1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa, dengan DAS terbesar yang dimiliki adalah DAS Bengawan Solo. DAS Bengawan Solo memiliki beberapa Sub DAS diantaranya adalah Sub DAS Bengawan Solo hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo hilir. Kondisi topografi yang relatif datar berada di kawasan Sub DAS Bengawan Solo hilir dimana sebagian besar daerahnya berada di dataran rendah. Sub DAS Bengawan Solo hilir, dengan panjang alur sungai ± 300 km dan luas ± 6.273 km 2 membentuk alur sungai yang lebar dengan kemiringan landai, melalui dataran aluvial dan menjadi daerah yang sering digenangi banjir. Kabupaten Bojonegoro yang termasuk kedalam Sub DAS Bengawan Solo hilir hampir seluruh wilayahnya merupakan daerah rawan banjir. Luas area yang terkena dampak banjir tercatat kurang lebih 11.000 Ha dengan daerah genangan banjir yang paling luas berada di Kecamatan Trucuk, yaitu sebesar 4.127 Ha (BBWS Bengawan Solo, 2011). Dua desa di Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, yaitu Desa Sumbangtimun dan Kandangan, merupakan daerah yang rutin terkena banjir setiap tahunnya. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya mitigasi bencana banjir sampai saat ini adalah dengan perencanaan jalur evakuasi penduduk disertai pembuatan shelter pengungsian. Namun usaha yang telah dilakukan belum bisa menghindarkan dampak kerugian lainnya yaitu akibat gagal produksi panen yang tercatat sebesar Rp 1,2 Milyar/tahun (perkiraan dari masyarakat dan BPBD Bojonegoro). Bahkan kerugian paling besar akibat banjir tahun 2007/2008 hingga mencapai Rp 2,5 Milyar. Adapun kerugian gagal panen yang terjadi disebabkan karena datangnya banjir lebih cepat dari jadwal masa panen yang seharusnya. Dari permasalahan tersebut tindakan secara struktural menjadi salah satu pertimbangan dalam menangani banjir yang hampir secara rutin terjadi setiap tahun. 1
Berdasarkan rekomendasi dari BBWS Bengawan Solo tahun 2011, untuk Desa Sumbangtimun, penanganan secara struktur yang memungkinkan adalah dengan sistem polder dimana area rawan banjir yang dapat ditangani mencapai wilayah Desa Kandangan yang berdampingan di bagian Selatan. Tujuan dibuatnya sistem polder secara umum adalah untuk melindungi area rawan banjir agar air dari luar kawasan tidak dapat masuk, sehingga tata kelola air di dalam area tersebut tidak lagi dipengaruhi perilku hidraulik aliran di sekitarnya. Sistem polder yang direncanakan pada penelitian ini merupakan sistem polder mini dimana wilayah yang dilindungi merupakan sub daerah rawan banjir dengan luas area yang kecil. Tujuan utama direncanakan sistem polder mini adalah agar dapat memberikan cukup waktu bagi tanaman budidaya untuk dipanen sebelum kawasan di dalam area polder diperbolehkan tergenangi banjir. Oleh karena itu pemodelan hidraulika aliran di area genangan dan di ruas sungai sepanjang Desa Sumbangtimun dan Kandangan menjadi penting untuk dilakukan sebagai masukan dalam penetapan pola tata air di kawasan setempat. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. mengembangkan pemodelan hidraulika aliran di sekitar lokasi rawan banjir sebagai dasar dalam menentukan desain sistem polder mini, 2. menentukan desain sistem polder mini beserta elemen-elemen kelengkapannya untuk keperluan tata kelola air di kawasan yang dilindungi, 3. menetapkan prosedur operasional sistem polder mini, 4. mengkaji dampak adanya sistem polder mini dari aspek non teknis yang terkait dengan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat setempat. 1.3 Manfaat Penelitian Melalui pengembangan model sistem polder mini diharapkan dapat digunakan sebagai perencanaan untuk menentukan desain bangunan dan prosedur operasional sistem polder mini di Desa Sumbangtimun dan Desa Kandangan dalam rangka usaha pengendalian banjir. 2
1.4 Batasan Penelitian Batasan penelitian adalah sebagai berikut ini. 1. Ruas Sungai Bengawan Solo yang dikaji mulai dari Pos AWLR Karangnongko (sebagai batas hulu) hingga Bendung Gerak Bojonegoro (sebagai batas hilir) dengan jarak kurang lebih 80 km. 2. Simulasi hidraulika yang dilakukan adalah berdasarkan hidrograf banjir kala ulang 2 dan 10 tahunan. Analisis hujan rencana yang digunakan untuk simulasi debit limpasan hujan menggunakan kala ulang 2 dan 5 tahunan. 3. Data sekunder diperoleh dari BBWS Bengawan Solo tahun 2011. 4. Sepanjang ruas sungai yang ditinjau dianggap tidak ada tambahan aliran (lateral inflow). 5. Tanggul dianggap sangat kuat sehingga meskipun terjadi limpasan diasumsikan tidak mengalami kegagalan struktur. 6. Sistem drainase yang meliputi jaringan kolektor ataupun pembawa hanya menjadi bahan kajian dan tidak di desain secara mendetail. 1.5 Lokasi Penelitian Daerah yang menjadi kajian dalam penelitian berlokasi di Desa Sumbangtimun dan Desa Kandangan, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis kedua desa ini terletak pada 111 o 47 43.04 BT s.d. 111 o 49 02.95 BT dan 7 o 06 45.63 LS s.d. 7 o 07 47.11 LS (Gambar 1-1). Wilayah kajian dibatasi sebelah Utara oleh Desa Kanten, sebelah Barat, Timur dan Selatan dibatasi oleh Sungai Bengawan Solo (Gambar 1-2). Luas total wilayah kajian adalah 409 Ha yang terbagi 169 Ha luas Desa Sumbangtimun dan 240 Ha luas Desa Kandangan. Ruas sungai Bengawan Solo yang dikaji dari hulu ke hilir adalah sepanjang pos AWLR Karangnongko hingga Bendung Gerak Bojonegoro (Gambar 1-3). 3
Lokasi penelitian Gambar 1-1 Peta kawasan Kabupaten Bojonegoro dan area lokasi penelitian
Desa Kanten S.Bengawan Solo Gambar 1-2 Lokasi penelitian (Google Earth, 2013) 5
Lokasi penelitian (area polder) Sungai Bengawan Solo Batas hilir Bendung Gerak Bojonegoro Batas hulu Pos AWLR Karangnongko Gambar 1-3 Foto udara lokasi penelitian dan ruas Sungai Bengawan Solo yang ditinjau (Google Earth, 2013) 6