BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi sistem reproduksi wanita. Pengetahuan reproduksi sebaiknya dilakukan sejak remaja, karena seseorang dapat mengenali kelainan pada kesehatan reproduksinya sedini mungkin (Kinanti, ). Disminore primer adalah nyeri haid yang timbul sebelum atau selama menstruasi yang berlangsung untuk beberapa jam. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Berdasarkan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Prawirohardjo, 2006). Menstrusi atau haid adalah mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Pada saat menstruasi biasanya mengalami nyeri perut yang biasa disebut dengan. Disminorhea ini adalah kekakuan atau kejang di bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi yang memaksa wanita untuk beristirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (Dianawati, 2003; Proverawati & Misaroh, ). 1
2 Hampir seluruh perempuan pasti pernah mengalami dengan berbagai tingkatan, mulai dari sekedar pegal pegal dipunggung dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya nyeri biasa terjadi pada hari perrtama dan kedua haid. Secara umum, timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat dibagian perut bawah, bokong dan spalmodik disisi medial paha (info-sehat.com, 2004). Di Amerika Serikat, diperkirakan hampir 90% wanita mengalami disminore dan 10-15% diantaranya mengalami disminore berat yang menyebabkan tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Di Indonesia angka kejadian disminore terdiri dari 54,89% disminore primer dan 9,36% disminore skunder. Biasanya gejala disminore primer terjadi pada wanita usia produktif 3 sampai 5 tahun setelah mengalami haid pertama dan wanita yang belum pernah hamil (journal Occupational and Enviromental, 2010). Menurut Yeti (2005) berdasarkan hasil penelitiannya, di dapatkan dari 53 siswi yang mengalami disminore sebanyak 35 siswi (66%), sedangkan menurut Purnamawati (2005) berdasarkan hasil penelitiannya di dapatkan dari 32 remaja yang mengalami disminore sebanyak 17 remaja (53,1%). Menurut hasil penelitian Hadi (), diperoleh hasil penelitian mahasiswi semester VIII S1 Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Semarang sebanyak 91 orang, dimana yang mengalami nyeri dismonorhea sebanyak 79 orang (87%) dan 12 orang (13%) tidak mengalami nyeri.
3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Adakah Hubungan Riwayat Disminorhea Dalam Keluarga dengan Kejadian Disminorhea Primer di Kelas X SMA Negeri 3 Demak. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan riwayat dalam keluarga dengan kejadian primer pada siswi kelas X di SMA Negeri 3 Demak. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tentang kejadian b. Mendeskripsikan tentang riwayat dalam keluarga c. Mengetahui hubungan riwayat dalam keluarga dengan kejadian primer D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan pengalaman nyata terjadinya disminore. 2. Bagi Masyarakat Memberi informasi mengenai gambaran tentang pada remaja dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi.
4 3. Bagi Tenaga Kesehatan Dapat memberikan gambaran atau informasi perlunya pendidikan kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang sedini mungkin. E. Keaslian Penelitian No. 1 2 Peneliti/ Tahun Jannah Sri Rahayu 2010 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul Sampel Metode Hasil Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Disminorhea dengan Tingkat Kecemasan pada saat mengalami pada siswi di SMA Negeri 2 BAE Kudus Pengaruh terhadap disminore primer pada mahasiswa semester VIII S1 Keperawatan di Universitas Siswi SMA Negeri 2 BAE Kudus Mahasis wa UNIMU S Pendekatan cross sectional Rancangan one group pretest-postest Sebagian besar siswi memiliki tingkatan pengetahuan sedang tentang yaitu (41,5%) dan tingkat kecemasan berat yaitu (62,3%). Hasilnya adalah hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja tentang dengan tingkat kecemasan pada saat mengalami Intensitas nyeri sebelum diberikan yang paling banyak pada skala 3 (menderita) sebesar 40%. Sedangkan sesudah diberikan intensitas nyeri yang paling banyak skala 1 (nyeri ringan) dan 2 (nyeri sedang)
5 Muhammadiyah Semarang sebesar 33,3%. Uji statistik menggunakan uji T-dependen test diketahui ada pengaruh kompres hangat terhadap tingkat disminore primer (Pvalue<0,05) Jannah Rahmawati, dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Disminore dengan Tingkat Kecemasan pada Saat Mengalami Disminore pada Siswi di SMAN 2 Bae Kudus menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional yang dilaksanakan di SMAN 2 Bae Kudus. Sri Rahayu, 2010 dengan judul Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Disminore Primer Pada Mahasiswi semester VIII S1 Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Semarang menggunakan jenis penelitian Pra Eksperimen, desain one group pretest-postest yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Semarang. Sedangkan peneliti dengan judul Hubungan Riwayat Disminorhea Dalam Keluarga dengan Kejadian Disminorhea Primer (Study pada Siswi Kelas X di SMAN 3 Demak) menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cros Sectional yang dilaksanakan di SMAN 3 Demak.