TINGKAT PEMBUAHAN DAN PENETASAN TELUR. KUDA LAUT (Hippocampus barbouri) Syafiuddin



dokumen-dokumen yang mirip
Keterkaitan jumlah telur sebelum dan setelah diserap dalam kantung jantan kuda laut, Hippocampus barbouri Jordan & Richardson, 1908

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB III BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. BAHAN DAN METODE

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

PEMATANGAN GONAD IKAN PALMAS (Polypterus senegalus) DENGAN MENGGUNAKAN PAKAN YANG BERBEDA

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

KEBUTUHAN ASAM LEMAK N-6 DAN N-3 DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.)

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

II. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

I. P E N D A H U L U A N

BAB III BAHAN DAN METODE

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

II. BAHAN DAN METODE

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

Pengaruh salinitas dan daya apung terhadap daya tetas telur ikan bandeng, Chanos-chanos

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

KISI-KISI SOAL UKA 2014 PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA

KAJIAN PEMIJAHAN BERULANG TERHADAP KUALITAS TELUR KUDA LAUT (HIPPOCAMPUS BARBOURI) DALAM WADAH TERKONTROL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

II. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

Tingkat Kelangsungan Hidup

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

3.KUALITAS TELUR IKAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras panda. Organogenesis and Development of Corydoras panda in Early Stage

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4. METODE PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

Respon Tingkat Kepadatan Telur Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy. Lac. ) Yang Berbeda Terhadap Daya Tetas Telur 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata kunci: ikan nila merah, tepung ikan rucah, vitamin E, TKG, IKG

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

Transkripsi:

TINGKAT PEMBUAHAN DAN PENETASAN TELUR KUDA LAUT (Hippocampus barbouri) Syafiuddin Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Diterima 10 September 2009, disetujui 12 Oktober 2009 ABSTRACT Seahorse, Hippocampus barbouri is one of marine living resources having high commercial values and has commonly been traded especially as live ornamental aquarium fish, raw material of traditional medicine and as souvenirs. This expriment was conducted to determine the fertilization and hatching rate of eggs which spawned under control condition. Broodstock was rearing and spawned until six times in fiberglass container. Results of this experiments showed that seahorse broodstock was spawning six times under control condition was not significant influence to the fertilization and hatching rate of eggs (P>0.05). Percentage of fertilization and hatching rate of seahorse eggs obtained about 93 100% and 91.74 97.83%, respectively. Key words: Fertilization rate, Hatching rate, Hippocampus barbouri. PENDAHULUAN Kuda laut merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang memiliki nilai komersial dan banyak diperdagangkan terutama sebagai ikan hias, bahan baku obat tradisional dan juga sebagai suvenir. Hal ini menyebabkan kuda laut mempunyai nilai ekonomis tinggi di pasaran domestik maupun di luar negeri, sehingga mendorong terjadinya penangkapan intensif di alam yang mengakibatkan kuda laut termasuk dalam deretan hewan yang terancam kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian kuda laut adalah melakukan pengembangan ke arah budidaya. Budidaya suatu komoditas baru dapat berkembang dengan baik, jika didukung oleh kontinyuitas ketersediaan benih yang terjamin baik secara kualitas maupun kuantitas. Benih yang dapat memenuhi kriteria ini hanya dapat diperoleh dari kegiatan pembenihan. Untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembenihan kuda laut maka pemahaman terhadap aspek reproduksi kuda laut mutlak diperlukan, diantaranya adalah tingkat pembuahan dan penetasan telur. Proses perkembangbiakan kuda laut cukup menarik yaitu melalui fase male brooding, dalam hal ini betina memindahkan telur-telurnya ke dalam kantong pengeraman jantan, kemudian telur-telur tersebut dibuahi di dalam kantong pengeraman, sehingga dapat dikatakan bahwa induk jantan yang mengerami (Lourie et al. 1999; Foster & Vincent 2004). Pada proses pemindahan atau pemasukan telur ke dalam kantong pengeraman jantan, telur dapat masuk seluruhnya atau hanya sebagian saja dan bahkan semua telur dapat gagal masuk ke dalam kantong pengeraman jantan. Hanya telur yang berhasil masuk ke dalam kantong 1 Corresponding Author. Jl Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea, Makasar. Telp. (0411) 870 000; E-mail: afi_makassar@yahoo.com.

pengeraman saja yang dapat terbuahi, sedangkan telur yang gagal masuk ke dalam kantong pengeraman tidak dapat terbuahi. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pembuahan dan penetasan telur kuda laut yang dipijahkan dalam wadah budidaya. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi kegiatan pembenihan kuda laut. METODE Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, di Laboratorium Penangkaran dan Rehabiltasi Ekosistem Laut, FIKP Unhas, Makassar. Wadah percobaan yang digunakan adalah akuarium kaca berukuran 80 x 60 x 80 cm dengan ketinggian air dalam wadah 60 cm. Wadah percobaan di desain dengan sistem resirkulasi yang dilengkapi dengan sistem filter, suplai dan pembuangan air, alat pemanas otomatis (automatic waterheater), aerasi, dan tempat sangkutan untuk bertengger kuda laut. Ikan uji yang digunakan adalah kuda laut H. Barbouri, berasal dari Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar, yang merupakan hasil tangkapan dari alam. Induk kuda laut yang digunakan berukuran panjang 11,5 12,5 cm. Sebelum percobaan dimulai, induk kuda laut diadaptasikan pada kondisi laboratorium dan jenis pakan selama percobaan. Setelah masa adaptasi, selanjutnya induk dipelihara dan dipijahkan hingga enam kali pemijahan dalam media air dengan kisaran salinitas 30 32, suhu 27,6 30,2 o C, Oksigen terlarut (DO) 4,1 6,9 ppm dan ph 7,0 7,5. Pada setiap akuarium ditebar empat pasang induk kuda laut, masing-masing dijodohkan secara berpasangan dan terpisah dari pasangan induk lainnya. Selama pemeliharaan dan pemijahan berlangsung, induk kuda laut diberi pakan udang rebon (Mysis) dalam bentuk segar atau beku, dengan frekuensi tiga kali sehari (pukul 8.00, 13.00 dan 18.00) secara ad satiation. Untuk menjaga kondisi kualitas air selama pemeliharaan, maka dilakukan penyifonan dasar bak, membersihkan atau mengganti kapas filter yang kotor setiap hari sesaat sebelum pemberian pakan. Pengumpulan data dilakukan setelah terjadi pemijahan (telur telah ditransfer ke dalam kantong pengeraman jantan), serta setelah juwana dikeluarkan dari kantong pengeraman kuda laut jantan. Pengambilan data meliputi, penghitungan jumlah telur yang dikeluarkan induk betina, jumlah telur terbuahi dan jumlah juwana yang dilahirkan atau dikeluarkan dari kantong pengeraman jantan. Jumlah telur yang dikeluarkan induk betina dapat diketahui dengan menghitung semua telur yang masuk, maupun yang tidak masuk ke dalam kantong pengeraman jantan. Untuk mengetahui jumlah telur dalam kantong pengeraman jantan, dilakukan dengan cara membedah kantong pengeraman, kemudian telur-telur tersebut dikeluarkan dan dihitung jumlahnya, serta diamati di bawah mikroskop untuk mengetahui jumlah telur yang terbuahi. Pengambilan telur dalam kantong pengeraman dilakukan sehari setelah induk betina memasukkan telurnya ke dalam kantong pengeraman jantan. Persentase tingkat pembuahan diketahui dengan membandingkan jumlah telur yang terbuahi dengan jumlah total telur yang dikeluarkan induk betina. Sedangkan persentase tingkat penetasan diketahui dengan membandingkan jumlah juwana yang dikeluarkan dari kantong pengeraman jantan dengan jumlah telur yang terbuahi. Jumlah juwana diketahui setelah induk jantan mengeluarkan juwana dari dalam kantong pengeramannya. Data tingkat pembuahan dan penetesan telur kuda laut dari kuda laut yang dipijahkan (enam kali pemijahan) dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Steel & Torrie, 1991). Sebagai alat bantu pengolahan data untuk uji statistik digunakan paket program SPSS 12.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penghitungan tingkat pembuahan dan penetasan telur kuda laut yang dipijahkan di dalam wadah budidaya disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan bahwa nilai tingkat pembuahan dan penetasan telur kuda laut yang diperoleh dari hasil enam kali pemijahan, masing-masing berkisar antara 93 100 % dan 91,74 97,83 %.

Persentase Tingkat pembuahan dan penetasan telur sangat bergantung pada jumlah telur yang berhasil ditransfer ke dalam kantong pengeraman jantan. Semakin banyak telur yang masuk ke dalam kantong dan terbuahi maka tingkat pembuahan dan penetasan juga akan semakin tinggi. Hasil anaslis ragam menunjukkan bahwa induk kuda laut yang telah dipijahkan hingga enam kali di dalam wadah budidaya tidak memberikan pengaruh yang signifikan (P>0,05) pada tingkat pembuahan dan penetasan telur. Induk kuda laut yang dipijahkan sekali, dua kali dan empat kali, menghasilkan nilai tingkat pembuahan mencapai 100%, dengan tingkat penetasan masing-masing 97.83%, 92.95% dan 95.10% (Gambar 1). Tabel 1. Jumlah telur dikeluarkan, jumlah telur terbuahi, jumlah juwana, tingkat pembuahan dan penetasan telur pada setiap kali pemijahan induk kuda laut. Parameter Pemijahan ke- I II III IV V VI Jumlah telur dikeluarkan (butir) 74 ± 15.70 74 ± 8.14 84 ± 24.00 89 ± 7.77 82 ± 19.55 97 ± 18.08 Jumlah telur terbuahi (butir) 74 ± 15.70 74 ± 8.14 84 ± 24.00 89 ± 7.77 76 ± 14.01 90 ± 8.66 Jumlah juwana (ekor) 71 ± 8.66 68 ± 2.52 72 ± 9.50 84 ± 7.64 70 ± 14.18 84 ± 5.03 Tingkat pembuahan (%) 100 ± 0.00 100 ± 0.00 95.68 ± 7.48 100 ± 0.00 93.88 ± 10.60 93.97 ± 10.45 Tingkat penetasan (%) 97.83 ±10.37 92.95 ± 14.10 91.74 ± 10.04 95.10 ± 0.65 92.28 ± 2.00 93.93 ± 15.15 100 90 80 70 60 50 I II III IV V VI Pemijahan Tingkat Pembuahan Tingkat Penetasan Gambar 1. Tingkat pembuahan dan penetasan telur kuda laut pada setiap frekuensi pemijahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa induk kuda laut yang telah dipijahkan enam kali di dalam wadah budidaya tidak nyata mempengaruhi tingkat pembuahan dan penetasan telur kuda laut. Artinya frekuensi pemijahan (sampai enam kali) tidak berpengaruh terhadap kualitas telur. Hal ini dapat dilihat dari kondisi telur yang diproduksi induk betina dan berhasil dimasukkan ke dalam kantong pengeraman kualitasnya masih baik, serta tingkat pembuahan dan penetasan yang diperoleh di atas 90%. Jumlah telur yang terbuahi tergantung kepada jumlah telur yang dikeluarkan dan berhasil ditransfer masuk ke dalam kantong pengeraman jantan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua telur yang masuk ke dalam kantong pengeraman akan terbuahi, hal ini disebabkan karena volume kantong yang sangat terbatas dan tidak terpengaruh dengan media di luarnya, sehingga telur yang ada di dalam kantong mempunyai peluang yang besar untuk terbuahi. Menurut Lourie et al. (1999), pada genus yang mempunyai kantong pengeraman, betina akan mentransfer telur pada saat kawin dengan memasukkan ovipositornya ke dalam kantong pengeraman jantan, kemudian sperma membuahi sel telur di dalam kantongnya. Sperma tersedia sepanjang tahun yang dihasilkan oleh testis berukuran sangat kecil, terletak di dalam rongga tubuh. Banyak sedikitnya sperma yang dihasilkan sangat ditentukan oleh proses peminangan atau percumbuan dari kuda laut itu sendiri (Lourie et al. 1999). Mengingat pembuahan internal terjadi di dalam kantong pengeraman jantan, maka teori umum yang berhubungan dengan kompetisi pada ikan-ikan dengan pembuahan internal dan eksternal tidak berlaku bagi kuda laut dan ikan pipa. Pembuahan internal di dalam kantong pengeraman jantan syngnathid, bebas dari resiko kompetisi sperma (Kvarnemo & Simmoms, 2004). Tingkat penetasan telur sangat tergantung kepada jumlah telur yang terbuahi dan faktor lingkungan yang mendukung untuk perkembangan embrio kuda laut selama dalam kantong pengeraman jantan. Rata-rata tingkat pembuahan telur yang diperoleh setelah induk kuda laut dipijahkan untuk yang ke enam kalinya, yaitu sebesar 93,97% dengan tingkat penetasan rata-rata 93,93%. Menurut Lin et al. (2006) pada suhu optimal 28 o C, rata-rata tingkat pembuahan dan penetasan telur kuda laut H. kuda masing-masing 92.41% dan 94,73%. Kandungan nutrien yang lengkap di dalam telur sangat diperlukan untuk perkembangan embrio dan larva, serta setelah telur dibuahi sampai pada saat ikan dapat mengkonsumsi makanan dari luar. Komposisi biokimia telur yang sehat, menggambarkan kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan embrio. Sementara komposisi kimia kuning telur bergantung kepada status nutrien dan kondisi induk (Reay, 1984). Menurut Kamler (1992), komposisi kimia telur menentukan besar kecilnya ukuran telur, dan ukuran telur merupakan indikator kualitas telur. Jumlah nutrien yang diperlukan jelas bervariasi tergantung pada beberapa faktor, antara lain waktu inkubasi, ukuran ikan pada waktu menetas, dan jumlah makanan endogen yang tersedia sampai sebelum larva ikan menemukan semua keperluan dari sumber lain. Pada saat embriogenesis, sumber energi utama adalah lemak. Protein, walaupun kadarnya terbesar dalam telur, lebih berperan dalam pembentukan jaringan. Namun demikian yang mempengaruhi laju penyerapan kuning telur pada saat embriogenesis utamanya adalah asam lemak jenuh. Asam lemak esensial berfungsi sebagai prekursor dari senyawa prostaglandin yang berperan sebagai hormon. Proses pengenalan antar sel dalam telur dipengaruhi oleh prostaglandin, jika telur kekurangan asam lemak esensial, maka proses embriogenesis akan gagal (pada pembelahan sel ke 16, ke 32 dan organogenesis), serta akan menghasilkan derajat tetas telur yang rendah (Leray et al. 1985).

KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini disimpulkan kualitas telur kuda laut yang baik akan menghasilkan tingkat pembuahan dan penetasan telur yang tinggi, walaupun dipijahkan sampai 6 kali. Dengan demikian dapat disarankan bahwa induk kuda laut yang telah dipijahkan hingga enam kali di dalam wadah budidaya masih dapat digunakan untuk pemijahan berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Foster SJ, Vincent ACJ. 2004. Review Paper. Life History and Ecology of Seahorse: Implication for Concervation and Management. J Fish Biol 65:1 61. Kamler E. 1992. Early Life History of Fish : An Energetic Approach. Chapman & Hall, London. Leray C, Nonnotte G, Roubaud P, Leger C. 1985. Incidence of (n 3) Essential Fatty Acid Deficiency on Trout Reproductive Processes. Reprod. Nutr, Develop 25:567 581. Lourie SA, Vincent ACJ, Hall HJ. 1999. Seahorses: An Identification Guide to the World s Species and Their Concervation. London: Project seahorse. Kvarnemo C, Moore GI, Jones AG. 2007. Sexually Selected Females in The Monogamous Western Australian Seahorse. Proc. R. Soc. B 274:521 525. Lin Q et al. 2006. The Effect of Temperature on Gonad, Embryonic Development and Survival Rate of Juvenil Seahorse, Hippocampus kuda Bleeker. Aquaculture 254 : 701 713. Reay PJ. 1984. Reproductive Tactics: A Non- Event in Aquaculture?. Di dalam: Potts GW, Wootton RJ, editor. Fish Reproduction: Strategies and Tactics U.K.: Academic Press Inc. hal 292-309 Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi ke 2. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.