BAB 1 PENDAHULUAN. kurangnya aktivasi korteks dan hippocampus yang menyebabkan face encoding tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur (Potter dan Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Long life learner atau pembelajar sepanjang hayat. merupakan kata yang tidak asing lagi bagi praktisi

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan maksimal,

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas agar dapat dimanfaatkan dan digunakan. mempertahankan eksistensi bangsa di era yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

commit to user BAB V PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengapa seseorang butuh tidur akan lebih jelas bila dilihat dari akibat bila

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di Indonesia, mencatat populasi kelompok usia anak di. 89,5 juta penduduk termasuk dalam kelompok usia anak.

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu proses penting dalam kehidupan manusia. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan memperbaiki. diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yaitu serviks atau leher

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cedera kepala atau yang sering disebut sebagai. traumatic brain injury (TBI) adalah kejadian yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan tidur (Kryger, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

Putu Arysta Dewi, 1 dr. I Gusti Ayu Indah Ardani, SpKJ 2

Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka fertilitas. Perubahan struktur demografi ini. menyebabkan peningkatan populasi lanjut usia (lansia).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sleep is a very important aspect of life (Allison, n.d., Sleep Deprivation as a Tool in Military

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

Tidur dan Ritme Sirkadian

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

BAB I PENDAHULUAN. akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga terbangun lebih

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. 1 Lanjut usia (lansia) dapat diklasifikasikan berdasarkan usia sebagai berikut: lansia muda (60-69 tahun), lansia madya (70-79 tahun), dan lansia tua (80 tahun ke atas) 2. Menurut Graham et.al (1997), angka kejadian disfungsi kognitif yang tidak termasuk kriteria demensia adalah 16,8% populasi lansia kanada berusia 65 tahun ke atas. 3 Secara umum, gangguan atau disfungsi memori pada lansia disebabkan karena kurangnya aktivasi korteks dan hippocampus yang menyebabkan face encoding tidak mencukupi sehingga menimbulkan peningkatan kesalahan dalam recognition task. 4 Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan apabila memori jangka pendek terganggu adalah menurunnya kualitas hidup (quality of life), menurunnya pendekatan pengembangan diri, perubahan fisik dan perilaku individu, dan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. 5 Selain itu, beberapa dampak yang dapat terjadi karena disfungsi kognitif antara lain meningkatnya resiko demensia, meningkatkan biaya layanan kesehatan, meningkatkan gejala neuropsikiatrik, dan meningkatkan disabilitas fungsional. 1

Beberapa faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia adalah cognitive training dan stimulasi mental menyeluruh, aktivitas fisik, lingkungan sosial. Salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi memori jangka pendek adalah kualitas tidur. 6 Setiap manusia memiliki kebutuhan khusus yang harus dipenuhi, baik secara fisiologis maupun psikologis. Banyak kebutuhan fisiologis manusia yang perlu dipenuhi, salah satunya adalah istirahat dan tidur. Tidur merupakan kebutuhan penting bagi setiap orang, karena dengan tidur seseorang dapat memulihkan stamina tubuh dan pembentukan daya tahan tubuh. Kebutuhan tidur bervariasi pada setiap individu, umumnya dibutuhkan 6-8 jam perhari untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas tidur yang efektif. 7 Semakin bertambah usia, semakin sulit juga mendapatkan kualitas dan kuantitas tidur yang efektif. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti stress, kecemasan, dan lain-lain yang dapat menimbulkan penurunan kualitas tidur atau gangguan tidur (insomnia). Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan di dunia praktik kedokteran terutama pada lansia. Insomnia adalah ketidakmampuan untuk memulai (inisiasi) tidur atau mempertahankan keadaan tidur 8 atau dengan kata lain dapat didefinisikan sebagai kesulitan memulai tidur, mempertahankan tidur atau mudah/sering terbangun, bangun pagi, dan rasa mengantuk di siang hari. 9 Gangguan tidur seperti insomnia ini dapat menyerang semua usia. Gangguan seperti ini bersifat sementara (transient) atau kronis. 8 Pada lanjut usia (lansia) yang mengalami penurunan kualitas tidur bahkan gangguan tidur dapat mempengaruhi fungsi daya ingat (memori), atensi, psikomotor, dan sebagainya. Penurunan kualitas tidur atau gangguan tidur akan menyebabkan rasa 2

mengantuk pada keesokan harinya sehingga dapat menimbulkan beberapa faktor resiko terjadinya kecelakaan, penurunan stamina, penurunan produktivitas, dan sebagainya. 10 Berdasarkan hasil survei di masyarakat usia lanjut Amerika, didapatkan para lanjut usia membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur, tidur nyenyak hanya sebentar, lebih sering terbangun saat tidur, bangun terlalu dini hari, dan membutuhkan waktu tidur lebih banyak untuk tidur di siang hari karena sangat mengantuk. Selain itu, juga terjadi perubahan irama sirkadian tidur dari normal menjadi kurang sensitive dengan perubahan gelap dan terang. 11 Berdasarkan hasil penelitian dari Paula Ahola (Department of Psychology, University of Turku, Finland, 2007), menyatakan penurunan kualitas atau kurangnya tidur (sleep deprivation) dapat berpengaruh terhadap atensi, daya ingat (long-term memory dan working-memory), visuomotor, dan kemampuan verbal termasuk auditory. Perbandingan kejadian penurunan kualitas tidur ini berdasarkan: (1) Gender; wanita lebih sering mengalami kesulitan tidur atau kurang tidur karena sering terbangun daripada laki-laki, dan (2) Usia; lansia/usia tua lebih sering mengalami kesulitan atau kurang tidur daripada usia muda. 12 Terdapat dua penelitian yang masih kontroversial dengan hubungan kualitas tidur dan fungsi kognitif. Hal berikut terjadi karena penggunaan alat ukur yang berbeda dan beberapa faktor yang mempengaruhi atau variabel perancu terhadap kedua variabel yaitu kualitas tidur dan fungsi kognitif. 13,14 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kualitas tidur dengan memori jangka pendek pada lansia. 3

1.2 Rumusan Masalah pada lansia? Apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan memori jangka pendek 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis adanya hubungan antara kualitas tidur dengan memori jangka pendek pada usia lanjut. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis karakteristik dasar lansia meliputi usia, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari. b. Menganalisis kualitas tidur lansia c. Menganalisis memori jangka pendek lansia d. Menganalisis adanya hubungan kualitas tidur dengan memori jangka pendek lansia. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, Diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan, dan pengetahuan, serta dapat menjadi suatu proses pembelajaran dalam menerapkan disiplin ilmu kedokteran yang telah dipelajari di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 4

2. Bagi institusi pendidikan, Diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu: korelasi antara kualitas tidur dan memori jangka pendek pada lansia. 3. Bagi masyarakat, Diharapkan masyarakat, pengurus panti werdha, dan/atau penolong yang berada disekitar atau didekat lansia dapat memelihara dan mempertahankan kualitas tidur dan fungsi memori jangka pendek agar lansia dapat melakukan sebagian aktivitas sehari-hari secara mandiri. 5