BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA Jln. Bandara Gamar Malamo Galela. Telp. HP:081242998734 BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Email : stamet.galela@gmail.com STASIUN METEOROLOGI NABIRE IDENTIFIKASI CUACA TERKAIT HUJAN LEBAT (54.0 mm) DI GALELA TANGGAL 15 APRIL 2017 I. INFORMASI KEJADIAN KEJADIAN LOKASI Telah terjadi hujan sedang sekitar pukul 15.30 18.00 WIT di wilayah Galela & sekitarnya Galela dan sekitarnya TANGGAL 15 April 2017 DAMPAK Menyebabkan beberapa genangan air di sekitar ruas jalan di Galela II. DATA CURAH HUJAN Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Galela Curah Hujan Terukur (mm) 54.0 mm Keterangan Hujan Lebat III. ANALISA METEOROLOGI INDIKATOR 1. Matahari 2. ENSO (El Nino South Osciilation) 3. SST (Sea Surface Temperature) KETERANGAN Berdasarkan gambar gerak semu matahari, tanggal 15 April 2017 terlihat posisi matahari berada di Belahan Bumi Utara (BBU). Hal ini berarti radiasi matahari akan lebih banyak diterima di daerah BBU dibandingkan dengan di deaerah BBS. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang lebih banyak di daerah BBU yang dapat berakibatkan pada penurunan tekanan dan peningkatan awan awan konvektif di daerah BBU. Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 15 April 2017 yang bernilai + 0.25 dan data SOI tanggal 15 April 2017 yang bernilai + 4.3, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 15 April 2017, menunjukkan potensi penguapan dan perawanan di wilayah Benua Maritim Indonesia cukup tinggi dan potensi hujan cukup tinggi di wilayah Benua Maritim Indonesia, terutama di bagian timur. Data model analisis SST tanggal 15 April 2017 menunjukkan bahwa suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia cukup hangat berkisar 27 31 C. Analisis anomali SST bernilai positif (+0) (+1.0) C di sekitar perairan Gelela. Kondisi ini menunjukkan potensi penguapan yang cukup tinggi sehingga kadar uap air tersedia cukup banyak di sekitar wilayah tersebut. 4. MJO (Madden Julian Oscillation) Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 15 April 2017 yang berada di antara kuadran 7 & 8, sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. 5. OLR (Outgoing Longwave Radiation) Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 15 April 2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Galela : - 10 W/m2 s/d - 30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih dari rata-rata klimatologisnya
Berdasarkan gambar MSLP Analysis tanggal 15 April 2017 terlihat terdapat pola gangguan cuaca yakni 1 (satu) daerah tekanan rendah (Low Pressure) 1008 hpa di perairan sebelah utara Halmahera berdekatan dengan wilayah perairan BADAN METEOROLOGI DANyang GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V sebelah barat Filipina. METEOROLOGI NABIRE peta gradient wind analysis menunjukkan diatas 7. Pola Arus Angin (Streamline) STASIUNBerdasarkan terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera Pasifik, yang menyebabkan terjadi pola konvergensi dan shearline tepat diatas wilayah Halmahera termasuk wilayah Galela. Pola ini yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat. Berdasarkan data kelembaban relatif tanggal 15 April 2017 pada 8. Kelembaban Relatif lapisan 850, 700, 500 & 200 mb jam 06.00 UTC di wilayah Galela berkisar antara 60 90 %. Dapat disimpulkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat, kondisi udara basah hingga lapisan 200 mb, sangat berpotensi untuk perbentukan awanawan konvektif di sekitar wilayah Galela. Berdasarkan analisis labilitas udara tanggal 15 April 2017 pukul 9. Indeks Labilitas Udara 06.00 UTC di wilayah Galela yaitu : Nilai K.Indeks yaitu 35 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif sedang. Nilai L.Indeks yaitu 1 yang mengindikasikan udara stabil. Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur. Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH pada tanggal 15 10. Citra Satelit April 2017 yang diambil mulai 06.00 s/d 08.30 UTC (15.00 s/d 17.30 WIT) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tunggal (awan hujan) tepat diatas wilayah Galela. Terlihat kumpulan awan konvektif tersebut bergerak masuk ke wilayah Galela berasal dari arah barat perairan samudera pasifik. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (69) s/d (-75) 0C yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Galela pada jam 06.00 UTC. 6. Pola Tekanan Udara IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa : Secara analisis global, hujan lebat yang terjadi di wilayah Galela di pengaruhi oleh Indeks ENSO & kondisi SST yang cukup hangat. Adanya pusat tekanan rendah, pola konvergensi & shearline tepat diatas wilayah Galela yang menyebabkan terjadinya pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850, 700, 500 & 200 mb bernilai 60-90%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat kondisi udara basah hingga lapisan 200 mb, berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif diatas wilayah Galela. Indeks labilitas udara menunjukkan potensi pembentukan awan konvektif. V. PROSPEK KEDEPAN Untuk 3 (tiga) hari ke depan, wilayah Galela masih berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terutama pada sore dan malam hari VI. PERINGATAN DINI NIHIL
VII. LAMPIRAN Gambar 1. Track MJO & OLR tanggal 15 April 2017 Gambar 2. Analisa streamline & analisa Isobar jam 00.00 tanggal 15 April 2017 Gambar 3. Analisa SST & Anomali SST tanggal 15 April 2017
Gambar 4. Citra Satelit Himawari 8 EH Jam 06.00 s/d 08.30 UTC tanggal 15 April 2017
Gambar 5. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pada jam 06.00 UTC tanggal 15 April 2017
Gambar 7. KI, LI & SI jam 06.00 UTC & Posisi Matahari tanggal 15 April 2017 Mengetahui : Kepala Stasiun Meteorologi Galela Galela, 18 April 2017 Pembuat Analisa Mohamad Makmur NIP.195910021982031002 Rudi Bambang Haryono, A.Md NIP.198704292006041005