BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas manajemen di perusahaan. Tujuan pengendalian intern adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan seperti terciptanya

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan perekonomian saat ini, dimana tingkat minat

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam rangka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Agoes (2004) menjelaskan tiga tujuan pengendalian intern, yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (1996:1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Efektif berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut Yamit

BAB III TELAAH PUSTAKA. diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang 28. Seseorang dikatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era teknologi informasi dan globalisasi saat ini menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengaruh secara estimologi, kata pengaruh menurut Kamus Besar

Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx) ISSN: xx.Volume: xx, Nomor: xx

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat, sehingga mendorong banyak

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBERIAN KREDIT PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BINA USAHA DESA KEPENUHAN BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

PERANAN SISTEM AKUNTANSI DALAM MENUNJANG STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN ATAS KREDIT PRODUKTIF (STUDI KASUS PADA PD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Journal Riset Mahasiswa xxxxxxx (JRMx) ISSN: xx.Volume: xx, Nomor: xx

BAB I PENDAHULUAN. Jasa keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam roda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pengendalian intern siklus penjualan pada PT. Sukabumi Trading Coy serta

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) merupakan kelompok usaha yang paling banyak jumlahnya. Gubernur

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nurharibnu Wibisono (2011), dengan judul penelitian evaluasi sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan perbankan Indonesia. Adanya rentang waktu pengembalian pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk - bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank ini membantu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA (American. Institute of Certifield Public Accountant) yang dikutip Mardi (2011:59) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern. memberikan definisi sebagai berikut : Pengendalian intern (internal control)

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

II. TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam masalah pembiayaan semakin beragam pula produk bank yang di tawarkan,

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini dilaksanakan, telah ada beberapa penelitian mengenai sistem pengendalian intern atas pemberian kredit di berbagai lembaga keuangan. Penelitian yang dijadikan acuan adalah penelitian yang dilakukan oleh Pirdaus (2013). Penelitian tersebut menggunakan analisis deskriptif dengan metode studi kasus. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa analisis kredit yang dilakukan telah mengikuti ketentuanketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak yang bersangkutan. Tinjauan penelitian selanjutnya adalah dari Munawaroh (2011) dengan menggunakan analisis deskriptif dan hasil dari penelitian tersebut menyatakan sistem pengendalian internal yang diterapkan pada Koperasi Pegawai BRI Cabang Kediri tersebut telah berjalan secara efektif dan peranan pengendalian internal dalam menunjang efektivitas pemberian kredit tidak dapat diabaikan. Selanjutnya Sitepu (2010) telah melakukan penelitian tentang analisa pengendalian internal pada prosedur pemberian kredit usaha dengan menggunakan analisis kualitatif, dimana hasilnya menunjukkan bahwa prosedur pengawasan tunggakan kredit belum memadai karena pengawasan hanya dilakukan untuk debitur yang telah menunggak satu bulan keatas. Selain itu dalam penelitian ini terlihat bahwa bank tidak mewajibkan debitur untuk memberikan laporan periodik tentang usahanya yang mengakibatkan 7

8 bank tidak dapat mengetahui secara dini kemungkinan terjadinya tunggakan atau kredit bermasalah. Terakhir yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ayu dkk (2014) dengan metode analisis deskriptif memperoleh hasil bahwa prosedur pengendalian internal dalam pemberian kredit telah memadai. Hal ini dibuktikan dengan adanya penerapan prinsip 5C dengan cukup baik sebelum dicairkannya suatu kredit. Kendala-kendala yang dialami dalam penagihan kredit macet yaitu: jaminan hilang, bad character, sakit, pindah alamat atau kerja, berhenti kerja, meninggal, bangkrut, dan salah analisa kredit. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kendal-kendala tersebut adalah dengan melakukan penagihan terus menerus, cover asuransi, penataan kembali suatu kredit, penambahan waktu, penambahan fasilitas dan perubahan perjanjian kredit, penghapusan piutang. Pengendalian internal atas pemberian kredit sangatlah penting, mengingat pemberian kredit merupakan kegiatan utama perusahaan, kecurangan yang mungkin terjadi pada bagian pemberian kredit yang bisa dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal oleh karena itu pemberian kredit harus mendapatkan pengawasan dan perhatian dengan benar untuk meminimalkan kredit macet. Mengingat pentingnya kedudukan pemberian kredit tersebut, maka manajemen membutuhkan suatu pengendalian internal yang dapat meminimalkan kredit macet. pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Negara terdapat pengendalian yang cukup, apabila manajemen telah

9 merencanakan dan menyusun tata cara untuk mencapai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dari pengendalian itu sendiri akan dicapai apabila semua sistem, prosedur, kebijakan yang telah ditetapkan menjadi unsur dari pengendalian internal benar-benar efektif. B. Landasan Teori 1. Sistem Pengendalian Internal a) Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal memiliki peran penting untuk mengatur suatu aktivitas dalam perusahaan. Hal tersebut dikarenakan sistem pengendalian internal dapat dijadikan alat untuk mengontrol, mengawasi dan mengarahkan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya serta dipatuhinya kebijakan peraturan yang berlaku. Khasanah dkk (2014) menyatakan bahwa pengendalian internal merupakan kegiatan yang sangat penting sekali dalam pencapaian tujuan usaha. Demikian pula dunia usaha mempunyai perhatian yang makin meningkat terhadap pengendalian intern. Messier et al. (2014:192) mendefinisikan sistem pengendalian internal adalah metode yang dirancang dan dipengaruhi oleh entitas dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan entitas. Sedangkan Manoppo (2013) menyatakan bahwa pengendalian internal adalah rencana organisasional, metode, dan pengukuran yang dipilih oleh suatu kegiatan usaha untuk mengamankan harta kekayaannya, mengecek

10 keakuratan dan keandalan data akuntansi usaha tersebut, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendukung dipatuhinya kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Menurut Arens et al. (2015:340), pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. b) Tujuan Sistem Pengendalian Internal Mulyadi (2014:180) menjelaskan bahwa tujuan dari sistem pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapain tiga golongan tujuan, yaitu keandalan informasi keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraruran yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi. Menurut Arens et al. (2015:340), manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif. Tujuan tersebut adalah: 1) Reliabilitas laporan keuangan. Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya. Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut. 2) Efisiensi dan efektivitas operasi. Tujuan penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan non keuangan yang

11 akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan. 3) Ketaatan pada hukum dan peraturan. Selain mematuhi ketentuan hukum, organisasi-organisasi publik maupun nonpublik dan nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan. c) Unsur unsur Sistem Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2013:164), menyatakan bahwa unsur-unsur pokok sistem pengendalian internal adalah: 1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsi fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan kegiatan pokok perusahaan. 2) Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Setiap transaksi organisasi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. 3) Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

12 Pembagian tanggung jawab dalam fungsional dan sistem wewenang dan prosedur telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik, jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya. 4) Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Karyawan yang jujur dan ahli dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efisien, meskipun hanya sedikit unsur yang mendukungnya. Untuk mendapat karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara ini dapat ditempuh misalnya seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaan, pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaan d) Komponen Sistem Pengendalian Internal Dijelaskan oleh COSO (2013) dimana dalam suatu pengendalian internal terdapat 5 komponen. Lima komponen tersebut adalah: 1) Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian menentukan arah perusahaan dan mempengaruhi kesadaran pengendalian pihak manajemen dan karyawan. Lingkungan pengendalian sangat penting karena menjadi dasar keefektifan dari unsur-unsur pengendalian internal yang lain.

13 2) Penilaian resiko Messier et al. (2014:197) mendefinisikan penilaian risiko sebagai proses mengidentifikasi dan merespon risiko bisnis. Proses penilaian risiko harus mempertimbangkan kejadian eksternal dan internal dan keadaan yang mungkin timbul dan memengaruhi kemampuan entitas. Menurut Arens et al. (2015:349), pengetahuan tentang proses penilaian risiko diperoleh dari bagaimana menejemen mengidentifikasi risiko risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi signifikan dan kemungkinan terjadinya risiko, dan memutuskan tindakan apa yang diperlukan untuk menangani risiko. 3) Informasi dan komunikasi Menurut Messier et al. (2014:198), suatu sistem informasi terdiri dari infrastruktur (komponen fisik dan perangkat keras), perangkat lunak, orang, prosedur (manual dan otomatis), dan data. Sistem informasi yang relevan mencakup sistem akuntansi yang terdiri dari prosedur (baik otomatis atau manual) dan catatan yang dibentuk untuk memulai mengotorisasi, merekam, memproses, dan melaporkan transaksi entitas dan memlihara akuntabilitas aset dan kewajiban terkait. Sedangkan menurut Mulyadi (2014:189) komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang

14 berada didalam maupun diluar organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas. 4) Aktivitas pengendalian Arens et al. (2015:349) mendefinisikan aktivitas pengendalian sebagai kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani risiko guna mencapai tujuan entitas. Aktivitas pengendalian umumnya dibagi beberapa jenis, yaitu: a) Pemisahan tugas yang memadai b) Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas c) Dokumentasi dan catatan yang memadai d) Pengendalian fisik atas aset dan catatan 5) Pemantauan (monitoring) Messier et al. (2014:200) mendefinisikan pemantauan pengendalian sebagai proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian internal dari waktu ke waktu. Pemantauan dapat dilakukan melalui kegiatan yang sedang berlangsung atau evaluasi terpisah. Arens et al. (2015:354) menjelaskan bahwa bagi banyak perusahaan, departemen audit internal sangat penting demi tercapainya pemantauan yang efektif atas kinerja operasi pengendalian internal. Agar efektif, fungsi audit internal harus dilakukan oleh staf yang independen dari departemen operasi

15 maupun departemen akuntansi yang melaporkan langsung ke tingkat otoritas yang lebih tinggi dalam organisasi, baik manajemen puncak atau komite audit dewan direksi. e) Keterbatasan Sistem Pengedalian Internal Mulyadi (2014:181) menjelaskan bahwa ada beberapa keterbatasan pengendalian intern suatu entitas. Keterbatasan yang melekat dalam setiap pengendalian intern adalah: 1) Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu atau tekanan lain. 2) Gangguan. Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. 3) Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi. Kolusi mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun umtuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang. 4) Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang

16 tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. 5) Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. 2. Kredit a) Pengertian Kredit Menurut Ismail (2013:93) kredit merupakan dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998, kredit adalah penyedia uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. b) Unsur unsur Kredit Menurut Ismail (2013:94) menyatakan terdapat 7 unsur kredit, sebagai berikut: 1) Kreditor Kreditor merupakan pihak yang memberikan kredit (pinjaman) kepada pihak lain yang mendapat pinjaman. Pihak tersebut bisa

17 perorangan atau badan usaha. Lembaga keuangan yang memberikan kredit kepada pihak peminjam merupakan kreditor. 2) Debitur Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang mendapatkan pinjaman dari pihak lain. 3) Kepercayaan (trust) Kreditur merupakan kepercayaan kepada pihak yang menerima pinjaman (debitur) bahwa debitur akan memenuhi kewajiban untuk membayar pinjaman sesuai dengan jangka waktu tertentu yang diperjanjikan. Lembaga keuangan memberikan kepada pihak lain, sama artinya dengan lembaga keuangan memberikan kepercayaan kepada pihak peminjam, bahwa peminjam akan dapat memenuhi kewajibannya. 4) Perjanjian Perjanjian merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan antara lembaga keuangan (kreditur) dengan pihak perjanjian (debitur). 5) Resiko Setiap dana yang disalurkan oleh lembaga keuangan selalu mengandung adanya resiko tidak kembalinya dana. Risiko adalah kemukinan kerugian yang akan timbul atas penyaluran kredit.

18 6) Jangka waktu Jangka waktu merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh debitur untuk membayar pinjaman kepada kreditur. 7) Balas jasa Sebagai imbalan atas dana yang disalurkan oleh kreditor, maka debitur akan membayar sejumlah uang tertentu sesuai dengan perjanjian. Dalam lembaga keuangan konvensional, imbalan tersebut berupa bunga, sementara didalam lembaga keuangan syariah terdapat beberapa macam imbalan, tergantung pada akadnya. c) Tujuan dan Fungsi Kredit Menurut Kasmir (2010:105) menyatakan tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut: 1) Mencari keuntungan Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh lembaga keuangan sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup lembaga keuangan. 2) Membantu usaha nasabah Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

19 3) Membantu pemerintah Tujuan lainya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak lembaga keuangan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berati adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai sektor, terutama disektor riil. Menurut Kasmir (2010:107) disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki suatu fungsi yang luas, fungsi yang luas tersebut antara lain: 1) Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikanya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. Kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana. 2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dalam satu wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

20 3) Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4) Meningkatkan peredaran barang Kredit juga dapat menambah atau memperlancarkan arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit juga dapat meningkatkan peredaran barang biasanya untuk kredit perdagangan atau kredit ekspor impor. 5) Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan masyarakat. 6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi si penerima kredit tentu akan meningkatkan kegairahan berusaha, apa lagi bagi si nasabah yang memang modalnya paspasan. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya. 7) Untuk peningkatan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan.

21 8) Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia. d) Jenis-jenis Kredit Ada beberapa jenis kredit yang dikemukakan oleh menurut Kasmir (2012) diantaranya: 1) Dilihat Dari Segi Kegunaan a. Kredit investasi Merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha. b. Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2) Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, produksi dan investasi. kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. b. Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

22 c. Kredit Perdagangan Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membeli aktivitas perdagangan. 3) Dilihat Dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka pendek Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit Jangka Menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. c. Kredit Jangka Panjang Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu tiga sampai lima tahun. 4) Dilihat Dari Segi Jaminan a. Kredit Dengan Jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. b. Kredit Tanpa Jaminan Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. 5) Dilihat Dari Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian.

23 b. Kredit Peternakan Kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. c. Kredit Industri Kredit yang diberikan untuk membiayai industri kecil, industri menengah dan industri besar. d. Kredit Pertambangan Kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang. e. Kredit Pendidikan Kredit yang diberikan untuk membangun sarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. f. Kredit Profesi Kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional. g. Kredit Perumahan Kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang. h. Dan sektor-sektor lainnya e) Penilaian Resiko Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan

24 pendekatan berdasarkan resiko. Berikut ini adalah parameter/indikator yang wajib dijadikan acuan oleh bank dalam menilai resiko inheren: 1) Resiko Kredit Resiko kredit adalah resiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Resiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas Bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan, penerbit, atau kinerja peminjam dana. 2) Resiko Hukum Resiko hukum adalah resiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Resiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan.