BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem (koplik s spot), diikuti dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh. Bertahun-tahun kejadian campak terjadi pada anak-anak balita meminta banyak korban tetapi masyarakat belum menyadari bahayanya (Ranuh, 2008, p.171). Diperkirakan lebih dari 30.000 anak meninggal setiap tahun karena komplikasi yang diakibatkan oleh campak di Indonesia. Ini berarti setiap 20 menit terjadi satu kematian anak akibat campak. Pada penderita dengan gizi buruk akan mudah terjadi kematian, sehingga menjadi penyebab kematian utama pada anak (Depkes RI, 2007). Frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada tahun 2005 adalah 72, tahun 2006 adalah 86, tahun 2007 adalah 114 (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2005 Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa lebih dari 10 juta balita meninggal tiap tahun, dengan perkiraan 2,5 juta meninggal (25%) akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin yang kini ada maupun yang terbaru. Oleh karena itu sangat jelas bahwa imunisasi sangat penting untuk mengurangi seluruh kematian anak. Dalam era globalisasi dan komunikasi tanpa batas, yang berdampak 1
2 pada peningkatan kerentanan dalam penyebaran penyakit, membuat peran imunisasi semakin vital (Depkes RI, 2005). Program imunisasi campak di Indonesia sendiri dimulai pada tahun 1982 dan masuk dalam pengembangan program imunisasi. Pada tahun 1991, Indonesia dinyatakan telah mencapai UCI (Universal child immunization) secara nasional. Walaupun imunisasi campak telah mencapai UCI, di beberapa daerah masih terjadi campak, terutama di daerah cakupan imunisasi rendah (Depkes RI. 2002). Perintang utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem perawatan kesehatan yaitu rendahnya kesadaran dan tidak adanya kebutuhan masyarakat pada imunisasi. Jalan masuk ke pelayanan imunisasi tidak akurat, melalaikan peluang untuk pemberian vaksin dan sumber yang akurat untuk kesehatan masyarakat dan program pencegahan (Nelson, 2000, p.1256). Pemberian imunisasi campak pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit pada anak tersebut tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia (Ranuh, 2001, p.84). Diantara penyakit pada anak yang dapat di cegah dengan vaksin, campak adalah penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita.
3 Salah satu kesepakatan dunia yaitu mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Di Indonesia 87% bayi telah mendapatkan imunisasi BCG 85%, DPT_HB.3 85%, Polio.4 80%, Campak 72% (Depkes RI, Profil kesehatan, 2007). Cakupan imunisasi dasar lengkap di Jawa Tengah pada tahun 2006 yaitu 589.478 bayi presentasi imunisasi BCG (100%), DPT_HB.3 (95,54%), Polio.4 (95,86%), Campak (92,37%) (Depkes RI, Profil kesehatan 2006). Menurut SDKI tahun 2007 angka kematian bayi di Indonesia 35 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil survey kesehatan daerah, Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 sebesar 14,23 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan laporan rutin, Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 sebesar 7,50 per 1.000 kelahiran hidup, sama dengan AKB tahun 2005. Perbedaan ini dimungkinkan terjadi karena data yang berasal dari laporan program kurang lengkap atau belum semua terlaporkan sehingga belum menggambarkan Angka Kematian Bayi yang sesungguhnya di populasi. Untuk itu direkomendasikan agar diadakan survey secara berkala untuk mendapatkan AKB yang sesungguhnya (Depkes RI, 2008). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2009 Angka Kematian Bayi 154 dari 8.634 (17,83 per 1000 angka kelahiran hidup). Dan dari 8.634 sasaran bayi untuk imunisasi BCG 7.525 bayi (87,2%), DPT-HB.3 8.297 bayi (96,1%), Polio.4 8644 bayi (100%) dan campak di Kabupaten Rembang tercapai 8.234 bayi (95,4%), dan di Puskesmas Pancur dari 446
4 sasaran bayi, untuk imunisasi campak tercapai 360 bayi (80,7%), yang berarti cakupan imunisasi campak ini bukan semata-mata karena pemerintah atau petugas yang ada. Peran serta masyarakat juga sangat besar. Jika masyarakat tidak berpartisipasi maka program ini tidak mungkin berjalan baik, tetapi peran ibulah yang terbesar karena ibu yang paling banyak mengambil keputusan dalam pengasuhan bayi selama 24 jam. Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Gembleng Mulyo Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang yang dilakukan penulis pada hari Selasa 9 Mei 2010 didapatkan hasil 15 dari 32 balita (46,8%) tidak mendapat imunisasi campak dibandingkans di Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang 50 dari 51 balita (98%). Meskipun sudah dilakukan penyuluhan dan sweeping bayi yang belum mendapat imunisasi oleh bidan dan kader di Desa Gembleng Mulyo di posyandu setiap tanggal 17, akan tetapi ibu masih belum mengimunisasikan campak anaknya. Masyarakat beranggapan bahwa pemberian imunisasi tidaklah terlalu penting bagi anaknya, karena hanya dengan gizi yang baik, mereka percaya bahwa anaknya akan tetap sehat. Masyarakat juga masih banyak yang belum mengetahui tentang manfaat imunisasi dan takut untuk melakukan imunisasi pada anaknya. Masyarakat beranggapan setelah diimunisasi anaknya akan menjadi sakit, bukan bertambah sehat dan dengan diimunisasi anaknya menjadi bodoh karena telah disuntik kuman-kuman (Suyani, 2003).
5 Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengangkat permasalahan ini didalam. Penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan perilaku pemberian imunisasi campak pada bayi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah dipaparkan masalah adakah hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan perilaku ibu mengimunisasikan campak pada bayi di Desa Gembleng Mulyo Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang tahun 2010? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan perilaku ibu mengimunisasikan campak pada bayi di Desa Gembleng Mulyo Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang tahun 2010. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik ibu meliputi umur dan tingkat pendidikan di Desa Gembleng Mulyo Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang tahun 2010. b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang imunisasi campak di Desa Gembleng Mulyo Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang tahun 2010.
6 c. Mengidentifikasi perilaku ibu mengimunisasikan campak pada bayi di Desa Gembleng Mulyo Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang tahun 2010. d. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dan perilaku ibu mengimunisasikan campak pada bayi di Desa Gembleng Mulyo Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang tahun 2010. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi kesehatan (Bidan) Hasil ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 2. Bagi Masyarakat atau Ibu (Responden) Untuk meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi campak dan perilaku ibu mengimunisasikan campak pada bayi. 3. Bagi Peneliti Menambah informasi tentang hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan perilaku ibu mengimunisasikan campak pada bayi.
7 E. Keaslian Penelitian a. Penelitian Sebelumnya Tabel 1.1. Keaslian No 1 2 Judul Hubungan antara karakteristik dan sikap ibu batita dengan praktek imunisasi campak diwilayah kerja puskesmas Sekaran Gunung Pati. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi difteri pertusis tetanus (DPT) dan campak Nama peneliti Umi khalimah Siti Muamala h Tahun dan tempat 2007 diwliayah kerja puskesmas Sekaran Gunung Pati 2006 Diwilayah kerja puskesmas wonopring go (Kabupaten Pekalongan ) Rancangan Survey analitik dengan pendekatan cross sectional Survei analitik dengan pendekatan cross sectional Variabel Pendidikan ibu, pekerjaan, pengetahuan Pengetahuan ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan, sikap, keaktifan petugas dalam memotifas, kedisiplinan petugas imunisasi. Hasil Ada hubungan yang signifikan antara karakteristik dan sikap ibu balita dengan praktek imunisasi campak yaitu pendidikan. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT dan campak. b. Penelitian sekarang Perbedaan dengan sebelumnya yaitu lokasi, dan variabel, yang sekarang ini variabelnya yaitu pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan perilaku ibu dalam mengimunisasikan campak pada bayi. Lokasi yang akan dilakukan di Desa Gembleng Mulyo Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. Hasil uji Fisher Exact Test didapatkan p-value (0,000), p-value < α (0,05). Sehingga ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
8 ibu tentang imunisasi campak dengan perilaku ibu mengimunisasikan campak pada bayi di Desa Gembleng Mulyo Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang tahun 2010.