akomodasi dan Makan 0.30 0.29 0.34 0.35 0.37 Minum Informasi dan Komunikasi 2.65 2.62 2.61 2.71 2.78 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.91 2.00 1.91 1.88 1.83 Real Estate 1.34 1.30 1.23 1.22 1.20 Jasa Perusahaan 0.08 0.07 0.07 0.07 0.08 Administrasi Pemrintahan, Pertahanan 3.83 3.80 4.02 4.10 4.13 dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 4.78 4.80 4.53 4.63 4.71 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.19 1.22 1.29 1.37 1.40 Jasa Lainnya 1.14 1.12 1.10 1.13 1.13 PDRB 100 100 100 100 100 Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari 2016 Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa semua sektor memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan PDRB di Kabupaten Batang Hari. Jika dilihat dari penciptaan nilai tambah untuk pertumbuhan PDRB, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berkontribusi terbesar diantara sektor yang lainnya.

Tahun 2012 sektor pertanian, kehutanan dan perikanan berkontribusi sebesar 39.20 persen, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi sebesar 38.37 persen. Kemudian pada tahun 2014 meningkat menjadi sebesar 40.09 persen dan kembali meningkat menjadi 40.10 persen pada tahun 2015. Pada tahun 2016 sektor ini mengalami penurunan kembali menjadi sebesar 40.09 persen. Meskipun nilai yang diperoleh mengalami naik turun, tetapi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih relatif stabil. Selanjutnya sektor yang berkontribusi terbesar kedua adalah sektor pertambangan dan penggalian. Pada tahun 2012, sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi sebesar 15.96 persen. Kemudian meningkat menjadi 16.07 persen pada tahun 2013. Tahun 2014, 2015, dan 2016, sektor pertambangan dan penggalian justru mengalami penurunan setiap tahunnya. Kontribusi terbesar ketiga adalah sektor industri pengolahan. Sama seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor ini cenderung mengalami penurunan di setiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2012 sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 12.78 persen dan pada tahun 2016 sebesar 12.36 persen. Kontribusi terkecil ada pada sektor pengadaan listrik dan gas, dimana setiap tahun pada sektor ini tidak mengalami peningkatan, angkanya selalu tetap namun kontribusinya sangat kecil, yaitu sebesar 0.04 persen pada tahun 2012-2014 dan 0.05 persen pada tahun 2015-2016.

12 10 8 6 4 2 0 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari GAMBAR 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batang Hari Tahun 2012-2016 (persen) Periode tahun 2012 hingga 2016, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang Hari tidak stabil. Perekonomian Kabupaten Batang Hari pada tahun 2012 sebesar 9,54 persen kemudian menurun pada tahun 2013 sebesar 6,48 persen kembali mengalami peningkatan menjadi 7,56 persen pada tahun 2014. Tahun 2015 laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang Hari kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 4,27 persen dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 sebesar 4,55 persen. Kenaikan atau penurunan pada pertumbuhan tersebut disebabkan adanya berbagai kebijakan yang kurang efektif dalam bidang usaha antara lain naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), tingginya tingkat suku bunga bank, serta disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang kurang baik.

Berdasarkan uraian yang telah di paparkan, maka yang menjadi latar belakang pada penelitian ini adalah dimana akan terjadi peningkatan pada pertumbuhan jumlah penduduk di setiap tahunnya serta membutuhkan kebutuhan ekonomi yang lebih tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Maka dari itu agar kebutuhan ekonomi tersebut dapat terpenuhi perlu adanya orientasi pada peningkatan daerah dengan cara melakukan peningkatan pada sektor-sektor yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap PDRB. Artinya peran pemerintah sangat penting dalam rangka memfokuskan kegiatan pengembangan pada sektor-sektor potensial yang dimiliki daerah tersebut yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi tinggi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Berkaitan dengan uraian latar belakang di atas, pada penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan analisis dan mengkaji lebih mendalam mengenai Analisis Sektor Ekonomi Basis Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Strategi Pengembangannya: Studi Kasus Kabupaten Batang Hari Tahun 2012-2016 A. Batasan Masalah Penelitian Dikarenakan ruang lingkup pembangunan ekonomi daerah yang sangat luas, maka dalam penelitian ini peneliti memberi batasan masalah pada mengkaji sektor-sektor dan beberapa sub sector ekonomi pada Kabupaten Batang Hari sebagai indikator yang dilihat dari nilai Produk Domestik Reginal

Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan berdasarkan data tahun 2012-2016. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan batasan penelitian yang telah dipaparkan, peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Sektor apakah yang memiliki potensi sebagai sektor basis serta yang memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing dan spesialisasi dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share? 2. Sektor manakah yang dapat digunakan untuk memacu pengembangan pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis Klassen Typology? 3. Bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan menggunakan analisis SWOT? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Sektor yang memiliki potensi sebagai sektor basis serta yang memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing dan spesialisasi dengan bantuan alat analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share.

2. Untuk mengetahui Sektor yang dapat digunakan untuk memacu pengembangan pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis Klassen Typology. 3. Untuk mengetahui strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan menggunakan SWOT. D. Manfaat Penelitian Pada penelitian ini penulis berharap hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Penulis memperoleh pemahaman yang lebih tentang pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi daerah yang nantinya diharapkan dapat diterapkan pada keadaan nyata di lapangan. 2. Bagi Akademisi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para akademisi yang ingin melakukan penelitian khususnya mengenai topik sektor ekonomi basis serta diharapkan dapat mejadi acuan dan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Pemerintah Daerah Dapat memberikan kontribusi pemikiran serta sebagai bahan yang dapat dipakai dalam membuat kebijakan pemerintah daerah terutama dalam bidang ekonomi.