BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang individu, pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

URGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat. dasar dan menjadi masa keemasan (golden age) bagi anak.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan golden age yaitu usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting pada masa ini. Hal ini disebabkan masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Rentangan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK HURUF TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

Mengembangkan Bakat Anak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan; sikap, muatan/nilai dan kemampuan guna meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH. Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. pikiran sikap dan perbuatan dengan menggunakan bahasa. Kemampuan

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI TERHADAP CAPAIAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN TEBAK BUNYI SUARA DI TAMAN KANAK-KANAK DHARMAWANITA AGAM Lusiana Srikartini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar

BAB I PENDAHULUAN. merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

PENGGUNAAN MEDIA BALOK HURUF PADA KEMAMPUAN MENGENAL HURUF ANAK JURNAL OLEH : SITI LARAS ANDIYANI

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak merupakan salah satu masa yang sangat penting dalam rentang kehidupan seorang individu, pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat (Berk, 2000:18). Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Para ahli psikologi perkembangan memandang bahwa masa ini merupakan masa yang sangat penting (golden age) yang datang hanya satu kali dan tidak dapat diulang. Anak-anak pada masa ini sangat peka terhadap pengaruh dan perubahan yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Menurut Bloom, perkembangan aspek intelektual anak dibandingkan dengan aspek perkembangan yang lain, terjadi sangat pesat pada tahuntahun awal kehidupannya. Stimulasi belajar pada masa ini memberikan pengalaman yang sangat berharga untuk perkembangan berikutnya. Kemampuan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan yang mendapat perhatian utama dalam usaha peningkatannya, karena dengan kemampuan intelektual yang baik, diyakini oleh sebagian orang tua dan guru bahwa anak tersebut akan dapat lebih berhasil dalam kehidupannya. Selain itu juga tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang pada umumnya akan menentukan penghargaan orang 1

2 lain terhadap dirinya. Menjadi hal yang sudah terjadi, semakin cerdas seseorang, maka akan semakin dikagumi dan diperlakukan istimewa oleh masyarakat sekitarnya. Di kalangan para pendidik sudah ada kesepakatan bahwa anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya, namun sayangnya dalam praktek pendidikan seharihari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orangtua dan masyarakat pada umumnya memperlakukan anak Taman Kanak- Kanak (TK) tidak sesuai dengan tahap perkembangannya. Banyak anak kehilangan kegembiraannya sebagai anak karena harus menanggung target pendidikan yang tinggi, seperti harus telah menguasai ketrampilan membaca, menulis dan berhitung. Situasi menjadi lebih parah lagi, ketika para orangtua juga menuntut sekolah, agar memberikan lebih banyak tugas kepada anak-anak mereka dengan harapan anak dapat menjadi cepat pandai dan melebihi teman-teman sebayanya. Sebagian besar orangtua dan guru belum memahami potensi yang dimiliki anak dan lebih mengutamakan pada keberhasilan akademik saja. (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2009/0205/11/1104.htm). Orangtua akan bangga jika anaknya yang baru berumur 3 4 tahun sudah menguasai ketrampilan membaca dan menulis atau dapat mengerjakan soal-soal berhitung. Pada umumnya anak-anak ini justru disebut sebagai anak yang cerdas. (www.alitkids.com) Masyarakat menuntut bahwa saat masuk Sekolah Dasar, anak harus telah dapat membaca dan menulis dengan lancar, karena jika tidak maka dikhawatirkan mereka tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Dengan demikian sekolah berlomba-lomba untuk dapat membuat anak

3 didiknya menguasai kemampuan itu secepatnya. Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Sekolah TK X, bahwa mengajarkan membaca dan menulis tidak termasuk dalam kurikulum Taman Kanak-kanak, namun sekolah terpaksa mengajarkannya karena harapan dan penilaian orangtua tentang kualitas dan mutu sebuah sekolah TK yang bagus, yaitu sekolah yang dapat mengajarkan anak didiknya membaca dan menulis dengan lancar sebelum masuk Sekolah Dasar. Dan anak tersebut disebut sebagai anak yang cerdas. Dr. Howard Gardner, (1993) profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat mengembangkan suatu kriteria untuk mengukur apakah suatu potensi yang dimiliki seseorang benar-benar suatu kecerdasan. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana seorang individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Bagi Gardner, semua anak memiliki potensi yang berbeda dan membawa sejumlah potensi yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Agar dapat berkembang secara optimal, potensi bawaan perlu ditumbuh kembangkan melalui berbagai stimulasi dan upaya-upaya lingkungan. Anak yang dipandang sebagai individu yang utuh dan unik memerlukan penanganan dari berbagai pihak seperti keluarga, sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Sekolah yang merupakan lingkungan formal yang telah tersrtuktur dan memiliki kurikulum, sejumlah kegiatan atau program yang terencana diharapkan dapat menjadi lingkungan pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan dan potensi anak. Sekolah diharapkan memiliki guru yang memiliki kualifikasi akademik

4 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kompetensi tersebut adalah guru dapat menguasai kurikulum yang berorientasi pada perkembangan anak, menguasai strategi pendekatan kepada anak, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, pengelolaan pembelajaran yang bervariasi dan system penilaian yang kreatif. (UU Sistem Pendidikan Nasional). Untuk kecerdasan berbahasa sebagai salah satu dari kecerdasan yang dimiliki individu, Gardner berpendapat bahwa bahasa merupakan sebuah contoh yang mudah terlihat dari hasil kecerdasan seorang individu. Ia memperhatikan pentingnya aspek restoris bahasa atau kemampuan untuk meyakinkan orang lain agar mau melakukan suatu tindakan, kemampuan menggunakan kata-kata untuk mengingat dan menceritakan suatu kegiatan atau proses, kapasitas bahasa untuk menjelaskan suatu konsep serta kegunaan bahasa untuk menggambarkan bahasa itu sendiri atau melakukan analisa metalinguistik. (Campbell, 1991). Dalam bukunya, Frames of Mind : The Theory of Multiple Intelligence (1983), Gardner mengusulkan suatu cara untuk memetakan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia yaitu dengan mengelompokkan kemampuan-kemampuan tersebut menjadi delapan kategori kecerdasan. Kecerdasan bahasa yang dimaksudkan dalam teori multiple intelligence adalah mencakup kemampuan untuk berpikir lancar melalui kata-kata, mengekspresikan ide yang kompleks melalui kata-kata dan memahami arti dan urutan kata. (Stefanakis, 2002). Berkaitan dengan pengertian dasar dari Multiple Intelligence, dengan demikian kecerdasan bahasa anak dapat diartikan sebagai

5 kemampuan seorang anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga mereka dapat memahami orang lain, mengungkapkan pendapat atau perasaannya kepada lingkungan baik secara lisan maupun tertulis dan kemampuan berpikir untuk menyelesaikan masalah. Ketrampilan berkomunikasi tersebut membutuhkan pemahaman konsep dan penggunaan kosa kata secara tepat. Hal yang masih sering terjadi adalah anak TK sudah dapat membaca atau menulis namun mereka kurang memahami secara tepat arti dari kata tersebut dan tidak dapat menggunakan kata tersebut secara tepat dalam susunan kalimat yang digunakannya Lazear (1994) mengembangkan kedelapan kecerdasan tersebut dalam masing-masing aspeknya. Kecerdasan bahasa dibagi menjadi 6 aspek, aspek pertama Analyzing Own Use of Language, yaitu kemampuan dalam memahami bahasa yang digunakannya. Pada anak TK, kemampuan ini dapat terlihat antara lain, saat anak dapat memperbaiki kesalahan bahasa yang dilakukannya atau yang dilakukan oleh lingkungan. Aspek kedua Remembering, yaitu kemampuan untuk menceritakan kembali informasi yang pernah diterima. Anak TK yang mempunyai kemampuan remembering akan dapat mengulang kembali suatu cerita atau pengalamannya. Aspek ketiga yaitu Using Humor, kemampuan untuk memahami dan menggunakan humor pada saat berkomunikasi. Dengan kemampuan using humor anak TK dapat bercanda dan tertawa saat menemukan kata yang terbalik atau tidak tepat penggunaannya. Aspek ke empat yaitu Explaining, Teaching and Learning, yaitu kemampuan untuk mengajarkan kembali pada orang lain mengenai hal yang sudah diketahuinya

6 dan mempelajari sesuatu yang baru. Pada anak TK, kemampuan ini dapat terlihat antara lain, anak dapat menjelaskan suatu informasi pada orang lain dan orang tersebut dapat memahami serta menjelaskan kembali. Aspek kelima yaitu Understanding Syntax and Meaning of Words, yaitu kemampuan untuk memahami sintaksis dan memahami arti kata kata dalam kalimat. Kemampuan ini terlihat saat anak TK dapat memahami arti kata-kata dari lagu atau syair dan menggunakannya pada kalimat yang lainnya. Aspek ke enam yaitu Convincing Someone To Do Something, kemampuan meyakinkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Dengan kemampuan ini, anak dapat menjelaskan pendapat atau idenya dan orang tersebut menyetujuinya. Kecerdasan bahasa bukan hanya komunikasi yang searah saja, melainkan juga ketrampilan untuk mengungkapkan pikiran, keinginan dan pendapatnya kepada orang lain. Kecerdasan ini merupakan dasar yang sangat mendukung seorang anak untuk dapat berkomunikasi dengan lingkungan pada tatanan intelektual yang makin tinggi dan sosial yang makin beragam. Kecerdasan bahasa juga sangat penting dalam mempersiapkan anak untuk dapat menguasai kemampuan dasar akademik (calistung) dan membuka pintu untuk menguasai berbagai pelajaran di Sekolah Dasar. Seorang anak dengan kecerdasan bahasa yang baik akan lebih mudah saat mempelajari pola huruf, bunyi dari kata-kata yang tertulis, yang pada akhirnya juga akan dapat mendukung proses komunikasi baik lisan maupun tertulis. Bahkan ketika orang yang sedang berkomunikasi dengannya tidak dapat dilihat atau didengar suaranya. Selain itu lingkungan yang dapat mengembangkan kecerdasan bahasa secara tepat akan

7 dapat meletakkan dasar bagi anak agar kelak anak dapat memahami suatu konsep dan kemudian menjelaskannya kembali, berdebat, berdiskusi, membuat laporan dan melaksanakan berbagai tugas akademik lain. Lingkungan yang memberikan stimulasi secara intensif, terencana dan terstruktur akan membantu pengoptimalan kemampuan berbicara anak, sehingga anak dapat memiliki kemampuan bahasa yang baik dan bahkan cerdas dalam berbahasa. Pada saat anak mulai dapat berbicara dan didorong dengan rasa ingin tahu yang tinggi, biasanya membuat anak berminat untuk menanyakan berbagai hal yang tidak diketahuinya dan mengungkapkan apa saja yang melintas dalam pikirannya. Anak yang tidak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat atau keinginannya biasanya akan menjadi pasif. Hal ini cenderung dapat terbawa sampai anak tersebut duduk di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pemilihan kata yang tepat dengan lafal dan artikulasi yang benar hanya dapat diperoleh anak jika lingkungan sekitar memberikan teladan dan kesempatan untuk melakukannya. Guru TK sebagai figur pertama dan utama di sekolah diharapkan dapat memberikan kesempatan dan teladan yang tepat dalam proses pengembangan kemampuan bahasa dan kecerdasan bahasa anak TK. Masih banyak guru TK yang masih belum menyadari dan mengetahui mengenai pentingnya melatih dan mengembangkan kecerdasan bahasa anak sejak duduk di TK. Seperti guru-guru TK X ini bayak memberikan lembaran latihan menulis dan membaca untuk anak, bahkan anak-anak diberikan semacam UTS atau UAS pada setiap semesternya.

8 Taman Kanak-kanak (TK) pada dasarnya adalah suatu lembaga pendidikan, yaitu suatu lembaga yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia pra sekolah atau anak usia 3-6 tahun. Berbeda dengan pendidikan di SD atau yang lebih tinggi, program pendidikan di TK bukan sekedar mengajarkan hal-hal yang sudah tertera dalam kurikulum. Para guru harus aktif melakukan upaya peningkatan kemampuan tiap aspek perkembangan anak melalui berbagai metode/teknik yang digunakan di TK. Seluruh aspek perkembangan anak dapat distimulasi dengan metode/teknik tersebut, dengan pengetahuan dan ketrampilan guru maka satu metode/teknik dapat menstimulasi beberapa aspek perkembangan. Tujuan ini dapat tercapai bila guru secara aktif dan kreatif mengaitkan metode dengan aspek perkembangan yang ingin dikembangkan. Selain itu selama kegiatan belajar mengajar, pada umumnya guru masih menyampaikan materi pelajaran secara searah dan kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pendapat atau bertanya mengenai sesuatu hal. Dalam hal ini anak cenderung bersikap pasif dan memposisikan dirinya sebagai pribadi yang hanya siap menerima informasi namun mengalami kesulitan dalam memproduksi informasi, sebagai hasil pengolahan dari pemahamannya terhadap informasi yang diterimanya tersebut. Guru sebagai pribadi yang berperan dalam kegiatan belajar mengajar di TK seringkali kurang memahami penggunaan berbagai teknik/metode pengajaran di TK secara kreatif untuk mengembangkan aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan bahasa. Seperti, kegiatan bercakapcakap, membaca puisi, bermain peran, bermain lego, balok, bercerita, bernyanyi,

9 mewarna dan lain-lain. Keadaan tersebut di atas juga terjadi seperti yang terjadi di TK X, guru masih membatasi kegiatan pengajaran di TK pada satu aspek perkembangan saja, seperti bermain lego, hanya pada aspek kreativitas saja. Anak kurang diberikan kesempatan untuk menceritakan tentang bangunan lego yang sudah dibangunnya, misalnya dengan menstimulasi anak untuk menceritakan karyanya, dengan menceritakan guru atau orangtua akan dapat membantu anak untuk dapat mengungkapkan ide pada lingkungan melalui pemilihan kata yang tepat, hal ini akan dapat menstimulasi kecerdasan bahasanya.. Proses pembelajaran yang cenderung hanya menekankan kemampuan akademik, monoton dan kaku yaitu dimana anak kurang diberikan kesempatan untuk bertanya atau bercerita, kurang melatih anak untuk mampu menyimak dan mendengarkan suatu informasi dengan cermat. Sekalipun anak mempunyai potensi intelektual yang baik, namun bila anak tidak mampu untuk mengungkapkannya maka prestasi yang dicapainya pun tidak akan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan kecerdasan berbahasa yang berkembang, akan sangat membantu seorang anak dalam meningkatkan kemampuannya dalam menjalin relasi di lingkungannya dan menyelesaikan masalah apabila muncul perbedaan pendapat. Kecerdasan berbahasa ini juga akan menjadi suatu landasan yang kuat saat anak mempelajari informasi atau ilmu lain di sekolah yang lebih tinggi tingkatannya. Perkembangan bahasa sebagai pendukung dasar dari kecerdasan bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan di TK. Kompetensi dasar yang berkaitan dengan perkembangan bahasa adalah kemampuan

10 mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan bahasa dan mengenal simbol. Hasil belajar yang diharapkan dari kompetensi dasar tersebut adalah : (1) Dapat mendengarkan dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa dan mengucapkannya dengan lafal yang benar. (2) Dapat mendengarkan dan memahami kalimat sederhana serta mengkomunikasikannya. (3) Dapat berkomunikasi/berbicara lancar secara lisan dengan lafal yang benar. (4) Memiliki perbendaharaan kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari dan (5) Memahami bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dengan tulisan/pra membaca. (Matrik Kurikulum TK 2004, Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak). Seiring dengan diluncurkannya kurikulum 2004, salah satu prioritas penting yang ingin diwujudkan adalah adanya perubahan pola pikir dan pola tindak di kalangan peserta didik yang selama ini pasif dan statis agar menjadi lebih aktif, dinamis dan kreatif. Berdasarkan wawancara kepada para guru TK X dan observasi (participant observation) yang dilakukan di TK X, didapatkan bahwa para guru lebih banyak melakukan pengajaran searah sehingga anak menjadi pasif dan para guru lebih mementingkan hasil belajar anak berupa ketrampilan akademik seperti tulisan, membaca, berhitung, menghafal lagu, ketrampilan tangan atau ketrampilan motorik kasar. Guru mempunyai anggapan bahwa kemampuan bahasa anak terlihat pada kemampuan anak didiknya yang dapat membaca, menulis, hafal lagu atau sajak. Guru masih belum memahami bahwa kemampuan bahasa dapat distimulasi melalui berbagai metode/teknik yang biasa digunakan sehingga kecerdasan bahasa anak dapat ditingkatkan. Selama ini guru memisahkan metode/teknik tertentu hanya untuk

11 mengembangakan aspek perkembangan tertentu saja. Misalnya kegiatan menggambar hanya untuk aspek motorik, anak-anak diminta untuk menyebutkan gambar yang dibuat, namun tidak diminta untuk menceritakan gambar yang telah mereka buat. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas, guru selalu memberikan kesempatan untuk bertanya jawab mengenai tema atau materi yang diberikan, namun guru hanya memperhatikan anak yang ditanya dan kurang memberikan tanggapan pada jawaban lain yang serupa atau pertanyaan dari anak lain. Selain itu, saat anakanak di kelas kurang memperhatikan materi yang disampaikan sehingga terkesan gaduh atau ada anak yang berebutan buku, guru hanya memakai isyarat non verbal (mengangkat telunjuk) sambil mengatakan Hayo, Awas ya, Cepat-cepat jangan berisik, nanti yang belum selesai ga boleh makan, Diam anak-anak, ibu guru sedang bicara. Pada saat menyanyikan lagu atau melafalkan sajak-sajak yang sudah dihafalkan, sebagian besar anak tersebut belum memahami arti dari kata-kata dalam lagu atau sajak tersebut. Diharapkan dengan pengetahuan guru mengenai kecerdasan bahasa anak, guru akan dapat memberikan stimulai melalui berbagai metode/teknik yang telah biasa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di TK, maka seorang anak sejak usia dini telah dapat memahami dan mengolah suatu informasi dengan baik dan dapat mengungkapkannya melalui susunan kalimat secara tepat. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk menyusun suatu program pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan guru mengenai kecerdasan bahasa Anak TK.

12 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah perlunya meningkatkan pengetahuan guru mengenai kecerdasan bahasa Anak. Dengan pengetahuan tersebut guru TK X mampu menstimulasi kecerdasan bahasa anak melalui teknik/metode yang digunakan saat kegiatan belajar mengajar. Untuk itu perlu diberikan suatu intervensi kepada para guru dengan merancang suatu program pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan guru mengenai kecerdasan bahasa Anak. Beranjak dari hal tersebut, maka permasalahan yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah Program pelatihan seperti apa yang dapat meningkatkan pengetahuan guru mengenai kecerdasan bahasa Anak? 1.3 Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan guru TK X mengenai kecerdasan berbahasa anak, menyusun suatu program pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan guru mengenai kecerdasan berbahasa anak. Dengan pengetahuan tersebut guru TK X akan dapat menstimulasi kecerdasan bahasa anak melalui teknik/metode yang digunakan saat kegiatan belajar mengajar. Kemudian juga untuk mengetahui gambaran pengetahuan guru mengenai kecerdasan berbahasa anak setelah mengikuti pelatihan.

13 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengukur pengaruh program pelatihan bagi guru TK X terhadap peningkatan pengetahuan guru mengenai kecerdasan berbahasa Anak TK. Dengan pengetahuan tersebut guru TK X akan dapat menstimulasi kecerdasan bahasa anak melalui teknik/metode yang digunakan saat kegiatan belajar mengajar. 1.3.3 Kegunaan Penelitian Program pelatihan ini diharapkan dapat digunakan oleh guru TK secara umum sebagai sumber untuk mengetahui aspek-aspek kecerdasan berbahasa yang dimiliki anak. Dengan pengetahuan tersebut guru TK X akan dapat menstimulasi kecerdasan bahasa anak melalui teknik/metode yang digunakan saat kegiatan belajar mengajar. Paket program pelatihan ini dapat diberikan kepada guru TK sebagai materi pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan guru mengenai aspek-aspek kecerdasan bahasa anak. Dengan pengetahuan tersebut guru TK X akan dapat menstimulasi kecerdasan bahasa anak melalui teknik/metode yang digunakan saat kegiatan belajar mengajar. 1.4. Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental pada satu kelompok. Rancangan penelitian yang digunakan adalah single-group, pretestposttest study. Alat ukur yang pertama adalah kuesioner untuk mengetahui

14 pengetahuan guru TK X mengenai kemampuan bahasa anak secara umum yang meliputi perkembangan bahasa anak, kecerdasan bahasa termasuk dalam perkembangan bahasa dan peran guru dalam menstimulasi kecerdasan bahasa. Alat ukur ini berupa kuesioner mengenai perkembangan bahasa secara umum yang disusun berdaarkan teori perkembangan anak dari Laura Berk dan teori Multiple Intelligence dari Howard Gardner. Alat ukur kedua adalah kuesioner mengenai aspek-aspek kecerdasan bahasa yang disusun berdasarkan pengembangan Linguistic Intelligence oleh David Lazear (1991) dari teori Multiple Intelligence dari Howard Gardner. Alat ukur ini digunakan sebagai pre-test (pengukuran yang dilakukan sebelum penelitian) sekaligus sebagai post-test (pengukuran yang dilakukan sesudah penelitian). Perlakuan dalam penelitian ini adalah suatu paket program pelatihan Meningkatkan Pengetahuan Guru Mengenai Kecerdasan Berbahasa Anak. Sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru di TK X Bandung. Guna mengetahui pengaruh yang diberikan oleh pelatihan, data yang diperoleh melalui kuesioner tersebut diuji secara statistik. Berdasarkan pertimbangan bahwa data tidak berdistribusi normal dan berasal dari 10 subyek, maka uji statistik yang dipergunakan adalah uji statistik non-parametrik Wilcoxon T test.