EVALUASI BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF. Dede Endang Mascita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

2014 MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

K BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara tepat (Tarigan dalam Fatmawati, 2009: 2). Dibandingkan ketiga

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF. Sumadi FBS Universitas Negeri Malang (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia selalu ditandai dengan proses belajar. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INGGRIS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal diantaranya adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONSIA

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS, KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MELANJUTKAN CERITA DI KELAS V SDN SUKASENANG 1 BANYURESMI GARUT MAKALAH.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Oleh, Sukirman *

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA CHUUKYUU DOKKAI DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN DAN KERJA KERAS

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis,

Transkripsi:

EVALUASI BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF Dede Endang Mascita Abstrak Pengajaran bahasa Indonesia baik di SD, SMP, dan SMA tujuan akhirnya adalah terampil berbahasa yang dilengkapi dengan pengetahuan tentang bahasa. Karena itu prioritas evaluasi harus memprioritaskan pada kompetensi sosiolinguistik. Evaluasi tidak hanya pada segi pengetahuan tentang bahasa, tetapi memahami dan terampil memfungsikan bahasa sebagai alat komunikasi, baik dalam komunikasi lisan maupun tertulis. Pembelajar dapat menggunakan bahasa sesuai dengan lingkungan sosialnya. Pengukuran kompetensinya dapat dilakukan guru melalui tes hasil belajar dan proses dalam belajar. Kata Kunci: Pengajaran bahasa, kompetensi, evaluasi, hasil belajar, proses belajar. A. Pendahuluan Evaluasi adalah alat untuk mengukur tingkat keberhasilan sebuah proses. Proses yang dievaluasi di sini adalah proses pembelajaran bahasa Indonesia. Evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia yang telah berjalan mulai dari format evaluasi kurikulum 1975, 1984, dan 1994. Format evaluasi selama itu tidak menunjukkan perkembangan. Semuanya hanya mengarah pada penilaian hasil. Karenanya yang muncul adalah evaluasi yang berbentuk soal pilihan atau isian singkat. Evaluasi pembelajaran mengacu pada suatu kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam pembelajaran Bahasa kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi komunikatif. Sejalan dengan pemikiran tersebut, di bawah ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan kompetensi komunikatif, permasalahan evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah, dan bagaimana solusinya. B. Permasalahan Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia Canale (1983) mengemukakan ada empat kompetensi komunikatif yaitu kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, kompetensi gramatika, dan kompetensi strategik. Keempat kompetensi tersebut jelas tidak bisa dipilah-pilah tetapi merupakan proses berbahasa tahap demi tahap. Permasalahannya sekarang ISSN 2089-2616 53

adalah bentuk evaluasi seperti apakah yang sesuai untuk mencapai keempat kompetensi tersebut? Karena yang terjadi selama ini adalah bentuk evaluasi yang bersifat kognitif, lebih mengarah pada komptensi gramatikal, seperti pada soal UAN mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2004 berikut ini. Ledakan bom itu terdengar sampai radius dua kilometer. Makna imbuhan ter- pada kalimat di atas sama dengan imbuhan ter- pada kalimat. a. Anak Pak Kosim tertembak peluru nyasar. b. Orang itu tertidur di ruang tunggu pasien. c. Yogyakarta terkenal sebagai kota pelajar. d. Beban seberat itu terangkat pula olehnya itu. e. Dia orang ternama di kampungnya. Contoh evaluasi dalam bentuk soal pilihan ganda di atas adalah salah satu contoh yang menunjukkan bahwa ada kesalahan dalam mengevaluasi hasil belajar bahasa. Bentuk evaluasi tersebut hanya dibutuhkan untuk kepentingan tingkat pengetahuan tentang kebahasaan. Mungkin saja pembelajar menjawab benar dalam soal tersebut tetapi sulit ketika menulis rangkaian kalimat dalam menuangkan gagasan. Hal di atas telah memunculkan opini masyarakat bahwa pembelajaran bahasa Indonesia tidak berhasil. Ketidakberhasilan itu dibuktikan oleh ketidakmampuan anak-anaknya berbahasa tulisan bahkan lisan. Melihat hal seperti itu, pertanyaan akan terus berulang: Bentuk evaluasi seperti apa yang sesuai dengan kompetensi komunkatif yang dimiliki pembelajar bahasa? C. Komponen Kompetensi Komunikatif Istilah kompetensi komunikatif ( communicative competence ) pertama kali dikemukakan oleh Dell Hymes (1972) sebagai reaksi terhadap konsep kompetensi bahasa yang dikemukakan Chomsky (1965). Chomsky memahami kompetensi bahasa lebih mengacu pada studi psikololinguistik, sedangkan konsep Hymes lebih mengacu pada studi sosiolinguistik. Istilah kompetensi komunikatif kemudian ditanggapi dengan berbagai interpretasi, salah satunya dikemukakan oleh Halliday (1973) dan Canale (1983) yang sering dikutif dalam literatur pengajaran bahasa. Konsep yang dikemukakan oleh Dell Hymes yang kemudian dikembangkan oleh linguis lain mencakup dua aspek yaitu aspek psikolinguistik dan aspek ISSN 2089-2616 54

sosiokultural. Salah seorang linguist Michael Canale mencoba mengembangkannya dengan mengemukakan bahwa kompetensi komunikatif tetap mengacu pada empat domain pengetahuan dan keterampilan yaitu kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, dan kompetensi strategic. 1. Kompetensi Gramatikal Kompetensi gramatikal merujuk kepada kompetensi linguistik dari Chomsky dan menurut Hymes seformal mungkin. Kompetensi gramatikal merupakan kemampuan gramatikal dan leksikal dari penguasaan bahasa seseorang. (Azies dan Alwasilah,2000:18). Penjelasan yang sama dan lebih rinci dikemukakan Huda (1999:32) yang mengemukakan bahwa komponen kompetensi gramatik identik dengan kompetensi linguistik melibatkan penguasaan kode bahasa verbal dan nonverval, seperti: kosakata, derivasi, pengucapan, ejaan dan semantik. Kompetensi ini diperlukan untuk memahami dan mengekspresikan maksud dari suatu ujaran. Bachman (dalam Azies dan Alwasilah,2000:19) menggunakan istilah kompetensi bahasa untuk kompetensi gramatikal, menurutnya kompetensi tersebut diyakini terdiri dari pengetahuan dan keterampilan tertentu yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem bahasa, untuk menetapkan makna ujaran, untuk menggunakan bahasa sesuai dengan konteks, dan untuk memakai bahasa di luar batas-batas kalimat. Untuk lebih menegaskan pemahaman tentang kompetensi gramatikal dapat disimpulkan bahwa kompetensi gramatikal adalah pengetahuan dan keterampilan seseorang untuk mengoperasikan sistem bahasa baik verbal maupun nonverbal sesuai dengan konteksnya. 2. Kompetensi Sosiolinguistik Kompetensi sosiolinguistik merujuk kepada pemahaman tentang konteks sosial tempat komunikasi berlangsung, termasuk hubungan peran, informasi yang dimiliki bersama partisipan, dan tujuan komunikasi interaksi yang dilakukan. (Azies dan Alwasilah, 2000:18) Komponen ini berhubungan dengan aturan wacana dan aturan sosial budaya. Kompetensi sosiolinguistik berhubungan dengan ujaran secara luas yang diekspresikan dan dipahami dengan tepat dalam konteks sosiolinguistik yang berbeda, yang pada waktunya tergantung pada faktor-faktor tertentu seperti status pembicara dan penyimak, tujuan atau sasaran interaksi, dan aturan serta norma interaksi. Kepantasan ujaran melibatkan makna. (Huda,1999:33) Lebih singkatnya, kompetensi sosiolinguistik berhubungan dengan kemampuan seseorang memahami konteks sosial tempat komunikasi berlangsung (status ISSN 2089-2616 55

pembicara, penyimak, topik, tujuan, dll.) dan kesesuaian menggunakan bahasa dalam konteks tersebut. 3. Kompetensi Wacana Kompetensi wacana merujuk kepada interpretasi unsur-unsur pesan individual dalam hal saling keterkaitan dan dalam hal bagaimana makna disajikan dalam kaitannya dengan wacana atau teks secara keseluruhan. Kompetensi wacana merujuk kepada kemampuan seorang pemakai bahasa dalam menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh teman bicaranya dalam kaitannya dengan konteks secara keseluruhan. (Azies dan Alwasilah,2000:18) Selain untuk menginterpretasikan pesan yang disampaikan dalam wacana atau teks keseluruhan, kompetensi ini juga mengacu pada kemampuan mengekspresikannya baik secara lisan maupun tertulis. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan Huda (1999: 33) bahwa kompetensi wacana berkaitan dengan penguasaan cara mengkombinasikan bentuk-bentuk gramatikal dan makna untuk menghasilkan pembicaraan atau tuturan tulisan dalam berbagai bentuk. Kesatuan tuturan dapat dicapai melalui kohesi (kesatuan bentuk) dan koherensi (kesatuan makna). Kohesi adalah hubungan antara tuturan dan struktur gramatikal yang dapat digunakan untuk menafsirkan makna sebuah wacana. Koherensi adalah hubungan beberapa makna dalam sebuah tuturan (teks). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kompetensi wacana adalah kemampuan seseorang memahami pesan yang ada dalam wacana atau teks dan kemampuan mengekspresikan gagasan atau pesan dengan menggunakan bahasa baik dalam bentuk lisan maupun tertulis (teks). 4. Kompetensi Strategik Komponen ini berhubungan dengan penguasaan strategi komunikasi verbal dan nonverbal. Strategi ini digunakan oleh pembicara untuk (a) make-up kelemahan dalam berkomunikasi berhubungan dengan segala keterbatasan, dan (b) untuk keefektifan komunikasi. Contohnya, strategi menafsirkan (paraphrasing) digunakan ketika pembicara lupa struktur gramatikal tertentu. (Huda,1999: 33) Kompetensi strategis merujuk kepada strategi yang dimiliki komunikator untuk memulai, menghentikan, mempertahankan, memperbaiki, dan meluruskan kembali komunikasi yang sedang berlangsung. (Azies dan Al wasilah, 2000: 18) Kompetensi strategis dipandang sebagai kemampuan melakukan perkiraan, perencanaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi dalam menentukan sarana yang paling efektif untuk meraih tujuan komunikatif. Kompetensi strategis terdiri dari keterampilan dan pengetahuan yang lebih umum yang digunakan dalam menilai, merencanakan dan melaksanakan tindak komunikatif secara efisien. (Bachman,1990 dalam Azies dan Alwasilah,2000:19) Dengan demikian, dapat ISSN 2089-2616 56

disimpulkan bahwa kompetensi strategis adalah kemampuan seseorang menentukan strategi yang tepat dalam berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal. Strategi tersebut seperti bagaimana memulai, menghentikan, mempertahankan, memperbaiki, dan meluruskan ujaran. D.Prioritas Kompetensi Komunikatif dan Evaluasi yang Sesuai dalam Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah 1. Prioritas Kompetensi dalam Pengajaran Bahasa di Sekolah Kompetensi gramatikal adalah kemampuan seseorang tentang pengetahuan linguistik bahkan menurut Hymes harus seformal mungkin dalam penggunaannya. Kompetensi semacam ini sebenarnya telah diterapkan pada kurikulum 1984 dengan pendekatan strukturnya. Pembelajar bahasa diarahkan kepada pengetahuan tentang struktur bahasa. Metode belajar dengan menekankan pada pengetahuan struktur bahasa ternyata tidak menghasilkan penutur bahasa yang handal. Pembelajar hanya menerima dan menghapal struktur gramatikal bahasa Indonesia. Karena itu, wujud pembelajaran dalam memperoleh kompetensi gramatikal adalah berlatih menyusun kalimat yang benar. Pembelajar tidak bisa mengaplikasikan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam praktik komunikasinya, pembelajar banyak mengalami hambatan. Misalnya dalam berbahasa lisan, ia tidak bisa berbicara di depan umum dengan lancar, dan dalam berbahasa tulis, ia sulit untuk mengembangkan gagasannya. Pada akhirnya, pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan kebahasaan ini dianggap tidak berhasil dalam pengajaran bahasa Indonesia. Kompetensi sosiolinguistik merupakan kemampuan menggunakan bahasa secara pragmatis dalam lingkungan masyarakat. Kompetensi ini merupakan kemampuan yang bersifat aplikatif. Pembelajar tidak hanya mengetahui tentang bahasa tetapi memahami dan terampil memfungsikan bahasa sebagai alat komunikasi, baik dalam komunikasi lisan maupun tertulis. Pembelajar dapat menggunakan bahasa sesuai dengan lingkungan sosialnya. Dia dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik adalah menggunakan bahasa sesuai situasi dan kondisi tempat di mana ia melakukan tindak ujar. Menggunakan bahasa Indonesia yang benar adalah menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah penggunaannya. Karena itu wujud pembelajaran untuk memperoleh kompetensi ini adalah dengan berlatih percakapan dalam berbagai peristiwa tindak ujar yang sering terjadi di lingkungan sosialnya. Misalnya, berlatih berbicara di depan ISSN 2089-2616 57

umum, berbicara di telepon, berbicara ke orang tua, berdiskusi, dan latihanlatihan lainnya. Kompetensi sosiolinguistik sebenarnya mulai ditekankan seiring dengan berubahnya kurikulum 1984 ke kurikulum 1994. Bergulirnya kurikulum 1994 secara otomatis mengubah pendekatan dalam belajar bahasa. Kalau pada kurikulum 1984 pendekatan belajar bahasa lebih ditekankan pada struktur sedangkan pada kurikulum 1994 lebih ditekankan pada unsur komunikatifnya. Kompetensi wacana adalah kemampuan untuk memahami dan menafsirkan serta mengekspresikan wacana baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kompetensi ini lebih mengarah pada kemampuan menafsirkan kode-kode bahasa dan kemampuan menggunakan kode-kode bahasa tersebut untuk menyampaikan gagasan dan informasi kepada pembaca atau penyimak. Karena itu, wujud pembelajaran untuk mencapai kompetensi wacana adalah berlatih membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Kompetensi strategis adalah kemampuan seseorang menentukan strategi yang tepat dalam berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal. Strategi tersebut seperti bagaimana memulai, menghentikan, mempertahankan, memperbaiki, dan meluruskan ujaran. Keempat kompetensi tersebut merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pembelajar bahasa, yaitu bermula dari pemahaman tentang kebahasaan, kemudian dapat menggunakan bahasa tersebut secara pragmatis (sosiolinguistik) sesuai konteks sosial, dapat memahami dan menulis wacana dan dapat menggunakan strategi atau gaya tertentu ketika berbahasa. Jadi, sebenarnya keempat kompetensi tersebut merupakan proses tahap demi tahap dalam belajar bahasa. Namun, apabila harus membuat prioritas pengajaran di sekolah, sebaiknya lebih ditekankan pada kompetensi sosiolinguistik, kemudian kompetensi wacana, kompetensi gramatik dan kompetensi strategik. Prioritas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Kompetensi sosiolinguistik akan menyebabkan seseorang memahami konteks sosial tempat komunikasi berlangsung (status pem bicara, penyimak, topik, tujuan, dll.) sehingga dapat menggunakan bahasa sesuai dengan konteksnya. Setelah memahami dan dapat menggunakan bahasa sesuai dengan konteksnya, dia akan menggunakan kompetensi wacana nya yaitu memahami pesan yang ada dalam wacana atau teks dan berusaha mengekspresikan gagasan atau pesan dalam bentuk lisan atau tertulis (teks), setelah kedua kemampuan tersebut dimiliki tahap selanjutnya dia mencoba menganalisis struktur gramatiknya ketika berkomunikasi apakah sesuai dengan kaidah gramatikalnya atau tidak (kompetensi gramatikal). Seandainya, ketiga kompetensi itu sudah dimiliki maka akan lengkap apabila ia memiliki kemampuan melakukan strategi tertentu dalam berbahasa. ISSN 2089-2616 58

Strategi tersebut dapat berupa gaya berbicara, gaya menulis, dan gaya berbahasa lainnya. 2. Evaluasi Kompetensi Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Indonesia Evaluasi pembelajaran bahasa tidak bisa dilakukan hanya dengan memberikan tes tertulis, memilih jawaban yang sudah ada. Evaluasi pembelajaran bahasa harus memperhatikan fungsi dan tujuan belajar berbahasa. Dalam Kurikulum Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dijabarkan bahwa fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) adalah (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bahasa, (2) sarana peningkata n pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian BSI yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5) sarana pengembangan penalaran, dan (6) sarana menimbulkan pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusastraan Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa dalam kurikulum berbasis kompetensi atau kurikulum 2004, dijelaskan bahwa pelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan pada pembinaan dan peningkatan kompetensi komunikatif siswa, yaitu siswa terampil menggunakan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan. Menyikapi fungsi dan tujuan pembelajaran di atas, guru harus mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan keempat kompetensi komunikatif yang dikemukakan Canale yaitu kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, kompetensi gramatika, dan kompetensi strategik. Salah satu tanggung jawab dari guru adalah memberikan evaluasi atau penilaian terhadap perkembangan kemahiran berbahasa siswa dengan sistem penilaian yang sesuai dengan kemahiran yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa. Tentu saja, bentuk evaluasi untuk mencapai keempat kompetensi tersebut tidak dapat dilakukan hanya dengan memberikan bentuk soal pilihan ganda seperti contoh di atas. Evaluasi yang dilakukan guru -- yang berfungsi sebagai evaluator -- tidak hanya penilaian hasil belajar tetapi juga penilaian proses dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian juga tidak dilakukan pada akhir periode pembelajaran, tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil, dan dilakukan dengan berbagai cara baik melalui tes tulisan maupun lisan. Evaluasi yang dilakukan melalui penilaian hasil belajar akan mendapatkan hasil yang semu dari kemampuan pembelajar. Apalagi alat penilaian hanya berupa tes dengan soal-soal berbentuk pilihan ganda seperti contoh di atas. ISSN 2089-2616 59

Karena itu, evaluasi yang dilakukan tidak hanya hasil tetapi proses belajarnya. Demikian juga alat penilaiannya tidak hanya berupa tes tulis mengerjakan soalsoal pilihan yang sudah ada jawabannya, tetapi dapat bervariasi sesuai dengan kompetensi komunikatif yang diharapkan. Evaluasi atau penilaian yang sesuai dengan kompetensi komunikatif dalam pelajaran bahasa Indonesia adalah penilaian otentik ( authentic assessment). Menurut Sarwiji Suwandi (2003:13) Karakteristik penilaian otentik adalah (a) penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran, (b) bisa digunakan untuk formatif dan sumatif, (c) yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, (d) berkesinambungan, (e) terintegrasi, dan (f) dapat dipakai sebagai feed back. Jadi, jelas bahwa evaluasi yang sesuai lebih mengarah pada kemampuan berkomunikasi bukan mengetahui tentang bahasa. Hal-hal yang dapat dijadikan dasar penilaian adalah pekerjaan rumah (PR), kuis, presentasi, demonstrasi, karya siswa, laporan, hasil tes siswa, karya tulis, dan sebagainya. Penilaian tidak hanya oleh guru, tapi dapat juga oleh siswa. Penilaian seperti itu akan mencakup penilaian hasil belajar dan proses belajar. Berikut ini adalah contoh-contoh bentuk penilaian yang mengarah kepada kompetensi komunikatif dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah baik, SD, SMP, maupun SMA. Urutan pembahasannya disesuaikan dengan prioritas kompetensi yang telah ditentukan di atas. Contoh penilaian yang dapat dilakukan guru agar siswanya memiliki kompetensi sosiolinguistik adalah dengan memberikan tes berupa percakapan dengan topik, waktu, dan peran yang ditentukan guru. Pembelajar disuruh mengembangkan dialognya. Kriteria penilaian terletak pada kemampuan berbahasa yang sesuai dengan siapa yang berbicara dan siapa yang diajak bicara, bagaimana situasi dan waktunya, dan apa topiknya. Contoh penilaian agar pembelajar memiliki kompetensi wacana adalah siswa diberi tes berbicara atau menulis mengungkapkan kesan tentang sesuatu atau mengungkapkan gagasan. Kriteria yang dapat ditentukan adalah kelancaran berbicara dan atau kelancaran menulis. Contoh penilaian agar pembelajar memiliki kompetensi gramatika adalah siswa disuruh menganalisis pembicaraan atau tulisan orang lain. Kriteria yang dapat ditentukan adalah ketepatan menganalisis secara gramatika. Contoh penilaian agar pembelajar memiliki kompetensi strategi adalah siswa disuruh berpidato atau menulis karangan. Kriteria yang dapat ditentukan adalah munculnya gaya-gaya berbahasa lisan, misalnya dalam berpidato menggunakan catatan kecil, dan dalam berbahasa tulis gaya memilih dan menggunakan katakata. ISSN 2089-2616 60

Seandainya, dasar-dasar penilaian tersebut dapat dilakukan oleh guru, maka tujuan pembelajaran bahasa akan tercapai dengan baik. Para siswa akan dibekali kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan. E. Penutup Sebagai penutup dari tulisan ini, penulis ingin menekankan bahwa pengajaran bahasa Indonesia baik di SD, SMP, dan SMA tujuan akhirnya adalah terampil berbahasa yang dilengkapi dengan pengetahuan tentang bahasa. Karena itu prioritas evaluasi harus memprioritaskan pada kompetensi sosiolinguistik. Dengan penekanan ini, pembelajar bahasa Indonesia tidak hanya akan mengetahui tentang bahasa tetapi memahami dan terampil memfungsikan bahasa sebagai alat komunikasi, baik dalam komunikasi lisan maupun tertulis. Pembelajar dapat menggunakan bahasa sesuai dengan lingkungan sosialnya. Untuk mengukur kompetensinya, guru dapat memberikan penilaian melalui tes hasil belajar dan penilaian dalam proses belajar. Bentuk penilaian tentu saja tidak bisa dalam bentuk tes pilihan ganda tetapi yang sesuai, misalnya berdialog dan menganalisis dialog berdasarkan unsur-unsur pragmatisnya. Referensi Azies dan Alwasilah. (2000). Bandung : Rosdakarya Pengajaran Bahasa Komunikatif : Teori dan Praktek. Depdiknas. (2004). Bahasa dan Sastra Indonesia (Naskah Ujian Nasional). Jakarta: Depdiknas. Huda, Nuril. (1999). Language Learning and Teaching: Isues and Trends. Malang: IKIP Malang Publisher Suwandi, Sarwiji. (2003). Peranan Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Pusat Bahasa. ISSN 2089-2616 61