BAB I PENDAHULUAN. harapan pengajaran guru akan lebih berkesan dan pembelajaran bagi siswa akan lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum baru yaitu Kurikulum Kurikulum 2013 pada proses

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang vital bagi setiap bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. aset berharga dalam proses pembangunan bangsa dalam berbagai aspek. Idealnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai cara telah dikenalkan serta digunakan dalam proses belajar mengajar dengan harapan pengajaran guru akan lebih berkesan dan pembelajaran bagi siswa akan lebih bermakna. Sejak beberapa tahun belakangan ini teknologi informasi dan komunikasi telah banyak digunakan dalam proses belajar mengajar, dengan harapan mutu pendidikan akan selangkah lebih maju seiring dengan kemajuan teknologi. Setiap harinya manusia berusaha menciptakan sesuatu yang baru demi memenuhi kebutuhannya. Dari pihak pemerintah telah mengusahakan berbagai cara demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah yang berhubungan dengan pendidikan. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendahuluan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan 1 pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi

pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Berangkat dari pernyataan di atas telah terlihat bahwa pamerintah betul-betul ingin meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Pada praktek lapangannya pemerintah telah mengusahakan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia. Beberapa usaha pemerintah dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) antara lain, seperti penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kesejahteraan tenaga pengajar, pemberian bea siswa bagi siswa yang kurang mampu, pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta upaya-upaya lain yang berkenaan dengan pendidikan. Selain dari pemerintah, kondisi belajar siswa juga berperanan penting dalam rangka peningkatan mutu Pendidikan Nasional. Pendidikan formal di sekolah dasar, pada hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana tersurat dalam Pendahuluan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pentingnya pendidikan bagi siswa, mengharuskan guru melaksanakan fungsi dan perannya dengan baik. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

guru adalah mengelolah proses pembelajaran agar tujuan prmbelajarannya dapat dicapai. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mengadakan pembaharuan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA. Namun hasil belajar siswa yang menjadi tolak ukur keberhasilan, masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi di SDN 85 Wanua Baru pada tanggal 6 Desember 2013, terungkap bahwa nilai rata-rata hasil ulangan umum semester I pada mata pelajaran IPA pada kelas IV tersebut masih rendah, dimana nilai dari 22 siswa, yang tuntas yakni 8 siswa sedangkan yang tidak tuntas 14 siswa. Ini berarti hanya 36% siswa yang memenuhi ketuntasan dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh guru dan peneliti yaitu 60 dengan rata-rata perolehan nilai siswa sebanyak 54. Perangkat pembelajaran IPA yang dimiliki guru di kelas ini sudah cukup lengkap, seperi kurikulum, silabus, Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan buku paket IPA yang relevan. Mata pelajaran IPA dilaksanakan dua kali seminggu, yakni senin dan kamis. Namun hasil belajar IPA siswa yang mencapai KKM hanya 55%. Hal ini disebabkan oleh faktor guru dan faktor siswa. Dari faktor guru, guru kurang tepat memilih metode pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah dalam setiap proses pembelajaran di kelas, hal ini bertolak belakang dengan kebutuhan siswa, siswa membutuhkan model pembelajaran koopertaif yang membuat mereka selalu aktif dalam peroses pembelajaran, percaya diri tampil di depan kelas dan mudah memahami materi pelajaran yang diberikan, sedangkan dari factor siswa, siswa kurang memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu, siswa teori, siswa sibuk sendiri sehingga tidak memperhatikan materi yang kurang dilibatkan dalam belajar kelompok.

Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi maka akan berdampak buruk bagi siswa dan berdampak buruk pada mutu pembelajaran IPA di sekolah dasar. Sehingga proses pembelajaran IPA mempunyai dampak negatif pada siswa, diantarnya: (1) susah untuk memahami materi yang diajarakan; (2) siswa merasa jenuh dan kurang memperhatikan guru saat menjelaskan dan; (3) siswa bermain-main dalam proses pembelajaran IPA. Setiap guru menginginkan proses pembelajaran menyenangkan dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu cara yang dianggap dapat meningkatkan hasil belajar IPA adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena dirancang untuk mengaktifkan siswa dan meningkatkan motivasi belajarnya, seta terjadi interaksi positif antar sesama siswa. Untuk mengatasi dan memeberi solusi permasalahan ini, maka peneliti dan guru mengadakan pertemuan unruk merefleksi dan berusaha mencari model pembelajaran yang tepat untuk diterapakan pada pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada pembelajaran IPA dan setelah didiskusikan bersama tercapailah sebuah kesepakatan bahwa dari dari selain banyak model yang terungkap dalam diskusi maka model pembelajaran yang dianggap cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti dengan guru sekaligus wali kelas IV SDN Wanua Baru Kecematan Mallawa Kabupaten Maros dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPA, guru telah berusaha melibatkan siswa secara aktif baik dalam memecahkan masalah sendiri maupun secara kelompok. Namun, penggunaan metode dan model yang kurang sesuai dengan mata pelajaran membuat proses belajar

mengajar dalam kelas terasa kurang bermakna. Dari sisi siswa kebanyakan hanya mampu menerapkan pengetahuannya pada saat proses pembelajaran berlangsung saja. Hal ini tidak sesuai dengan krakter mata pelajaran IPA yang banyak berhubungan dengan lingkungan sekitar. Jika hal tersebut terus berkelanjutan maka akan berdampak pada hasil belajar IPA siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan secara efektif dengan sretegi pembelajaran yang tepat guna mampu menciptakan suasana proses belajar mengajar yang kondusif. Karena bagaimanapun hasil belajar siswa tidak dapat dicapai secara maksimal jka kondisi dan situasi proses belajar mengajar yang dilaksanakan tidak memberikan ruang dan gerak kepada siswa dalam menggali dan mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran serta media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Seiring dengan perkembangan anak yang selalu ingin bermain maka dalam pembelajaran diciptakan berbagai model-model pembelajaran yang menarik perhatian siswa untuk belajar. Model STAD, sebagai salah satu model yang ditemukan parah ahli dianggap cocok untuk semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPA. Karena sifatnya yang berbentuk permainan dimana siswa akan dipertemukan dalam sebuah turnament membawa tanggung jawab kelompoknya masing-masing.

Slavin (2005: 41) menjelaskan bahwa terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Karwapi, Muhammad (2012) dapat disimpulkan: dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita fiksi melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada pembelajaran Bahasa Indonesia terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV SDN 318 Tobarakka. Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka tidak diragukan lagi untuk mengembangkan kemampuan beripikir sistematis siswa sehingga mampu mendorong siswa menggunakan konsep materi yang dimilikinya dalam menghadapi permasalahanpermasalahan dalam kehidupan pribadi, sekolah maupun masyarakat. Oleh karena itu, peneliti bersama guru bermaksud untuk mengatasi masalah itu dengan melakukan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul Peningkatan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada siswa kelas IV SDN 85 Wanua Baru Kabupaten Maros. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah penerapan Model Pembelajaran kooperarif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam upaya meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas IV SDN 85 Wanua Baru Kecematan Mallawa kabupaten Maros? C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV SDN 85 Wanua Baru. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan dalam pengelolaan pembelajaran sehingga mampu menciptakan proses belajar mengajar yang baik. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis a. Bagi akademis /lembaga pendidikan, menjadi bahan informasi dalam mengembangkan ilmu khususnya pada Program Studi PGSD FIF UNM. b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi landasan teoritik dalam pengembangan ilmu pembelajaran IPA, sehingga dapat menjadi masukan dalam upaya mengkaji lebih luas tentang pembelajaran kooperatif model STAD khususnya dalam meningkatkan pemahaman siswa. c. Bagi penulis secara pribadi yaitu sebagai sarana perluasan wawasan mengenai pembelajaran IPA Team Achievement Division (STAD). 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru diharapkan mendapatkan pengalaman langsung dalam menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA di sekolah dasar. b. Bagi siswa diharapkan pula memberi peningkatan terhadap pemahaman pembelajaran IPA siswa SDN. 85 Wanua Baru

c. Bagi sekolah, sebagai data dan model pemecahan problematika yang dihadapi guru dalam pembelajaran dan sebagai bahan pertimbangan penetuan kebijakan untuk meningkatkan mutu guru.