DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO



dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN II TAHUN 2015

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2013

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2014

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

KESIAPAN SKKNI UNTUK TENAGA KERJA INDUSTRI YANG KOMPETEN

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011

I. PERTUMBUHAN (q to q) PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2015 DI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2015

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN IV TAHUN 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PONOROGO

BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG(IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG, DAN INDUSTRI MIKRO KECIL PROVINSI Aceh TRIWULAN IV TAHUN 2011

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan III Provinsi Riau

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

Transkripsi:

Judul : Dampak Pertumbuhan Industri Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Sidoarjo SKPD : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo Kerjasama Dengan : - Latar Belakang Pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang bertujuan untuk memperoleh hasil pembangunan yang secara merata dirasakan oleh semua masyarakat, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan kemampuan antardaerah, dan struktur perekonomian yang seimbang. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan dari pembangunan ekonomi. Guna mempercepat pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Industrialisasi yang dilakukan di Indonesia sejak Pelita I telah menimbulkan terjadinya transformasi struktural. Perkembangan dan pertumbuhan secara sektoral mengalami pergeseran. Awalnya sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai kontribusi besar. Seiring dengan berkembang pesatnya industrialisasi serta didukung kebijakan dari pemerintah dalam mempermudah masuknya modal asing ke Indonesia maka sektor manufaktur ini mengalami peningkatan sehingga mulai menggeser sektor pertanian (Kuncoro, 2007) Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan di sektor lain. Sektor industri dibedakan menjadi industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumah tangga. Definisi yang digunakan BPS, industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang, industri kecil dan rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, dan industri rumah tangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja 1 orang sampai 4 orang. Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi dengan industrialiasasi adalah terbukanya lapangan kerja. Meski mustahil dicapai, kondisi unemployment, di mana seluruh factor produksi (tenaga kerja) terserap oleh pasar tenaga kerja, namun kondisi ideal mendekati unemployment berusaha dicapai. Banyak ekonom menyebutkan bahwa idealnya, hanya 3-5% tenaga kerja yang tidak terserap pasar tenaga kerja atau disebut pengangguran. Indikator yang umumnya digunakan untuk mengukur pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Indikator ini dapat digunakan untuk mengindikasikan seberapa besar penawaran kerja yang tidak dapat terserap dalam pasar kerja di suatu wilayah, baik wilayah nasional, regional (provinsi) maupun sektoral, kabupaten atau kota. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), TPT di Indonesia pada periode Februari 2013 mencapai 5,92% yang berarti mengalami penurunan jika dibandingkan dengan TPT pada periode Agustus 2012 yaitu sebesar 6,14% dan TPT periode Februari 2012 sebesar 6,32%. Residu perkembangan perekonomian berupa pengangguran juga dialami oleh daerah, baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. TPT di Provinsi Jawa Timur pada periode Februari 2013 sebesar 4% atau mengalami penurunan sekitar 0,12% dibandingkan keadaan pada periode Agustus 2012 sebesar 4,12 Kondisi yang terjadi pada tingkat Nasional maupun Provinsi sedikit banyak juga dialami oleh Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan data yang dirilis Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Sidoarjo, TPT Kabupaten Sidoarjo sedikit di atas angka TPT Provinsi walaupun tetap masih berada di bawah angka TPT Nasional. Pada tahun 2012, berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Jawa Timur, angka TPT Provinsi Jawa Timur sebesar 4,14% tetapi angka TPT Kabupaten

Sidoarjo di tahun yang sama mencapai 5,21%. Roda perekonomian yang bergerak semakin cepat di Kabupaten Sidoarjo yang ditandai dengan meningkatnya jumlah industri dan investasi nyatanya tidak memberikan pengaruh langsung terhadap masyarakat. Jumlah pengangguran di Kabupaten Sidoarjo bukannya menurun seiring dengan peningkatkan industri dan investasi, malah cenderung meningkat, khususnya tahun 2012. Memperhatikan uraian tersebut di atas, maka diperlukan suatu penelitian guna menggali permasalahan angka TPT di Kabupaten Sidoarjo yang cukup tinggi dan dapat dikategorikan spesifik. Faktor-faktor penyebab tingginya angka TPT di Kabupaten Sidoarjo juga perlu dicarikan solusi. Dengan demikian maka penelitian DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO ini menjadi penting untuk dilakukan. Maksud dan Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Memperoleh gambaran peran industri di Kabupaten Sidoarjo dalam menyerap tenaga kerja; b. Memperoleh identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja oleh industri di Kabupaten Sidoarjo; c. Memperoleh rumusan langkah-langkah peningkatan penyerapan tenaga kerja oleh industri yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Hasil Di Kabupaten Sidoarjo, industri-industri tersebut tersebar di 18 kecamatan yang sebagian besar industri berada di empat kecamatan utama, yaitu Kecamatan Taman, Waru, Gedangan, dan Buduran. Pada empat kecamatan tersebut berdiri 158 perusahaan besar dari 243 perusahaan besar, dan 248 dari 561 perusahaan menengah. Yang menarik, Kecamatan Candi justru memiliki perusahaan menengah cukup besar, yaitu mencapai 45 perusahaan. Kondisi demikian seharusnya menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, karena keberadaan industri tidak merata sehingga akan berdampak pada ketidakmerataan ekonomi di berbagai kecamatan di Sidoarjo. Dampak berikutnya adalah tidak tersedianya lapangan kerja di banyak kecamatan, terutama yang berada jauh dari Kota Sidoarjo-Surabaya. Penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Taman, misalnya, mencapai 19.370. Selanjutnya Kecamatan Waru, jumlah tenaga kerja di industri besar dan sedang mencapai 33.507, dan di Kecamatan Gedangan mencapai 27.237. Kondisi ini sangat timpang jika dibandingkan dengan kecamatan di selatan-timur Sidoarjo seperti Kecamatan Porong, Krembung, Jabon, dan Tulangan. Di Kecamatan Jabon, misalnya, jumlah tenaga kerja di industri hanya 717 orang, dan di Porong hanya 1.767 orang. Dari sisi jenis usahanya, industri di Kabupaten Sidoarjo juga sangat beragam. Meski demikian, terdapat tiga jenis industri yang sangat dominan di Sidoarjo. Pertama adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi makanan, minuman, dan tembakau (rokok). Jumlahnya mencapai 275 perusahaan atau 34,2% dari total perusahaan besar/sedang di Sidoarjo. Kedua adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi pupuk, bahan kimia, barang karet, dan plastic. Jumlahnya mencapai 154 perusahaan atau sekitar 20% dari total perusahaan di Sidoarjo. Berikutnya adalah perusahaan yang bergerap dalam usaha tekstil, barang kulit, dan alas kaki yang jumlahnya 87 atau 10,82% dari total perusahaan besar/sedang di Kabupaten Sidoarjo. Sementara itu, tingkat pengangguran penduduk usia 15 tahun yang dalam periode 2005-2010 relatif cukup besar (selalu di atas 8%), pada tahun 2011 mengalami penurunan yang signifikan (tinggal 4,75%). Pertumbuhan ekonomi yang pesat di sector perdagangan (9,26%) dan membaiknya kinerja sektor industri diduga menjadi penyebab turunnya tingkat pengangguran di wilayah ini. Pada

penyerapan tenaga kerja (TK) per sektor, hanya terjadi sedikit pergeseran dari ketiga kelompok sektoral : primer (pertanian, pertambangan & penggalian), sekunder (industri, konstruksi, listrik, gas, air bersih) & tersier (perdagangan, angkutan, keuangan, jasa). Sektor sekunder yang pada 10-6 tahun yang lalu selalu mendominasi dengan penyerapan TK tertinggi, sejak 5 tahun terakhir posisinya sudah dilampaui oleh sektor tersier. Sektor sekunder yang pada Th. 2005 mampu menyerap TK sebanyak 44,34%, tingkat penyerapannya terus menurun hingga tinggal 37,82% (2009) dan 39,51% (2011). Sebaliknya, penyerapan TK di sektor tersier terus mengalami peningkatan, dari 47,53% (2005) menjadi 51,84% (2011). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Sidoarjo relative tinggi. Pada tahun 2008, TPT mencapai 11,9% dan menurun menjadi 10,19% tahun 2009. Tren penurunan itu terus terjadi tahun 2010 menjadi 8,35% dan menjadi 4,75% pada tahun 2011. Namun, tahun 2012, TPT Kabupaten Sidoarjo naik lagi menjadi 5,21%. Kenaikan TPT ini tidak seharusnya terjadi, karena pada saat yang sama industri di Sidoarjo masih terus berkembang dan bertambah. Sehingga, seharusnya pertambahan industri ini diikuti dengan penurunan TPT. Capaian TPT Kabupaten Sidoarjo sedikit di atas angka TPT Provinsi walaupun masih berada di bawah angka TPT Nasional. Hal ini tentunya cukup memprihatinkan, sebab keberadaan industri yang cukup banyak di Kabupaten Sidoarjo ternyata tidak membuat angka TPT menjadi turun. Pada tahun 2012, berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Jawa Timur, angka TPT Provinsi Jawa Timur sebesar 4,14% tetapi angka TPT Kabupaten Sidoarjo di tahun yang sama mencapai 5,21%. Data terkait dengan jumlah industri yang ada di Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2011 tercatat sebanyak 857 perusahaan dengan rincian 248 perusahaan merupakan industri besar sedangkan sisanya 609 perusahaan merupakan industri sedang. Yang perlu dicermati, angka TPT yang tinggi ternyata didominasi oleh kota seperti Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kota Madiun, Kota Malang, dan Kota Kediri. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di kota-kota yang cukup pesat tidak dinikmati secara signifikan oleh warga kota, karena justru menjadikan banyak warga kota tidak memperoleh pekerjaan atau menganggur. Dengan demikian, ini harus menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, mengingat Sidoarjo merupakan kabupaten penyanggah kota Surabaya yang secara langsung menerima dampak dari urbanisasi kota Surabaya dan segala permasalahannya, termasuk pengangguran. Pertumbuhan industri di Kabupaten Sidoarjo yang cukup bagus tidak dinikmati oleh warga Sidoarjo, sehingga justru banyak warga Sidoarjo yang tidak memperoleh pekerjaan yang dibuktikan dengan tingginya angka TPT. Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai industri di Kabupaten Sidoarjo, diperoleh jawaban bahwa ada tiga hal yang menyebabkan pertumbuhan investasi dan industri di Kabupaten Sidoarjo tidak secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Ketiganya adalah: a. Industri Padat Modal Industri yang tumbuh di Sidoarjo lebih banyak berbasis modal dengan mengandalkan mesin/mekanik, bukan tenaga kerja manusia. Di sini, terdapat beberapa penyebab, yaitu: a) Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) yang terus naik jauh melebihi kenaikan inflasi. Seperti diketahui, UMK di Kabupaten Sidoarjo sudah sangat tinggi, yaitu Rp 1,7 juta atau rata-rata sekitar Rp 2 juta per bulan (termasuk THR dan jamsostek), b) Kualitas dan produktivitas tenaga kerja Indonesia relatif rendah, sehingga menjadikan perusahaan kurang efisien dan memiliki daya saing dengan asing, c) Perusahaan enggan menanggung beban masa depan yang besar dengan memiliki karyawan, d) Teknologi dan mesin yang lebih efisien terus ditemukan sehingga membuat efisiensi yang sangat besar disbanding penggunaan tenaga manusia, dan e) Kebutuhan tenaga kerja industri tidak sesuai dengan SDM yang ada di Sidoarjo. Menurut para informan, kurang ada link and

match antara kebutuhan industri dan skill/kecakapan tenaga kerja yang ada. Sekolah kejuruan dan berbagai macam lembaga kursus dan training belum memberikan jaminan mutu kualitas SDM Sidoarjo yang siap bekerja di perusahaan-perusahaan yang banyak berdiri dan berkembang di Sidoarjo. b. Industri Memilih Merekrut TK dari Luar Sidoarjo Industri lebih banyak merekrut tenaga kerja yang berasal dari luar Sidoarjo. Umumnya, menurut pengakuan para informan, perusahan-perusahaan tidak membedakan antara warga Sidoarjo dan non-sidoarjo dalam merekrut tenaga kerja. Karena itu, sebagian besar pekerja di perusahaanperusahaan di Sidoarjo justru berasal dari luar daerah Sidoarjo seperti Pasuruan, Mojokerto, Jombang, Kediri, Gresik, Lamongan, dan berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur serta sekitar Jawa Timur. c. Faktor demografi Salah satu penyebab mengapa pertumbuhan industri tidak inheren dengan penurunan TPT adalah tumbuhnya usia produktif yang pesat yang mengakibatkan job seeker (pencari kerja) naik cukup signifikan. Dalam tahun 2011, misalnya, pencari keja di Sidoarjo yang tercatat di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pemkab Sidoarjo mencapai 2.162 orang. Di antara pencari kerja tersebut, yang terserap hanya 854 atau 39,50% dari pencari kerja. Persentase penduduk usia 16 tahun ke atas sangat dominan di Sidoarjo. Rata-rata di setiap kecamatan, penduduk berusia 16 tahun ke atas mencapai 77% dari total jumlah penduduk yang mencapai 1.972.862 orang. Hal itu membuat pencari kerja atau penduduk berusia 15 tahun ke atas yang mencari kerja, sebagai dasar dari perhitungan tingkat pengangguran terbuka menjadi cukup besar. Dengan melihat data dan hasil wawancara serta analisis di atas, maka dapat ditentukan langkah-langkah untuk memaksimalkan peran industri dalam menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran di Sidoarjo. Langkah-langkah tersebut adalah: Jangka Pendek a. Memberi insentif bagi industri padat modal. Ini penting, karena saat ini UMK di Sidoarjo sangat tinggi dan memberatkan industri. Untuk itu, insentif agar industri mau menggunakan tenaga kerja sangat berarti di tengah rendahnya daya saing industri Indonesia. b. Membuat kebijakan khusus agar industri mengutamakan tenaga kerja asal Sidoarjo. Hal ini penting dilakukan, mengingat selama ini yang menikmati kue investasi dan industri justru banyak dari luar Sidoarjo. Jangka Panjang a. Pemerintah membuat kebijakan industri untuk diarahkan pada industri yang menyerap banyak tenaga kerja. Berdasarkan data dan analisis, diketahui industri tersebut di antaranya adalah industri kertas, percetakan dan penerbitan; furniture kayu, karet, dan plastic; dan logam serta turunannya. b. Pemerintah mengembangkan infrastuktur industri di daerah-daerah atau kecamatan menurut master plan adalah kawasan pengembangan industri. Jika infrastruktur di sini baik, maka hal tersebut akan menumbuhkan industri yang akan menyerap banyak tenaga kerja dari daerah sekitarnya. c. Pemerintah daerah menyiapkan SDM dan mengkomunikasikannya dengan kebutuhan industri sehingga ada link and match antara pendidikan dan industri di Kabupaten Sidoarjo. Langkah tersebut di atas perlu dilakukan, mengingat tidak semua industri memerlukan tenaga kerja yang besar. Berdasarkan data tahun 2010, diketahui bahwa industri makanan, minuman, dan tembakau member kontribusi paling besar terhadap jumlah tenaga kerja industri di Surabaya. Ini seperti tampak pada table di bawah ini:

Sementara itu, jenis industri yang banyak memerlukan tenaga kerja tampak bahwa jenis usaha kertas, cetakan, dan penerbitan membutuhkan tenaga kerja paling besar, yaitu rata-rata 381 per perusahaan, diikuti oleh industri barang lainnya dan furniture kayu, logam dan plastic (224 naker/perusahaan), dan pupuk, kimia, barang karet dan plastic 213 tenaga kerja/perusahaan, dan Semen dan barang galian non logam. Dengan memperhatikan jenis industri yang menyerap tenaga kerja, maka persoalan pengangguran akan lebih cepat teratasi, sehingga di masa yang akan datang tingkat pengangguran terbuka akan terus menurun, meski tidak pada titik 0 atau kondisi yang diidamidamkan dalam perekonomian, yaitu full employment. Keberadaan industri di Kabupaten Sidoarjo masih terkonsentrasi di kawasan pengembangan industri tertentu, yaitu di Kecamatan Taman, Waru, Gedangan, dan Buduran. Kawasan pengembangan industri baru sesuai Rencana Tata Ruang dan Wilayah untuk kawasan industri seperti Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Jabon, dan Kecamatan Krian masih belum maksimal. Penyerapan tenaga kerja masih didominasi Industri besar, meski dari segi jumlah hanya sedikit. Industri kertas,cetakan, dan penerbitan serta furniture kayu, logam, dan plastik merupakan bidang usaha industri yang membutuhkan karyawan paling besar, yaitu masing-masing 381 dan 224 karyawan per perusahaan sehingga perlu memperoleh perhatian khusus.