ANALISIS TINGKAT PERMINTAAN JAMUR TIRAM DI PASAR TRADISIONAL DAN SUPERMARKET DI KOTA PALEMBANG. Oleh : Nur Azmi dan Rahmi Hidayati



dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

2014 STUDI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PRODUK CRISPY BABY FISH DALAM UPAYA MEMPENGARUHI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TAHU DI GAMPONG PANTE GAJAH KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PELUANG BISNIS JAMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. gizi dalam jamur hampir mengimbangi nutrisi pada daging sapi dan daging ayam.

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Oleh : Mawardati *) ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

AGRIBISNIS KENTANG DI KABUPATEN WONOSOBO

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar

Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler pada Rumah Tangga di Perumahan Bereng Kalingu I di Kelurahan Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bagi konsumennya sehingga tercipta persaingan yang cukup ketat. Produk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

: Laila Wahyu R NIM :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi September Tahun 2014 ANALISIS TINGKAT PERMINTAAN JAMUR TIRAM DI PASAR TRADISIONAL DAN SUPERMARKET DI KOTA PALEMBANG Oleh : Nur Azmi dan Rahmi Hidayati Dosen Fakultas Pertanian Universitas IBA ABSTRAK Jamur merupakan salah satu pangan substitusi dengan kandungan protein yang cukup tinggi yakni hampir sama dengan pangan ayam dan daging. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat permintaan jamur di Kota Palembang serta faktor-faktor apa saja yang terkait dengan permintaan jamur tiram di Kota Palembang. Metode penelitian terdiri dari metode survey dan metode snow ball, Metode survey digunakan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat permintaan jamur sedangkan metode snow ball digunakan untuk menganalisis seberapa besar tingkat permintaan jamur dengan cara studi kasus kepara produsen jamur tiram serta pasar tradisonal dan supermarket serta metode survey dilakukan dengan pengambilan sampel dari beberapa konsumen yang membeli jamur di Pasar-pasar tradisional,dan supermarket Kota Palembang. Hasil penelitian menunjukkan tingkat permintaan jamur tiram di Kota Palembang rata-rata adalah 85,85 kg/hari, sehingga tingkat permintaan jamur adalah 2.575.7, hal ini masih sangat rendah bila dibandingkan di Pulau Jawa yang sudah melebihi. 1.000 kg perhari. dikarenakan sebagian besar masyarakat belum mengenal jamur tiram ini dan indutri pengolahan jamur belum berkembang.rata-rata permintaan jamur tiram di Kota Palembang hanya sebesar 12 persen bila dibandingkan di Luar Sumatera yakni di Pulau Jawa.Permintaan jamur tiram di Kota Palembang dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat, harga jamur dengan taraf signifikansi 5 persen dan tingkat kepercayaan atau (R 2 68,4) persen dan selera yang merupakan variabel dummy. Kata kunci: Jamur tiram, tingkat permintaan, faktor tingkat permintaan. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias. Jamur merupakan salah satu komoditi pangan pada katagori sayuran yang memiliki manfaat baik untuk kesehatan. Jamur disukai karena rasanya yang enak selain itu pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur yang semakin berkembang membuat komoditi jamur semakin meningkatkan tingkat permintaannya (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2011). Konsumsi jamur dapat meningkatkan kesehatan dikarenakan jamur memiliki nilai takaran gizi lengkap. Kandungan gizinya yang tinggi hampir mengimbangi kandungan gizi pada daging ayam dan daging sapi jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu. 169

Berikut Perbandingan nilai gizi jamur dengan jenis pangan lainnya. Tabel 1. Kandungan Nilai Gizi Jamur, Daging Ayam dan Daging Sapi Bahan pangan Daging Ayam Daging Sapi Jamur Kalori 302 207 128 Protein 18,20 18,18 16,00 Lemak 25 14 0,90 Karbohidrat 0 0 64,40 Kalsium 14 11 51 Fosfor 200 170 223 Zat Besi 2 3 7,00 Vitamin A 810 30 0 Vitamin B1 0,08 0,08 0,11 Data : dari berbagai sumber Jamur tiram merupakan komoditi yang dikembangkan di Kota Palembang. Hal ini terlihat dari banyaknya jamur tiram yang dijual dipasaran baik di pasar tradisional maupun supermarket. Namun dari segi harga jual di pasaran, harga jamur tiram masih fluktuatif, yakni antara Rp 25.000 sampai dengan Rp 40.000/kg nya. Harga jamur tiram yang yang cukup tinggi ini, mungkin di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain permintaannya yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan oleh para produsen jamur tiram di Kota Palembang. Namun faktor lain yang terkait pada aspek permintaan jamur tiram ini perlu dianalisa lebih lanjut oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mendalami lebih lanjut terkait tingkat permintaan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan jamur tiram di Kota Palembang Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang menarik untuk diteliti adalah: 1. Bagaimanakah tingkat permintaan jamur tiram di kota Palembang? 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jamur tiram di Kota Palembang? Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah diduga tingkat permintaan jamur tiram di Kota Palembang masih lebih rendah jika dibandingkan di dengan tingkat permintaan jamur tiram di Kota besar di Pulau Jawa. 170

II. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Palembang, dikarenakan produksi jamur tiram termasuk usaha yang masih tergolong baru dan mulai berkembang, penelitian ini dilakukan Bulan November sampai dengan Desember 2013. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode snow ball dan survey. Metode survey digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan jamur yakni dengan cara mengambil sampel konsumen yang membeli jamur pada pedagang atau supermarket. Sementara untuk mengetahui tingkat permintaan jamur tiran digunakan metode snow ball serta observasi ke pengusaha dan pedagang jamur. C. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani produsen dan pedagang jamur tiram dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Data primer yang dikumpulkan meliputi input produksi yang diperlukan dalam usahatani jamur tiram, aspek produksi (budidaya) dan pemasaran jamur tiram, serta tingkat penjualan dan harga. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi atau lembaga yang terkait, yaitu Dinas Pertanian dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan, Pengusaha jamur tiram, Pedagang pasar dan penjual jamur tiram serta literatur/jurnal penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. D. Metode Pengolahan dan Analisis Data Untuk tujuan penelitian pertama mengenai tingkat permintaan jamur tiram menggunakan penghitungan secara matematis yang akan dijelaskan secar deskriptif. Sedangkanuntuk menjawab pertanyaan kedua mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan digunakan metode Regresi linier berganda.analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Rumus: Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 + +b n X n + e Dimana: Y = variabel terikat A = konstanta b 1,b 2 = koefisien regresi X 1, X 2 = variabel bebas e = error term Pengolahan data mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan jamur tiram menggunakan data permintaan jamur, harga jamur tiram dipasaran, pendapatan, serta selera. penghitungan secara matematis yang akan dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 + e Dimana : Y X 1 X 2 b 1,b 2 e =permintaan jamur tiram =Pendapatan = Harga = Variabel bebas = error term 171

Hasil yang didapat dari nilai regresi tersebut akan di dapat nilai R 2, uji F, dan uji t. Dimana nilai R 2 dapat menjelaskan seberapa besar persentase kemampuan variabel bebas untuk menjelaskan variabel terikat. Semakin besar nilai R 2 maka semakin baik persamaan tersebut. Sedangkan nilai uji statistik F untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen dengan tingkat signifiknsi 5%. Uji t untuk mengetahui apakah masingmasing variabel independen secara sendirisendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Permintaan Jamur Tiram Jamur tiram dikota Palembang saat ini mulai berkembang, hal ini seiring dengan banyaknya para pengusaha jamur yang menjual produk jamur tiram di Kota Palembang, berikut Tabel dan Data Permintaan Jamur tiram di supermarket dan pasar tradisional Kota Palembang. Tabel 2. Rata-rata Permintaan Jamur di Pasar Tradisional dan Supermarket Kota Palembang Pasar Permintaan perhari (kg)(seninjumat) Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014 Data yang di olah dari informasi tingkat penjualan para pedagang jamur tiram yang ada di pasar baik dipasar tradisional maupun supermarket. Pasokan jamur tiram hanya bergantung dari para pengusaha jamur yang masih terbatas jumlahnya. Pada hari senin sampai dengan jum at permintaan jamur tiram lebih rendah daripada hari sabtu minggu dan biasanya juga produsen jamur cendrung lebih banyak memasok jamur ke pedagang pada akhir minggu hal ini disebabkan pada akhir minggu biasanya jumlah pembeli atau konsumen lebih banyak dikarenakan mereka memiliki kesempatan untuk berbelanja di pasar, selain itu banyak acara-acara keluarga yang juga mendorong permintaan jamur lebih tinggi dari hari biasa. Di akhir pecan Supplai jamur lebih banyak dari pada hari biasa didapati bahwa jamur yang mereka jual di pedagang dipasar habis terjual sehingga jika diasumsikan jamur yang dijual dipasaran hanya memenuhi sekitar 25% permintaan konsumen maka permintaan jamur tiram perhari diperkiraakan mencapai 300 kg perharinya. Informasi dari para pengusaha jamur tiram juga ternyata banyak pembeli (konsumen) rumahtangga yang langsung membeli jamur tersebut langsung ke pengusaha, namun biasanya mereka menawarkan harga yang lebih tinggi Permintaan perhari (kg)(sabtu Minggu) 172 Rata-rata permintaan perhari (kg) Rata-rata permintaan perbulan (kg) Pasar Lemabang 10 15 11.4 342.9 Pasar Perumnas 20 35 24.3 728.6 Pasar Sekip Ujung 4 10 5.7 171.4 Pasar Pallima 4 7 4.9 145.7 Pasar Kuto 2 5 2.9 85.7 Pasar Buah 16 Ilir 3 10 5.0 150.0 Pasar 26 Ilir 2 4 2.6 77.1 Pasar Km 12 2 5 2.9 85.7 Pasar Bukit 2 3 2.3 68.6 Pasar Kertapati 2 6 3.1 94.3 Pasar Plaju 2 4 2.6 77.1 Pasar Cinde 2 4 2.6 77.1 Diamond Supermarket 4 15 7.1 214.3 Hypermart 1,2 2 8 3.7 111.4 Carrefour 2 4 2.6 77.1 Giant 2 3 2.3 68.6 Total 65 138 85.85 2.575.7

daripada harga yang mereka jual ke para pedagang di pasar (pengecer) atau sama dengan harga yang ditawarkan oleh para pedagang di pasar. Sehingga permintaan jamur tiram dapat lebih tinggi dari data tersebut. Permintaan akan jamur tiram yang diminta oleh para pedagang tidak dapat dipenuhi tersebut oleh para pengusaha dikarenakan rata-rata pengusaha jamur tiram hanya berproduksi dari sekitar 5.000 10.000 baglog. Pada Tahun 2011 para pengusaha jamur masih kesulitan untuk memasarkan jamurnya dikarenakan masih belum dikenal oleh masyarakat, sehingga banyak dari pengusaha yang menutup usahanya. Namun pada Tahun 2013 ini para pengusaha dapat lebih mudah memasarkan jamurnya dikarenakan masyarakat telah mendapat informasi baik dari media cetak maupun elektronik akan manfaat dan rasa jamur yang enak. Saat ini budidaya jamur tiram masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan produsen jamur tiram hanya mampu memasok jamur untuk wilayah disekitar produksi saja. Jamur tiram di Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang, jika dibandingkan dengan permintaan di daerah Jawa terutama Jakarta dan sekitarnya, Jawa Barat dan Kota besar lainnya jenis jamur lainnya masih jauh lebih kecil yakni hanya sekitar 12 persen saja dari kota-kota tersebut yang sudah mencapai ribuan kilogram perharinya. Berikut data Permintaan jamur Tiram Di Kota Besar di Pulau Jawa pada Tahun 2012. Tabel 3. Jumlah Permintaan Jamur Tiram di Beberapa Kota Besar Di Indonesia Tahun 2012. No Kota Kebutuhan per hari (kg) 1 Jabodetabek 20.000 25.000 2 Cianjur 1.500 2.000 3 Sukabumi 4 Bandung 7.500 8.500 5 Semarang 500 1.000 6 Yogyakarta 1.000 2.000 7 Malang 1.500 1.750 8 Surabaya 1.500 2.000 Sumber : CV Asa Agro Corporation dalam Piryadi ( 2013) Tingginya permintaan jamur tiram di Kota-Kota Besar membuat peluang untuk membudidayakan tanaman ini masih sangat terbuka, selain itu ada kecendrungan permintaan semakin meningkat seiring dengan pengetahuan dan informasi yang di dapat oleh masyarakat mengenai manfaat serta keinginan masyarakat untuk diversifikasi pangan. Jika diasumsikan kenaikan permintaan jamur sebesar 5 persen per tahun, maka diperkirakan pada Tahun 2013 permintaan Jamur Tiram akan naik menjadi 21,900 ton/tahun padahal kemampuan produsen yakni pengusaha jamur tiram saat ini hanya sekitar 10.000 12.500 ton pertahun (Piryadi, 2013). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2006) yakni di dapati permintaan jamur tiram pada Tahun 2005 permintaan pedagang jamur kepada para produsen jamur masih belum dapat dipenuhi sehingga hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya daya serap pasar masih lebih besar darai pada tingkat produksi yang dihasilkan produsen, pada Tahun tersebut permintaan yang belum dipenuhi sekitar 50 100 kg untuk setiap pasar perhari. Sedangkan hasil wawancara dari responden atau pedagang dipasar rata-rata setiap pedagang hanya mendapat satu sampai dengan dua kilogram saja 173

perharinya. Hal ini dikarenakan para pengusaha yang mengusahakan jamur tiram dengan skala yang kecil yakni kurang dari 5000 baglog, serta belum banyak pengusaha yang melakukan mengganti atau membuat perbedaan umur baglog dikarenakan tingkat produksi jamur tiram memiliki siklus seperti halnya tanaman lain yang berbeda yakni mula mula tingkat produksi akan naik akan tetapi setelah baglog berumur tiga atau empat bulan maka produksi akan cendrung menurun. Data dari Jamur Tiram Lestari sebagai pemasok bibit jamur atau baglog pada para pengusaha jamur bahwa tingkat permintaan baglog jamur tiram pun cenderung meningkat per bulannya, hal ini dikarenakan banyaknya permintaan jamur tiram di Kota Palembang sehingga menambah jumlah produsen-produsen jamur tiram baru. Selain itu meski jamur tiram kini meningkat produksinya harga jamur tiram cenderung stabil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sehingga produsen tertarik untuk mengembangkan bisnis jamur mereka. Sehingga hipotesis dari penelitian ini bahwa tingkat permintaan jamur tiram Di Kota Palembang masih lebih rendah daripada permintaan di Kota Besar lainnya terbukti benar. Faktor-faktor yang Mempengruhi Permintaan Jamur Tiram Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan jamur dikota Palembang diantaranya adalah harga jamur itu sendiri, pendapatan dan selera. Pada penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi jamur tiram ini juga terdapat variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan varaibel yang bersifat kualitatif. Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifat kontinyu. Variabel dummy mempunyai dua nilai yaitu 1 dan 0, serta diberi symbol D. Variabel dummy pada penelitian ini adalah variabel selera konsumen yakni konsumen yang membeli jamur tiram dikarenakan faktor selera yakni dikarenakan keinginan untuk mencoba rasa jamur atau membeli jamur lagi dikarenakan rasanya yang enak yang diberi nilai 1 sedangkan konsumen yang membeli karena faktor lain seperti manfaat untuk kesehatan, pangan alternatif serta keanekaragaman pangan, diberi nilai 0. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jamur tiram yang telah diregresikan dengan menggunakan program SPSS versi 16 akan disajikan pada Tabel 6 berikut, yakni yang menunjukkan pengaruh pendapatan, harga dan selera terhadap permintaan jamur Tiram di Kota Palembang. Dari hasil regresi model menunjukkan koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,68 atau sebesar 68,4 persen variabel bebas yaitu pendapatan dan harga jamur dapat menjelaskan sebesar 68,4 persen variabel terikatnya yaitu permintaan jamur tiram. Sedangkan sisanya yakni sebesar 31,6 persen dijelaskan oleh variabel lain. Nilai t signifikan hanya pada variabel pendapatan dan harga yakni masing-masing sebesar 0,020 dan 0,06 yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti tingkat signifikansi 5% sehingga artinya variabel pendapatan dan harga mempunyai pengaruh terhadap tingkat permintaan jamur tiram, Selain itu nilai t yang positif juga menunjukkan bahwa hubungan antara variabel pendapatan dan harga memiliki hubungan yang searah, yakni jika pendapatan naik maka permintaan jamur tiram akan naik, begitu pula dengan variabel harga jika 174

harga jamur naik maka permintaan jamur masih menunjukkan respon yang positif. Uji F digunakan untu melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 18,79 lebih besar daripada F tabel sehingga permintaan jamur tiram secara bersamaa-sama dipengaruhi oleh variabel pendapatan dan harga jamur tersebut. Meski harga jamur relative stabil dan sedikit bervariasi di pasar-pasar tradisional maupun supermarket di Kota Palembang. Tabel 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jamur Tiram seperti di Pulau Jawa harga jamur relative lebih murah yakni berkisar antara Rp. 7.500 sampai dengan Rp. 10.000 perkilogramnya, hal ini disebabkan oleh tingkat permintaan jamur yang tinggi baik bagi masyarakat maupun industri olahan jamur, seperti restoran jamur atau restoran vegetarian, serta industri pengolahan jamur lainnya seperti keripik jamur, bakso jamur serta nugget jamur. Selain itu efisensi produksi jamur tiram yang juga tinggi karena umumnya para pengusaha jamur membuat sendiri baglognya serta produksi perbaglog yang juga tinggi dikarennakan pembibitan serta pemeliharaan jamur yang sudah professional. Variabel Bebas Koefisien Regresi Standar Error t- hitung Signifikan Pendapatan 1.973.000 2.478.020 Harga.007.002 2.960.006 Selera 20.036 18.461 1.085.288 Konstanta -62.601 65.485-956 0.34 8 R 2 = 0.684 Signifikan = 0,05 F hit 18,79 DW = 1.034 Sehingga diperoleh persamaan regresi linier berganda yang dapat disusun sebagai berikut: Y = -62.601 + 1.973X 1 + 0.007X 2 + 20.036 D Harga jamur yang memiliki respon positif terhadap permintaannya dikarenakan jamur tiram bagi sebagian masyarakat masih termasuk barang mewah, hasil wawancara dilapangan memang mendukung hal tersebut dikarenakan di Sumatera Selatan khususnya kota Palembang harga jamur masih tergolong cukup tinggi yakni berkisar antara Rp. 30.000 sampai dengan Rp. 40.000 perkilogramnya dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang berpendapatan tinggi atau lebih dari Rp. 4.000.000 perbulannya. Namun di daerah lain di luar Sumatera 175 Jamur tiram juga dikonsumsi sebagai sayur atau lauk tambahan dan bukan pangan pengganti yang menggantikan lauk pauk meski kandungan gizi di dalam jamur tiram yang banyak mengandung protein atau kandungan gizinya hampir sama atau mendekati pangan sejenis seperti daging ayam dan daging sapi. Jamur tiram juga dikonsumsi sebagai sayur yakni dimasak sebagai olahan sayur mayur seperti ditumis, campuran sayur asem, sebagai isi lumpia sedangkan bila dikonsumsi sebagai lauk jamur tiram diolah menjadi nugget, sate, jamur goreng tepung, akan tetapi fungsinya masih sebagai lauk pendamping yang disejajarkan dengan pangan lain yakni tahu dan tempe, karena meski harga jamur yang tinggi kebanyakkan masyarakat

mengkonsumsinya dalam jumlah yang sedikit yakni hanya sekitar seratus sampai dengan duaratus lima puluh gram perharinya atau untuk sekali masak. Jamur tiram jika dibandingkan dengan jamur lain seperti shiitake, merang dan jamur kuping harganya relatif lebih murah, sehingga perkembangan permintaan akan jamur tiram lebih tinggi daripada jamur tersebut, hal ini juga disebabkan oleh pemeliharaan dan budidaya jamur tiram juga lebih mudah daripada jamur lain tersebut. Rasa dan aneka olahan pangan oleh industri yang mulai mengusahakan jamur tiram ini membuat jamur tiram semakin popular dikalangan masyarakat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa: 1. Tingkat permintaan jamur tiram di Kota Palembang masih lebih rendah bila dibandikan di Jawa dikarenakan sebagian besar masyarakat belum mengenal jamur tiram ini dan indutri pengolahan jamur belum berkembang. 2. Rata-rata permintaan jamur tiram di Kota Palembang hanya sebesar 12 persen bila dibandingkan di Luar Sumatera yakni di Pulau Jawa. 3. Permintaan jamur tiram di Kota Palembang dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat, harga jamur dengan taraf signifikansi 5 persen dan tingkat kepercayaan atau (R 2 68,4) persen dan selera yang merupakan variabel dummy. DAFTAR PUSTAKA Aditya, R dan D. Saraswati, 2012. 10 Jurus Sukses beragribisnis Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta. Chazali, S dan P. S. Pratiwi. 2012. Usaha jamur Tiram Skala Rumahtangga. Penebar Swadaya. Jakarta. Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Laporan Tahunan tanaman Hortikultura Dalam Angka. Nugraha, A.P, 2006. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar di Bogor Propinsi jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Program Studi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Bogor Piryadi, T.U. 2013. Bisnis Jamur Tiram. Agro Media Pustaka. Jakarta. Setyawati, T. 2009. Analisis Biaya dan Pendapatan Industri benih (baglog) Jamur Tiram Putih (Pleurotus astreatuss strain florida) di Kecamatan karangploso, Kabupaten Malang. Sumarmi. 2006. Botani dan tinjauan gizi jamur tiram putih. Jurnal Inovasi Pertanian 4(2):124-130. Ucapan Terimakasih : Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan Atas Bantuan dana Hibah Tahun Anggaran 2013 Rektor Universitas IBA Ketua LPPM Universitas IBA Rekan-rekan di Fakultas Pertanian Universitas IBA 176