BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang mempunyai dana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraaan masyarakat. Proses tersebut melibatkan banyak pihak dimana

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Perbankan adalah segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB 5 PENUTUP. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (Capital Adequacy

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup


BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yaitu yang dimaksud dengan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan urat nadi perekonomian suatu bangsa, sehingga apabila terjadi masalah di dunia perbankan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat dapat berjalan dengan lancar. Dengan sistem pembayaran yang efisien,

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) dan bank juga berfungsi sebagai lembaga yang memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mana mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bank berusaha bagaimana menghimpun dana sebesar-besarnya dari masyarakat. Semakin besar bank dapat menghimpun dana dari masyarakat, akan semakin besar kemungkinan bank tersebut dapat memberikan kredit dan ini berarti semakin besar kemungkinan bank tersebut memperoleh pendapatan (interest income), sebaliknya semakin kecil dana yang dapat dihimpun semakin kecil pula kredit yang diberikan, maka semakin kecil pula pendapatan bank. Menurut (Standar Akuntansi Keuangan, 2004) Pada persaingan bisnis sekarang ini yang semakin ketat menuntut bank untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik minat investor. Investor sebelum menginvestasikan dananya

sangat membutuhkan informasi mengenai kinerja perusahaan, sehingga para pengguna laporan keuangan bank membutuhkan informasi yang dapat dipahami, relevan, handal dan dapat dibandingkan dalam menganalisa posisi keuangan dan cara kinerja bank serta berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam industri perbankan risiko kegagalan pasti ada akan tetapi risiko kegagalan yang terjadi biasanya disebabkan oleh kegagalan dalam menangani portofolio kredit ataupun kesalahan manajemen perusahaan yang berakibat pada kesulitan keuangan bahkan kegagalan usaha perbankan, sehingga pada akhirnya dapat merugikan kegiatan perekonomian nasional dan merugikan masyarakat selaku pemilik dana. Perusahaan perbankan dituntut menjadi lebih dinamis dalam berbagai hal termasuk untuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam meraih kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini semakin menurun. Bagi masyarakat (nasabah) yang menyimpan uangnya di bank, bank memberikan atau membayar bunga/bagi hasil sebagai kontra prestasi dan kepada nasabah yang meminjam uang (kredit), bank akan menarik/membebankan bunga atau bagi hasil. Dengan demikian, pendapatan utama bank adalah dari usaha membeli dan menjual dana dari masyarakat dengan membayar harga berupa bunga/bagi hasil atau diskonto dan bank menjual/meminjamkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan juga dengan menerima harga berupa bunga/bagi hasil atau diskonto. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan sebagai dasar penilaian adalah laporan keuangan

bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan sebagai dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecendrungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa yang akan datang (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk meneliti atau menilai cara kinerja keuangan pada umumnya, adapun cara kinerja keuangan yang dimaksud meliputi lima aspek yaitu CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity). Aspek capital meliputi CAR (Capital Adequacy Ratio), aspek asset meliputi NPL (Non Performing Loan), aspek earning meliputi NIM (Net interest Margin) dan BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional), sedangkan aspek likuiditas meliputi LDR (Loan to Deposit Ratio) dan GWM (Giro Wajib Minimum). kelima aspek tersebut masing-masing capital, asset, management, earning dan liquidity dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah Return on Equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan return on asset (ROA) pada perusahaan perbankan. Keduanya dapat digunakan dalam mengukur besarnya kinerja keuangan pada industri perbankan, Return on Asset (ROA) memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi

perusahaan, sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut. Sehingga dalam penelitian ini ukuran kinerja keuangan perbankan diukur dengan menggunakan ROA (Siamat, 2002). Capital (modal) merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja bank, yang tercermin dalam komponen CAMEL. Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Penetapan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank. Tingginya rasio capital dapat melindungi nasabah, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank (Wedaningtyas, 2002). Non Performing Loan (NPL) menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. Apabila suatu bank mempunyai Non Performing Loan (NPL) yang tinggi maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya dengan kata lain semakin tinggi Non Performing Loan (NPL) suatu bank, maka hal tersebut akan mengganggu kinerja bank tersebut (Meydianawathi, 2007).

BOPO diukur secara kuantitatif dengan menggunakan rasio efisiensi. Melalui rasio ini diukur apakah manajemen bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien. Adapun efisien usaha bank diukur dengan menggunakan rasio biaya operasional dibanding dengan pendapatan operasional (BOPO). Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional merupakan perbandingan antara total biaya operasional dengan total pendapatan operasional. Dalam mencapai keuntungan yang maksimal selalu ada resiko yang sepadan, semakin tinggi keuntungannya semakin besar resiko yang dihadapi dalam perbankan, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh suku bunga. Peningkatan keuntungan dalam kaitannya dengan perubahan suku bunga sering disebut dengan Net Interest Margin (NIM), yaitu selisih pendapatan bunga dengan biaya bunga, dengan demikian besarnya Net Interest Margin (NIM) akan mempengaruhi labarugi bank yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut. Ukuran untuk menghitug likuiditas bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu seberapa besar dana bank dilepaskan ke perkreditan. Ketentuan Bank Indonesia tentang Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu antara ratio 80% hingga 110% (Werdaningtyas, 2002). Semakin tinggi LDR maka laba bank akan semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menayalurkan kreditnya dengan efektif sehingga dengan meningkatnya laba bank tersebut maka kinerja bank juga semakin meningkat).

Tabel 1.1 dibawah ini merupakan perhitungan rata-rata rasio ROA, CAR, NPL, BOPO, LDR, dan NIM pada 20 bank yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Tabel 1.1 Rata-rata nilai rasio ROA, CAR, NPL, BOPO, LDR, dan NIM dari tahun 2007-2010 NO RASIO 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%) 1 ROA 1,73 1,99 2,31 2,24 2 CAR 17,42 16,10 15,29 14,75 3 NPL 3,42 2,89 2,96 2,53 4 BOPO 83,41 85,12 85,21 69,79 5 LDR 70,01 80,91 71,93 72,61 6 NIM 6,06 6,42 9,28 7,73 Sumber: Laporan Keuangan BI yang diolah dari tahun 2007-2010 Dari tabel 1.1 diatas rasio keuangan yang dihitung dari rasio Return On Asset (ROA) dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, menunjukkan rata-rata nilai rasio ROA yang semakin meningkat dan mengalami penurunan pada tahun 2010. Jika dilihat dari perhitungan rata-rata nilai ROA tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 selalu mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2007 ROA sebesar 1,73% dan mengalami kenaikan sebesar 0,26% pada tahun 2008, sehingga ROA pada tahun 2008 sebesar 1,99% begitu juga sebaliknya ROA pada tahun 2009 sebesar 2,31% dan mengalami penurunan sebesar 0,07% sehingga ROA pada tahun 2010 adalah sebesar 2,24%. Begitu juga dengan nilai CAR yang mengalami penurunan, yakni pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup drastis, yakni nilai CAR pada tahun 2007 adalah sebesar 17,42% dan nengalami penurunan sebesar 1,32% sehingga nilai CAR pada tahun 2008 adalah sebesar

16,10%. Dan begitu juga pada tahun 2009 nilai CAR adalah sebesar 15,29% dan mengalami penurunan lagi pada tahun 2010, sehingga nilai CAR menjadi 14,75%. Nilai NPL mengalami penurunan pada tahun 2008, karena nilai NPL pada tahun 2007 adalah sebesar 3,42% dan nilai NPL pada tahun 2008 adalah sebesar 2,89%, dari hal ini dapat diketahui bahwa penurunan NPL dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 adalah sebesar 0,53%, dan mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,07% sehingga nilai NPL pada tahun 2009 adalah sebesar 2,96%, dan NPL pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,43% sehingga nilai NPL pada tahun 2010 adalah sebesar 2,53%. Jika dilihat dari rasio BOPO, maka nilai rasio BOPO pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 selalu mengalami kenaikan, walaupun kenaikannya tidak terlalu besar. Nilai BOPO pada tahun 2007 adalah sebesar 83,41%, dan nilai BOPO pada tahun 2008 adalah sebesar 85,12% dan nilai BOPO pada tahun 2009 adalah sebesar 85,21%, dan pada tahun 2010 nilai BOPO mengalami penurunan sebesar 15,42% sehingga nilai BOPO pada tahun 2010 adalah sebesar 69,79%. Nilai LDR pada tahun 2007 adalah sebesar 70,01% dan mengalami kenaikan pada tahun 2008 dengan nilai LDR sebesar 80,91% dan mengalami penurunan pada tahun 2009 yang menyebabkan nilai LDR menjadi 71,39% dan nilai ini juga mengalami kenaikan pada tahun 2010, sehingga nilai LDR pada tahun 2010 adalah sebesar 72,61%. Dan nilai NIM pada tahun 2007 adalah sebesar 6,06% dan mengalami kenaikan pada tahun 2008 dan tahun 2009, sehingga nilai NIM pada tahun 2008 dan 2009 adalah sebesar 6,42% dan 9,28%.

Dan nilai NIM ini mengalami penurunan sebesar 1,55% sehingga nilai NIM pada tahun 2010 adalah sebesar 7,73%. Menurut (Pandia Frianto, 2012) ada tiga hal permasalahan pokok yang perlu mendapatkan perhatian dalam manajemen dana bank adalah: 1. Bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk berbagai kepentingan masingmasing bank dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dengan syaratsyarat yang paling menguntungkan ditinjau dari berbagai segi keuangan. 2. Bagaimana dana tersebut dapat digunakan (diinvestasikan) ke berbagai bentuk usaha/asset dengan cara-cara yang menguntungkan dengan tetap memperhatikan tingkat likuiditas yang sehat, Bank Indonesia menetapkan likuiditas minimum dan Giro Wajib Minimum (GWM). Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). 3. Bagaimana bank mengantisipasi kemungkinan risiko yang mungkin akan timbul (risk- base bank rating). Kestabilan lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam lembaga perekonomian. Kestabilan ini tidak saja dilihat dari jumlah uang yang beredar namun juga dilihat dari jumlah bank yang ada sebagai perangkat penyelenggara keuangan, oleh karena itu diperlukan pengolahan bank dalam melakukan usahanya untuk menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas. Penilaian ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja keuangan perbankan baik dari segi manajemen, pemegang saham maupun pemerintah. Ada beberapa penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan pada perbankan dan ada juga yang menggunakan rasio keuangan

untuk menilai tingkat profitabilitas perbankan antara lain penelitian yang dilakukan oleh (Hesti Werdaningtyas, 2002) dan (Yuliani, 2007) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank yang menunjukkan bahwa variabel CAR signifikan positif terhadap profitabilitas, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar CAR maka semakin baik profitabilitas suatu bank. Penelitian yang dilakukan oleh (Wisnu Mawardi, 2005) meneliti bahwa CAR juga berpengaruh positif terhadap profitabiltas, dan menunjukkan bahwa NIM mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap profitabilitas perbankan, Sedangkan NPL menunjukkan pengaruh yang signifikan negatif terhadap profitabilitas perbankan. Penelitian (Hesti Werdaningtyas, 2002) sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yuliani, 2007) dimana menurut (Hesti Werdaningtyas, 2002) mengatakan/menunjukkan bahwa variabel LDR signifikan negatif terhadap profitabilitas, sedangkan menurut (Yuliani, 2007) dimana LDR berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Menurut penelitian (Wisnu Mawardi, 2005) dan (Yuliani, 2007) bahwa variabel BOPO signifikan negatif terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan Return On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank-bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2010.

1.2 Perumusan Masalah Dari permasalahan yang muncul, maka dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA)? 2. Seberapa besar pengaruh koefisien regresi dari variabel CAR, NPL, BOPO, LDR dan NIM terhadap ROA? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA) dan penelitian ini juga bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh koefisien regresi dari variabel CAR, NPL, BOPO, LDR dan NIM terhadap ROA. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi tingkat profitabilitas perusahaan perbankan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para investor yang ingin berinvestasi di perusahaan perbankan dengan melihat Capital Adequacy Ratio (CAR), Non performing Loan (NPL), Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi diperusahaan perbankan. 4. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi bagi peneliti yang ingin meneliti kinerja keuangan perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan rasio keuangan.