BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar sehingga dapat menghasilkan laba atau keuntungan yang lebih besar. Semakin besar suatu perusahaan, maka akan semakin kompleks pula aktivitas bisnisnya. Jika usaha atau bisnis yang dijalankan perusahaan semakin besar dan kompleks, dana yang dibutuhkan pun akan semakin besar. Ada berbagai cara bagi perusahaan untuk mendanai aktivitas bisnisnya misalnya dengan menggunakan keuntungan yang diperoleh pada periode sebelumnya, namun perusahaan tidak mungkin hanya mengandalkan dana yang berada dalam perusahaannya saja, tetapi perusahaan juga membutuhkan sumber dana lain yang berasal dari luar perusahaan. Salah satunya melalui pasar modal (Norma, 2014: 1). Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran yang sangat penting bagi suatu negara. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari siapa saja yang ingin melakukan investasi sehingga masyarakat umum juga dapat ikut berperan serta mengambil bagian dalam kepentingan perusaahan yaitu dengan cara memiliki saham-saham perusahaan tersebut. Pasar modal dapat memberi peluang yang lebih baik bagi perusahaan untuk memperoleh dana eksternal melalui penawaran saham kepada masyarakat. Dengan ditandai semakin banyaknya 1
2 perusahaan yang membuka dirinya dengan cara go public untuk mendapatkan dana eksternal tersebut (Suharli, 2005:99). Sehingga investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut serta tertarik pada informasi yang memungkinkan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Darminto, 2002:3). Investor dalam memgambil setiap keputusan investasi adalah selalu berusaha untuk meminimalisir berbagai risiko yang timbul, baik risiko yang bersifat jangka pendek maupun risiko yang bersifat jangka panjang (Fahmi, 2009: 150). Investasi adalah suatu komitmen penetapan dana pada satu atau beberapa obyek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan adalah hasil dan risiko. Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan timbal balik yang sebanding. Umumnya semakin tinggi risiko, semakin besar hasil yang diperoleh dan semakin kecil risiko semakin kecil pula hasil yang akan diperoleh (Lastari, 2004:2). Analisis terhadap nilai saham merupaka nilai mendasar yang harus dilakukan investor sebelum melakukan investasi. Dalam melakukan analisis dan memilih saham, terdapat 2 analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental (Jogiyanto, 2003:88). Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu, volume perdagangan
3 dan indeks harga saham gabungan. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi (Sukardi, 2010:2). Analisis Fundamental/Rasio merupakan alat yang digunakan untuk membantu menganalisis laporan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Pada analisis fundamental pendekatan utama yang digunakan oleh para analis sekuritas adalah informasi laporan keuangan yang membantu dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi ini berupa informasi akuntansi yang terangkum dalam laporan keuangan yang menyajian informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan berbagai pihak. Bentuk informasi laporan keuangan tersebut berupa rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur prestasi keuangan perusahaan yang dipublikasikan untuk kepentingan investasi (Sugiri, 2004:22). Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham yang akan datang, mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham yang akan datang sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2009). Tinggi rendahnya nilai saham tercermin pada kinerja keuangan suatu perusahaan. Sebagai alat untuk memperoleh informasi dan sebagai bahan pertimbangan keputusan dalam investasi, salah satunya menggunakan laporan keuangan perusahaan (Djazuli, 2006:51). Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2006:297). Dalam penelitian ini faktor fundamental yang digunakan adalah Return
4 On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER). Menurut buku yang diterbitkan oleh Halim (2005:12) berpendapat apabila laba yang yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila dividen yang dibayarkan relatif tinggi, akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik untuk membelinya, akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat, sehingga akhirnya harganya juga akan meningkat. Dari seluruh perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, beberapa perusahaan mengalami fenomena tersebut. Pada tahun 2015 PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) mengalami peningkatan laba bersih sebesar 43,5%, pada tahun 2014 sebesar Rp 188.577.521.074 menjadi Rp 270.538.700.440 pada tahun 2015. Namun disisi lain pada tahun 2015 harga saham menurun sebesar 8,7%, pada tahun 2014 sebesar Rp 1.385 menjadi Rp 1.265 pada tahun 2015. Kemudian PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) pada tahun 2015 mengalami peningkatan laba bersih sebesar 212,3%, pada tahun 2014 sebesar Rp 174.314.394.101 menjadi Rp 544.474.278.014 pada tahun 2015. Namun disisi lain pada tahun 2015 harga saham menurun sebesar 5,85%, pada tahun 2014 sebesar Rp 17.525 menjadi Rp 16.500 pada tahun 2015 (www.idx.co.id)
5 Beberapa perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun mengalami fenomena yang sama dimana harga saham turun ketika laba bersih meningkat atau sebaliknya, hal ini dilihat dari laporan laba bersih dan harga saham tahunan perusahaan-perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Tabel 1.1 Laba Bersih dan Harga Saham Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 2015 Kode miten LABA BERSIH HARGA SAHAM 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015 KLT 7,962,693,771 11,440,014,188 16,480,714,984 20,066,791,849 180 180 300 370 OTI 149,149,548,025 158,015,270,921 188,577,521,074 270,538,700,440 6.900 1.020 1.385 1.265 VLA 148,909,089,000 125,796,473,000 80,929,476,000 107,894,430,000 1.690 2.200 1.690 1.300 LTO 16,305,675,308 12,058,794,054 (10,135,298,976) (24,345,726,797) 315 570 352 325 LBF 1,775,098,847,932 1,970,452,449,686 2,121,090,581,630 2,057,694,281,873 1.060 1.250 1.830 1.320 CID 150,373,851,969 160,148,465,833 174,314,394,101 544,474,278,014 11.000 11.900 17.525 16.500 IIM 77,301,783,553 132,322,207,861 112,304,822,060 131,081,111,587 760 670 625 430 MPI 2,340,674,019 (12,040,411,197) 1,710,590,575 3,968,046,308 255 215 175 113 QBB 135,248,606,000 149,521,096,000 164,808,009,000 150,207,262,000 10.500 10.500 10.500 10.500 Sumber : http:// www.idx.co.id dan diolah penulis Berdasarkan Tabel 1.1, beberapa perusahaan sektor industri barang konsumsi memiliki fenomena tersebut. Pada tahun 2013, perusahaan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) mengalami peningkatan laba sebesar 71,17% pada tahun 2012 sebesar Rp 77.301.783.553 menjadi Rp 132.322.207.861 pada tahun 2013. Akan tetapi, pergerakan saham turun sebesar 11,84%, pada tahun 2012 sebesar Rp
6 760 menjadi Rp 670 pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2014 PT Langgeng Makmur Industry Tbk (LMPI) mengalami peningkatan laba sebesar 114,21% pada tahun 2013 sebesar (Rp 12.040.411.197) menjadi Rp 1.710.590.575 pada tahun 2014. Akan tetapi, pergerakan saham turun sebesar 18,6%, pada tahun 2013 sebesar Rp 215 menjadi Rp175 pada tahun 2014. Hal sebaliknya dialami oleh perusahaan PT Darya Varia Labolatoria Tbk (DVLA) yang mengalami kerugian bersih sebesar 15,5% pada tahun 2012 sebesar Rp 148.909.089.000 menjadi Rp 125,796,473,000 namun harga saham meningkat sebesar 30,18% pada tahun 2012 sebesar Rp 1.690 menjadi Rp 2.200 pada tahun 2013. Hal serupa terdapat pada PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) yang mengalami kerugian sebesar 26,04% pada tahun 2012 sebesar Rp 16,305,675,308 menjadi Rp 125,796,473,000 pada tahun 2013, namun harga saham nya meningkat sebesar 80.95% pada tahun 2012 Rp 315 menjadi Rp 570 pada tahun 2013. Berdasarkan fenomena yang telah terjadi peneliti mempunyai keinginan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Maka terdapat salah satu cara untuk memprediksi harga saham adalah dengan melakukan analisis fundamental melalui rasio keuangan (Husnan, 2005). Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2006:297). Rasio keuangan dapat digunakan oleh investor sebagai alat untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam mencetak laba berdasarkan saham
7 yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan. Nilai saham perusahaan tercermin dalam kinerja perusahaan, apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek yang baik maka sahamnya akan diminati oleh investor dan harganya meningkat. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kinerja keuangan perusahaan dengan harga sahamnya. Rasio yang dapat digunakan oleh para investor antara lain Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning per Share (EPS), Debt Equity Ratio (DER) (Raharjo dan Dul, 2013: 1). Dari berbagai macam rasio yang penulis teliti, untuk pemecahan masalah saham, yaitu dengan menggunakan rasio sebagai berikut: Return on Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan (Kasmir, 2012:201). Semakin tinggi ROA suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. ROA perlu dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi saham, karena ROA berperan sebagai indikator efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh laba. Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan modal sendiri yang dimiliki (Abdul, 2005:239). Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah perusahaan, akan semakin tinggi harganya (Tambunan, 2007:146).
8 Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menunjukan kontribusi penjualan terhadap laba bersih yang dihasilkan semakin besar rasio semakin baik (Rusdin, 2008:144). Semakin tinggi NPM akan menunjukkan adanya efisiensi yang semakin tinggi, sehingga variabel menjadi NPM menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan. Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2009:77). Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham tertarik akan EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi deviden (Dharmastuti, 2004). Sedangkan menurut (Kasmir, 2014) DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh fundamental terhadap harga saham memberikan hasil yang kontradikif. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham antara lain, Faktor pertama Return On asset, menurut penelitian yang dilakukan oleh Alysa (2015) menyatakan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini sangat bertolak
9 belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniarto (2013) yang menyatakan bahwa ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Faktor kedua yaitu Return On Equity (ROE), menurut penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2013) menyatakan bahwa variabel ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2010) menyatakan bahwa variabel ROE tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Faktor ketiga yaitu Net Profit Margin (NPM), menurut penelitian yang dilakukan oleh Darnita (2012) menyatakan bahwa NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul (2013) yang menyatakan bahwa variabel NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Faktor keempat Earnings Per Share (EPS) menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Puput (2015) menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilmi (2016) menyatakan bahwa variabel EPS tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Faktor kelima Debt to Equity Ratio (DER) menurut penelitian yang dilakukan oleh Fauziah, dkk (2014) secara parsial DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwiatma (2009) dan Trisnawati (2013) bahwa variabel DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan fenomena dan hasil beberapa penelitian terdahulu masih menunjukkan perbedaan hasil penelitian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ROA, ROE, NPM, EPS, DER, dan harga saham pada perusahaan
10 manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan topik: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015) 1.2 Identifikasi Masalah Sehubungan dengan hal tersebut maka untuk pengembangan penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dan penelitian ini akan menganalisa tentang pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap harga saham pada perusahaan sektor industri barang konsumsi, sehingga dalam penelitian ini muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor fundamental dengan menggunakan rasio ROA, ROE, NPM, EPS, dan DER secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. 2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor fundamental dengan menggunakan rasio ROA, ROE, NPM, EPS, dan DER secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015.
11 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh faktor-faktor fundamental dengan menggunakan rasio ROA, ROE, NPM, EPS, dan DER secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. 2. Pengaruh faktor-faktor fundamental dengan menggunakan rasio ROA, ROE, NPM, EPS, dan DER secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan, antara lain : 1. Kegunaan Pengembangan Ilmu Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan, kemampuan, dan pengetahuan, serta membandingkan antara teori dengan kondisi sebenarnya, mengenai laba perusahaan yang diukur oleh Return On Aset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earnings Per Share (EPS), dan Debt to Equity Ratio (DER) yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham.
12 2. Kegunaan Operasional Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam melakukan keputusan dalam menentukan atau memprediksi harga saham perusahaan. Sebagaimana informasi yang digunakan manajemen perusahaan mengenai laba bersih perusahaan dalam memprediksi harga saham pada perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi investor dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan keputusan investasi pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Kegunaan Akademis: 1. Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya mengenai pengaruh perkembangan ROA, ROE, NPM, EPS, dan DER terhadap harga saham pada peusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara simultan maupun parsial. 2. Peneliti Penelitian ini merupakan bagian dari proses pembelajaran yang diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam bidang penelitian dan merupakan wujud dari aplikasi ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan.
13 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh serta mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh, dikumpulkan, dan diolah pihak lain). Sumber data laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit yang diperoleh dari www.idx.co.id. Waktu penelitian dari bulan September 2016 sampai Februari 2017.