Widiastuti Agustina Eko Setyowati, Nanik Dwi Nurhayati, Budi Utami Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ahli Madya Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

BONA F. P. BANJARNAHOR

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN


GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

PERBEDAAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 6 BULAN YANG DIBERIKAN ASI DENGAN YANG DIBERIKAN MP-ASI DI KECAMATAN GUNUNGPATI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Abstract. : Time Provision of MP-ASI, energy intake, nutritional status.

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

SURVEY PEMBERI AN MP-ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA PULODARAT PECANGAAN JEPARA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

Septiani, Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Dengan Status Gizi Bayi 0-11 Bulan Di Puskesmas Bangko Rokan Hilir

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MPASI) PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN DI KELURAHAN LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN, KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

Kuesioner. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELOMPOK GOOD MOTHER DENGAN POLA MP-ASI DI RW 01 DAN RW 02 WILAYAH KELURAHAN BLERONG KABUPATEN DEMAK.

GAMBARAN PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 3-5 TAHUN DI PERUMAHAN TOP AMIN MULYA JAKABARING PALEMBANG TAHUN 2009

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

Nurul Auliya Kamila 2, Evi Nurhidayati 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SINDANGLAUT KECAMATAN LEMAHABANG KABUPATEN CIREBON

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN USIA PEMBERIAN MP-ASI DENGAN KEJADIAN BAWAH GARIS MERAH PADA BALITA DI DESA DUKUHMULYO KECAMATAN JAKENAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI RSKIA X KOTA BANDUNG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI DI KABUPATEN KLATEN. Abstrak

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI USIA 6 12 BULAN. Di Desa Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo ANAN A

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian mengenai Pemanfaatan Hasil Belajar Ilmu Gizi

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

Devi C.D. Simbolon 1, Heru Santosa 2, Asfriyati 2 ABSTRACT

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

PENGARUH FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA ANAK SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH WONOREJO KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Ulfa Syahriah Nim a020

PERBEDAAN STATUS GIZI ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI DENGAN BAYI YANG DIBERI PASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA KATEGUHAN KECAMATAN SAWIT

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BALITA DI POSYANDU DAHLIA RT 01, RW 03 DESA NGARIBOYO, KECAMATAN MAGETAN

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

Upaya Peningkatan Pengetahuan Ibu tentang MP Asi dengan Edukasi Gizi Melalui Booklet

Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Mp-Asi Dini Pada Balita Usia 6-24 Bulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

EDUKASI MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS GIZI BAYI DAN ANAK DI POSYANDU MELATI VI DAN POSYANDU MELATI VIII KELURAHAN JAGALAN SURAKARTA Education of Breastfeeding Complementary Food to Improve the Quality of Infant and Child Nutrition at The Posyandu Melati VI and Posyandu Melati VIII Kelurahan Jagalan Surakarta Widiastuti Agustina Eko Setyowati, Nanik Dwi Nurhayati, Budi Utami Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret ABSTRACT Background : More than 50% of infants in Indonesia get breastfeeding complementary food at the age of less than 1 month. Other studies mention that the percentage of babies who get breastfeeding complementary food at the age of 4-5 months is around 80%. The awarding of the breastfeeding complementary food to infants earlier can cause digestive disorders like diarrhea, constipation, vomiting and allergies because babies have not been able to digest and absorb food properly. Method : The samples of research were taken by using the total sampling technique, consisted of 60 respondents from Posyandu Melati VI and 54 respondents from Posyandu Melati VIII. The data of research were collected through Post Test and questionnare Result : Based on the post-test evaluation sheet, the average value of successive evaluations are 74 and 71 respectively. Based on the questionnare sheets, the average value of statement 1-8 and 10 are above 3 of the 4 scale, but on the 9 th statement, the average value are 2,734 and 2,879 for Pasyandu Melati VI and Posyandu Melati VIII repectively Conclusion : Level of understanding of the participants towards the material presented have met the targets set. Education of breastfeeding complementary food beneficial, the material presented in accordance with needs, easy to understand and can be practiced in everyday life, the module delivered easy to understand, the time for the delivery of the material enough, but the time to practice less. Keywords: Breastfeeding Complementary Food, Posyandu, Infant and Child PENDAHULUAN Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari tingkat pendidikan warga negaranya. Untuk mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, tentunya diperlukan pemenuhan gizi yang baik yang mendukung kemampuan seseorang untuk berpikir lebih. Faktor gizi sangat berpengaruh bagi kecerdasan anak. Gizi yang baik sangat berperan dalam pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat ibu hamil, menyusui dan saat bayi masih kecil. Pemenuhan gizi merupakan hak dasar bagi setiap anak. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut (Wiryo, 2002). Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak adalah dengan

memberikan makanan yang terbaik bagi anak usia di bawah 2 tahun. Pemberian makanan yang tepat serta optimal sangat penting untuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembang bayi dan anak sejak usia 0 hingga 2 tahun. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 2006). Semakin besar usia, bayi membutuhkan lebih banyak energi dan nutrisi yang tidak dapat tercukupi sepenuhnya melalui pemberian ASI, sehingga diperlukan makanan pendamping untuk melengkapi nutrisi dari ASI. Tujuan dari pemberian MP-ASI adalah (1) melengkapi zat gizi ASI yang kurang, (2) mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima berbagai macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, (3) mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan. Masalah gizi pada bayi dan anak salah satunya disebabkan oleh kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Waktu terbaik untuk pemberian MP-ASI adalah pada saat bayi berusia genap 6 bulan, karena pada usia tersebut sistem pencernaannya sudah relatif sempurna sehingga siap untuk menerima makanan selain ASI. Selain itu, cadangan zat besi yang dibawa dari dalam kandungan mulai menyusut saat bayi menginjak usia 6 bulan. Nadesul (2005) menyebutkan bahwa pemberian MP-ASI terlalu dini kepada bayi dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, muntah dan alergi karena bayi belum mampu mencerna dan menyerap makanan dengan baik. Pemberian MP-ASI menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi asupan ASI, padahal di dalam ASI terdapat imunitas yang sangat diperlukan oleh bayi. Hal tersebut menyebabkan bayi yang diberi MP-ASI dini cenderung rentan terhadap penyakit. Selain itu pemberian MP-ASI dini juga meningkatkan resiko ibu untuk hamil pada saat usia anaknya masih kecil karena berkurangnyafrekuensi menyusui. Selain pemberian MP-ASI dini, menunda pemberian MP-ASI juga dapat menyebabkan masalah gizi pada bayi dan anak. Beberapa resiko yang timbul akibat menunda pemberian MP-ASI antara lain (1) bayi tidak mendapatkan makanan tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhannya, (2) pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi lambat, (3) bayi tidak mendapatkan nutrisi untuk mencegah malnutrisi dan defisiensi seperti anemia (WHO, 2004). Salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia adalah pemberian MP- ASI yang tidak sesuai dengan umur bayi. Irawati (2007) menyebutkan bahwa lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapatkan

makanan selain ASI pada usia kurang dari 1 bulan. Setyowati (1999) dalam Rohmani (2010) menyebutkan bahwa sekitar 41% bayi umur kurang dari 4 bulan selain diberi ASI juga mendapat makanan tambahan pendamping ASI. Penelitian lain menyebutkan bahwa prosentase bayi yang mendapat makanan tambahan pada usia 4-5 bulan adalah sekitar 80% (Setyowati, 1999 dalam Rohmani, 2010). Pemberian MP-ASI sebelum waktunya tersebut dilakukan dengan alasan antara lain karena ibu harus segera kembali bekerja sehingga kesulitan untuk menyusui dan lebih memilih untuk memberikan makanan pendamping. Selain itu, jika bayi terus menangis padahal telah lama menyusu, maka akan muncul anggapan bahwa bayi tersebut lapar, sedangkan ASI tidak mencukupi, sehingga perlu diberikan makanan tambahan. Selain masalah waktu pemberian, kualitas dan kuantitas dalam pemberian MP-ASI juga masih seringkali salah. Banyak ibu-ibu belum memahami mengenai pentingnya pemberian gizi seimbang pada bayi dan anak. Selain itu ketepatan tekstur makanan yang diberikan juga seringkali masih belum sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan anak. Masalah-masalah tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mengenai pemberian MP-ASI masih kurang. Hal tersebut memicu timbulnya masalah gizi pada bayi dan anak, seperti gizi kurang, gizi buruk, pendek dan kurus. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah gizi tersebut diperlukan perbaikan pada pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai pemberian MP-ASI. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai MP-ASI tersebut adalah dengan memberikan edukasi kepada ibu-ibu yang memiliki bayi dan anak, khususnya yang berusia di bawah 2 tahun, melalui kegiatan Posyandu. SUBJEK DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Posyandu Melati VI dan Posyandu Melati VIII Kelurahan Jagalan pada bulan Maret-Juni 2015. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai balita di Wilayah Posyandu Melati VI dan Posyandu Melati VIII Kelurahan Jagalan Surakarta. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling, terdiri dari 60 responden dari Posyandu Melati VI dan 54 responden dari Posyandu Melati VIII. Kegiatan dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu : Tahap 1 : Penyuluhan / Penyampaian Materi, meliputi Makanan Pendamping ASI (waktu pemberian, jumlah, variasi, dan frekuensi pemberian MP-ASI)

dan Pedoman Umum Gizi Seimbang Tahap 2 : Praktek menyusun menu dan membuat satu menu MP-ASI Aspek pengetahuan dilakukan melalui Post test untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang telah disampaikan, sedangkan aspek sikap menggunakan lembar kuesioner. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Hasil Penilaian Aspek Pengetahuan Nilai Rata-Rata Post Test Kriteria Minimal Posyandu Melati VI Posyandu Melati VIII 65 74 71 Tabel 2. Hasil Kuesioner NO URAIAN Melati VI Melati VIII 1 Kegiatan edukasi 3,8 3,889 mengenai Makanan Pendamping ASI perlu dilakukan sebagai bagian dari kegiatan Posyandu 2 Kegiatan edukasi 3,7 3,833 mengenai Makanan Pendamping ASI dapat menambah pengetahuan warga Posyandu untuk meningkatkan kualitas gizi bayi dan anak 3 Materi yang 3,633 3,796 disampaikan sesuai dengan kebutuhan warga Posyandu 4 Penyampaian materi dilakukan secara komunikatif dan mudah dipahami 5 Modul yang dibagikan mudah dimengerti 6 Teknik/cara pembuatan menu MP-ASI yang disampaikan mudah untuk dilakukan seharihari 7 Alat dan bahan yang dicontohkan dalam pembuatan menu MP-ASI mudah diperoleh 8 Waktu yang digunakan untuk menyampaikan materi cukup 9 Waktu yang digunakan untuk praktek membuat menu MPASI cukup 10 Perlu dilakukan kegiatan lanjutan mengenai MPASI dengan materi yang lain PEMBAHASAN 3,667 3,778 3,567 3,444 3,633 3,759 3,35 3,278 3,333 3,204 2,734 2,870 3,783 3,796 Kegiatan edukasi mengenai MP-ASI dilakukan di Posyandu Melati VIII dan Posyandu Melati VI Kelurahan Jagalan Surakarta bersama-sama dengan kader Posyandu setempat dalam kegiatan bulanan Posyandu.

a. Pemberian Materi mengenai Makanan Pendamping ASI (waktu pemberian, jumlah, variasi, dan frekuensi pemberian MP-ASI) dan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Kegiatan tersebut masing-masing dihadiri oleh 60 peserta di Posyandu Melati VI dan 54 peserta di Psyandu Melati VIII. Penyampaian materi dilaksanakan dengan metode ceramah, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Dari pelaksanaan kegiatan tersebut, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat masih belum paham tentang waktu yang tepat untuk mulai memberikan MP-ASI. Selain itu, sebagian besar peserta masih memberikan MP-ASI dalam bentuk makanan siap saji yang banyak di jual di pasaran tanpa memperhatikan kandungan gizi dan variasi bahan makanannya. Melalui kegiatan ini, diberikan pemahaman kepada masyarakat, bahwa sesuai dengan aturan WHO, waktu yang tepat untuk mulai memberikan MP-ASI adalah saat anak berusia 6 bulan. Pada usia tersebut, sistem pencernaan anak sudah kuat untuk menerima bahan makanan selain ASI. Di samping itu, pada usia tersebut, anak memerlukan lebih banyak energi untuk bergerak dan memerlukan zat gizi, vitamin dan mineral yang lebih dari yang sudah diberikan melalui ASI. Sebagai tanggapan, atas kurangnya pengetahuan mayarakat tentang kualitas MP-ASI, pada materi Pedoman Umum Gizi Seimbang, diberikan penjelasan mengenai panduan dalam menyusun MP-ASI, bahwa sajian atau menu yang baik adalah yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam satu menu, sebaiknya mengandung sumber hewani, makanan pokok, kacang-kacangan dan sumber vitamin A. Selain itu juga diberikan contoh cara penyajian yang mudah dan cepat. Dengan demikian, peserta termotivasi untuk menyiapkan sendiri menu MP-ASI untuk buah hati mereka yang tertunya lebih terjaga kebersihan dan kualitas bahannya, bukan hanya mengandalkan bahan makanan siap saji. b. Praktek Menyusun dan Membuat Menu MP-ASI. Pada Kegiatan ini, selain diberikan contoh bahan makanan yang sesuai dengan usia balita, juga diajarkan cara membuat salah satu contoh menu MP-ASI yang dapat diberikan kepada anak di atas usia 1 tahun, yaitu makaroni panggang. Peserta diajarkan untuk mempersiapkan bahan (jenis

dan takaran) sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Pada tahap evaluasi, dilakukan pengisian Lembar Evaluasi (Post test) dan Lembar Kuesioner. Pengisian lembar evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang telah disampaikan. Lembar Evaluasi berisi 10 soal berupa soal pilihan ganda mengenai materi yang telah disampaikan, yaitu materi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Dari pengisian lembar evaluasi ini, target rata-rata nilai yang ditetapkan adalah 65 untuk masing-masing Posyandu. Berdasarkan pengisian lembar evaluasi, didapatkan hasil bahwa pada Posyandu Melati VI dan Posyandu Melati VIII, rata-rata nilai evaluasi berturut-turut sebesar 74 dan 71. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan telah memenuhi target yang ditetapkan. Pengisian lembar kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui pendapat para peserta mengenai kegiatan yang dilaksanakan. Lembar Kuesioner berisi 10 pernyataan mengenai teknis dari pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan, kemudian peserta diminta untuk menyampaikan pendapatnya mengenai pernyataan tersebut dalam 4 kategori, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Berdasarkan pengisian lembar kuesioner, didapatkan hasil bahwa pada Posyandu Melati VI dan Posyandu Melati VIII, peserta kegiatan sebagian besar menyatakan bahwa kegiatan tersebut bermanfaat, materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan, mudah dimengerti dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, modul yang disampaikan mudah dimengerti, waktu pelaksanaan kegiatan untuk penyampaian materi cukup, namun waktu untuk praktek kurang. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1) Tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan mengenai Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) telah memenuhi target yang ditetapkan 2) Berdasarkan pengisian lembar kuesioner, kegiatan yang dilaksanakan bermanfaat, materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan, mudah dimengerti dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, modul yang disampaikan mudah dimengerti, waktu pelaksanaan kegiatan untuk penyampaian materi cukup, namun waktu untuk praktek kurang.

B. Saran 1. Bagi Posyandu Posyandu perlu melakukan edukasi secara berkala kepada masyarakat mengenai Makanan Pendamping ASI untuk meningkatkan atau meninjau kembali pemahaman mereka 2. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat, khususnya yang memiliki anak di bawah usia 1 tahun perlu memperhatikan kembali cara pemberian Makanan Pendamping ASI dengan mencari informasi baik melalui kader Posyandu ataupun melalui modul yang telah dibagikan. Litbangkes. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Jakarta Nadesul, S.H., 2005. Makanan Sehat untuk Bayi. Puspa Swara: Jakarta Rohmani, Afiana., 2010. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada Anak Usia 1-2 Tahun di Kelurahan Lamper Tengah Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional Unimus 2010, 81-87 WHO., 2004. Pemberian Makanan Tambahan, Alih Bahasa : Lilian J. Jakarta: EGC Wiryo., 2002. Pola Menyusui dan Makanan Anak, Laporan Sen SKDI 1997. Jakarta DAFTAR PUSTAKA Depkes RI., 2006. Pedomam Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Jakarta Irawati., 2007. Stop MP-ASI Terlalu Dini, dalam httpl/www.parenting,co.id/ Tanggal 12 Mei 2007