BAB I PENDAHULUAN. 4,5% jumlah total penduduk. Terjadi peningkatan 3-4 juta penduduk lansia. pekerjaan lansia sangat bervariasi (Hardywinoto, 2005).

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. Indonesia merupakan Negara berkembang dimana penduduknya terbesar

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB I LATAR BELAKANG

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9% orang dewasa yang berusia 18 tahun ke atas pada tahun DM

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara demografi berdasarkan data sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk Indonesia yang tergolong usia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta atau 4,5% jumlah total penduduk. Terjadi peningkatan 3-4 juta penduduk lansia tiap dekade berikutnya. Bahkan, antara tahun 2005-2010 populasi lansia diprediksikan akan sama dengan balita, yakni kira-kira 19 juta jiwa atau 8,5% jumlah penduduk Indonesia. Penyebaran, status, tingkat pendidikan, dan pekerjaan lansia sangat bervariasi (Hardywinoto, 2005). Bertambahnya usia lansia (usila) disatu sisi mengembirakan karena menunjukan keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan, tapi disisi lain memberikan tantangan baru yang harus dicari pemecahannya. Seiring dengan bertambahnya usia dan proses menua timbul masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah fisik, biologic, psikologik, social maupun penyakit degenerative (Nugroho 2000). Hipertensi mempunyai kecenderungan menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara maju, termasuk di Indonesia. Hipertensi mulai menonjol seiring dengan makin tingginya umur harapan hidup (life expectancy) dan makin meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia (Hudayani, 2005). 1

2 Berdasarkan hasil penelitian Muhammad (2010), jumlah penderita di Indonesia sebesar 15 juta dan yang terkontrol hanya 4%. Jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup modern sehingga hipertensi menjadi masalah kesehatan yang serius. Manusia bisa dihinggapi hipertensi tanpa merasakan gangguan atau gejalanya. Prevalensi kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa tengah mengalami peningkatan dari 1,80% pada tahun 2005 menjadi 1,87% pada tahun 2006 dan 2,02% pada tahun 2007. Prevalensi sebesar 2,02% artinya setiap 100 orang terdapat dua orang yang menderita hipertensi primer. Prevalensi tertinggi adalah di Kabupaten Sukoharjo sebesar 14,4%. Sedang kasus hipertensi lain di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 0,76%, mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2006 sebesar 0,63%. Peningkatan kasus ini disebabkan antara lain karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah secara dini tanpa harus menunggu adanya gejala. Selain itu paparan faktor risiko pola makan yang tidak sehat dan kurangnya olahraga juga bisa memicu peningkatan kasus tersebut (Dinkes Jateng, 2008). Upaya penyembuhan hipertensi bisa dilakukan dengan pengobatan farmakologis dan pengobatan non farmakologis. Pengobatan non farmakologis seperti pengaturan diet, terutama rendah garam dan rendah kolesterol, mengurangi konsumsi alkohol atau menghentikan sama sekali, menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal, menghindari rokok, relaksasi, dan olahraga secara teratur.

3 Lansia yang menderita hipertensi dalam proses penyembuhan tentunya tidak mudah dilakukan mengingat selain faktor usia, faktor emosi yang juga menentukan. Diperlukan suatu konsep dalam memecahkan masalah yang sedang dialami para pasien lansia yang terkena hipertensi. Konsep untuk memecahkan masalah ini disebut dengan mekanisme koping. Koping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan. Koping merupakan reaksi terhadap tekanan yang dibutuhkan lansia untuk memecahkan, mengurangi, dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan (Lawrance, 2002). Secara umum koping terjadi secara otomatis begitu individu merasa adanya situasi yang menekan atau mengancam, maka individu dituntut untuk sesegera mungkin mengatasi ketegangan yang dialaminya. Individu akan melakukan evaluasi untuk seterusnya memutuskan mekanisme koping apa yang harusnya ditampilkan. Reaksi koping terhadap permasalahan bervariasi antara lansia yang satu dengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada lansia yang sama. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, kemampuan personal, aset materi, keyakinan positif dan dukungan sosial (Stuart 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti diperoleh informasi dari petugas kesehatan Puskesmas Gatak, Kabupaten Sukoharjo, dari rata-rata 75 lansia yang menderita hipertensi yang berobat, hampir setengah atau 36 lansia tergolong tidak patuh terhadap aturan pengobatan, dimana pasien lanjut usia masih sering mengkonsumsi makanan yang

4 seharusnya tidak diperbolehkan. Hasil wawancara pedahuluan kepada pasien Pasien mengeluh dan menyatakan kepada petugas kesehatan bahwa lansia merasa penyakitnya tidak ada perubahan, pasien merasa sudah tidak ada gairah untuk hidup, meskipun telah berusaha untuk melakukan cara hidup sehat seperti yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut Bagaimana Mekanisme Koping Lansia Penderita Hipertensi Dalam Menghadapi Penyakit Hipertensi di Puskesmas Gatak Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran mekanisme koping lansia penderita hipertensi dalam menghadapi penyakit hipertensi di Puskesmas Gatak Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi bentuk dukungan keluarga dalam mengatasi penyakit hipertensi. b. Mengidentifikasi mekanisme koping lansia penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

5 Dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapatkan dari bangku kuliah. 2. Bagi institusi pendidikan Dapat memberikan sumbangan materi tentang strategi koping penderita hipertensi 3. Bagi masyarakat Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang strategi koping penderita hipertensi, sehingga masyarakat dapat memberikan dukungan yang positif bagi penderita hipertensi. 4. Bagi tenaga kesehatan Dapat memberikan masukan bagi perawat tentang strategi koping penderita hipertensi sehingga perawat dapat memberikan konseling dan pendidikan kesehatan yang tepat bagi penderita hipertensi 5. Bagi peneliti lain Dapat memberikan acuan penelitian lebih lanjut tentang strategi koping penderita hipertensi E. Keaslian Penelitian 1. Rusmawati, 2006. Strategi Koping Penderita Diabetes Melitus dalam menghadapi Penyakit Diabetes Mellitus Di Kelurahan Sumurboto

6 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan jumlah responden 4 orang, dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan Respon emosional yang dirasakan responden secara umum adalah adanya perasaan takut akan masa depan dari penyakitnya dan bosan karena rutinitas yang dilakukan seperti minum obat dan terbatas mengkonsumsi makanan. Sumber koping seperti dukungan internal yang paling banyak didapatkan dari responden secara umum adalah dari suami dan anak-anak mereka dan motivasi responden untuk hidup juga terutama karena anak yang belum berkeluarga. Perbedaaan dari penelitian ini adalah pasien diabetus mellitus, jumlah responden 4 orang. Persamaan dari dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan variabel mekanisme koping. 2. Utami Dewi, 2007. Meneliti tentang Perilaku Koping pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Rancangan penelitian dengan metode kualitatif, sampel diambil dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk perilaku koping lansia antara lain: membutuhkan orang lain, putus asa, berserah diri, pasif, berpikir positif, pengingkaran dan berharap. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada metode penelitian, tehnik pengambilan sampel dan rancangan penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan variabel mekanisme koping.