BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis property dan real estate di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat tajam pada dekade terakhir ini. Banyak masyarakat tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik (www.kompas.com, 30 September 2013). Kenaikan harga saham property dan real estate disebabkan karena harga tanah yang cenderung naik, supply tanah bersifat tetap sedangkan demand nya akan selalu bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta bertambahnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan dan lain-lain. Investasi di sektor properti dan real estate pada umumnya bersifat jangka panjang dan pertumbuhannya sangat sensitif terhadap indikator makro ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah. Sejak krisis ekonomi tahun 1998, banyak perusahaan pengembang mengalami kesulitan karena memiliki hutang yang didominasi oleh dolar Amerika dalam jumlah yang besar yang telah dipinjamnya pada saat sebelum krisis ekonomi guna membangun properti. Berdasarkan harian kompas online (30-09-2013) menyatakan krisis ekonomi menyebabkan bunga 1
2 kredit melonjak hingga 50% sehingga pengembang mengalami kesulitan untuk membayar cicilan kreditnya (dalam bentuk dolar Amerika). Berdasarkan harian kompas online (30-09-2013) menyatakan bahwa belakangan muncul pendapatan yang menyatakan booming bisnis properti terjadi di 2013. Akan tetapi berdasarkan hasil analisis Ikatan Analis Properti Indonesia (IKAPRI), booming properti akan terjadi pada tahun 2014. Perkembangan bisnis properti di Indonesia yang diprediksi akan mengalami kejayaan di tahun 2014. Sektor apartemen mencapai puncaknya pada 2012 dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp12,4 triliun, sedangkan sektor ritel (pusat perbalanjaan) mencapai puncaknya 2013 dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp14 triliun. Sementara itu, sektor perkantoran mencapai puncaknya di 2011 lalu dengan nilai kapitalisasi Rp10 Triliun, sedangkan sektor perhotelan telah mengalami booming sejak 2010-2012, dengan nilai kapitalisasi diatas Rp 6 triliun. Disisi lain, sektor perumahan dan ruko tetap akan tumbuh signifikan sampai 2012-2014. Secara umum, total nilai kapitalisasi properti tertinggi terjadi pada 2013-2014 yang secara signifikan ditopang oleh sektor perumahan, ruko, dan pusat perbalanjaan. Perkembangan harga saham di sektor properti dan real estate setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan konsumen yang semakin meningkat sehingga mendorong naiknya harga saham properti. Selain itu juga dapat disebabkan oleh respon dan reaksi yang berbeda-beda dari setiap investor terhadap informasi-informasi yang terdapat
3 di pasar. Informasi-informasi ini dapat bersumber dari kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang dapat dilihat dari pertumbuhan indikator makro ekonomi. Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pergerakan harga saham yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disebut juga sebagai faktor fundamental adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Faktor internal ini berkaitan dengan pendapatan yang akan diperoleh para pemodal baik berupa dividen maupun capital gain. Faktor eksternal merupakan faktor non fundamental biasanya bersifat makro seperti situasi politik dan keamanan, perubahan nilai tukar mata uang, naik turunnya suku bunga bank dan serta rumor-rumor yang sengaja oleh spekulan atau orang-orang yang ingin mengeruk keuntungan dari situasi tersebut (Alwi, 2003: 105). Faktor fundamental merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh terhadap harga pasar saham. Bagi perusahaan, faktor ini menjadi tanggung jawab pihak manajemen perusahaan khususnya kepada para pemegang saham. Analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk mengetahui prospek dari suatu industri. Menurut Husnan (2003:307) analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan: (a) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang, dan (b) menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental meliputi analisis ekonomi, industri dan perusahaan. Dalam
4 melakukan analisis perusahaan, investor mendasarkan kerangka pikirannya pada dua komponen utama, yaitu Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER). Ada tiga alasan yang mendasari penggunaan komponen tersebut. Pertama, karena pada dasarnya komponen tersebut bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham. Kedua, deviden yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning. Ketiga, adanya hubungan antara perubahan earning dan perubahan harga saham (Tandelilin, 2001:232). Minat investor yang meningkat dalam berinvestasi pada suatu saham akan mempengaruhi transaksi dalam perdagangan saham. Rasio Price to Book Value (PBV) digunakan untuk menilai apakah suatu saham undervalued atau overvalued. Suatu saham disebut undervalued bilamana harga sahamnya dibawah nilai buku perusahaan. Sebaliknya, dikatakan overvalued apabila harga saham melebihi nilai buku. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001: 199) PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator untuk menilai prospek perusahaan adalah dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan investor (Tandelilin, 2001:204). Untuk itu, digunakan rasio profitabilitas utama, yaitu Return On Assets
5 (ROA) dan Net Profit Margin (NPM). Rasio ROA digunakan untuk melihat sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba dari penggunaan asset yang dimiliknya, sedangkan NPM digunakan untuk melihat sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba dari tingkat penjualannya. Investor juga memperhatikan jumlah hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Tingginya tingkat hutang akan berdampak pada keuntungan yang diperoleh kecil. Hal ini berarti kinerja perusahaan buruk. Tingginya tingkat hutang perusahaan tidak dapat menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini dikarenakan investor tidak dapat memperoleh capital gain atas saham yang dimilikinya. Untuk itu, digunakan rasio leverage, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) untuk mengukur tingkat hutang yang dimiliki perusahaan. Sedemikian pentingnya analisa fundamental terhadap harga saham sehingga investor dan analis mencoba mengembangkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Informasi dalam laporan keuangan suatu perusahaan diyakini memberikan gambaran tentang kondisi perusahaan saat ini sekaligus dapat meprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Laporan keuangan suatu perusahaan akan menyebabkan investor bereaksi terhadap penurunan atau kenaikan harga saham tersebut. Penelitian ini telah banyak dilakukan sebelumnya. Abidin (2009) menunjukkan bahwa faktor fundamental seperti ROI, EPS, OPM, BV berpengaruh signifikan terhadap harga saham, baik secara simultan maupun parsial. Aisyah (2011) menunjukkan bahwa faktor fundamental seperti EPS,
6 DER, ROA, dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial. Kurniawan (2010) menunjukkan bahwa ROA, DER tidak berpengaruh sigifikan terhadap harga saham baik secara simultan dan parsial, dan tidak adanya variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap harga saham. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan dan fenomena yang terjadi pada lingkungan perusahaan, maka peneliti tertarik meneliti tentang Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012. B. Perumusan Masalah 1. Apakah faktor fundamental, yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Prince to Book Value (PBV), Return On Asset (ROA), dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah faktor fundamental, yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Prince to Book Value (PBV), Return On Asset (ROA), dan Net Profit Margin (NPM) secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia?
7 C. Batasan Masalah Faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dapat dihitung dengan rasio keuangan. Peneliti memilih variabel ROA, DER, PER, EPS, PBV, dan NPM dalam menganalisis pengaruh terhadap harga saham. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental, yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Prince to Book Value (PBV), Return On Asset (ROA), dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental, yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Prince to Book Value (PBV), Return On Asset (ROA), dan Net Profit Margin (NPM) secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. E. Manfaat Penelitian 1. Untuk menambah wawasan dan pandangan kepada peneliti, tentang faktor fundamental dalam mempelajari pergerakan harga saham properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia serta variabel-variabel yang mempengaruhinya.
8 2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada mengenai pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham dalam kaitannya dengan ilmu manajemen keuangan dan investasi. 3. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik mendalami dunia investasi, serta untuk mendapatkan penemuanpenemuan baru yang berguna bagi kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan. 4. Sebagai pedoman bagi para investor khususnya dan masyarakat umumnya, dalam memberikan informasi yang lebih lengkap, dan jelas mengenai pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia, sehingga dapat mempertimbangkan pengambilan keputusan yang akurat dalam menginvestasikan dananya di pasar modal.