Harapan Oleh: Ingrid Elvina

dokumen-dokumen yang mirip
Arif Rahman

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.

Aku selalu suka sebuah pertemuan, karena buat ku pertemuan adalah awal dari kisah yang mungkin bisa dikenang atau untuk dibuang.

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Tak Ada Malaikat di Jakarta

Hai Cindy selamat ya sudah jadi anak SMU Suara yang sudah tak asing lagi baginya.

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan

Ayu Prameswary. Jazz. Hujan. Pierre. fortherosebooks

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Di Semenanjung Tahun. Saat semua berakhir, saat itu pula semua berawal. Yuni Amida

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

BAB I SOSOK MISTERIUS. Vanessa Putri, Vanessa Putri? Bu Ria memanggil nama itu lagi.

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

NADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

TUGAS TAKE HOME MID PERANCANGAN FILM KARTUN

Raihlah Keikhlasan. Panduan-1

.satu. yang selalu mengirim surat

Seseorang yang sedang di landa kebingungan itu mendadak tak dapat lagi mengungkapkan kata dalam hati ketika menyadari betapa ia sedang merasakan

Semangat ya kerja kelompok nya. J

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

It s a long story Part I

Perjuangan Meraih Cita-cita

PERANCANGAN FILM KARTUN

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Hari masih pagi di saat pertama kalinya Reandra mulai masuk sekolah setelah dua minggu lamanya libur kenaikan kelas. Hari ini adalah hari yang

Tekadku Karena Mimpiku

Hayo melamun aja kamu Tha dari tadi aku liatin. Evan tiba tiba duduk di sebelah Retha sambil memberikan ice cream cone rasa anggur.

AKU AKAN MATI HARI INI

SHAINA BARENO. 9 Butterflies. (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Sang Pangeran. Kinanti 1

Loyalitas Tanpa Batas

Kuda Berkacamata Hitam

SENA LINGGABHUMI SERINDAI DANYANG

M I R A (Menanti Rasa & Asa)

SAMPLE. Prologue. Beberapa tahun lalu... image diriku yang ingin kutanamkan dalam benakku. Aku

Bab 1. Awal Perjuangan

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

SATU. Plak Srek.. Srek

Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-bincang. Yaitu Ditra, Dila, Tantri, DITRA.

Aku, Sekolah, dan Cita-citaku

Seru sekali lomba lari itu! Siapa yang lebih dulu tiba di lapangan, dialah yang menjadi pemenang...

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

HW Prakoso. Yang Terabaikan. ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

Kembali kepada Ketulusan Hati untuk Berbuat Baik

SAMPLE NOVEL SILENT MELODY (HOPE FAITH LIFE LOVE)

Suratku. 1 Rosyid Ridho [Paulheme]

Ya sudah aku mau makan mie saja deh hari ini, kebetulan aku lagi pengen makan mie pakai telur ceplok.

KAPAN KAWIN? Ringgo Agus Rahman

Karya Kreatif Tanah Air Beta

Tiga Tahun Lalu. Fitri Icha Masdita 1

Naskah Film Pendek. Sahabat Karib

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

Oleh: Windra Yuniarsih

Si Fero yang Tinggi Hati

Tresno Bapak. Saya menghabiskan hari pertama untuk keliling kota bersama Big Bro, maklum

PHOTO STORY: AKU DAN MASA DEPANKU. : SDN Cijantung 07 Pagi Jakarta Timur. : Tele mm ISO Auto

dengan dunianya? Mereka saling menonjolkan

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat

Pasang Surut Ombak Segare Sopianus Sauri XII IPA

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Cinta memang tidak akan ada yang tahu kehadirannya, cinta bisa datang dan pergi tanpa diduga. Cinta bisa berdampak positive ataupun negative terhadap

Matahari dan Kehidupan Kita

Awal yang Tak Terduga

Capung Merah yang Sombong

Cermin. Luklukul Maknun

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I)

THE FORMULA OF THE SUCCESS Deritamu adalah suksesmu. 1

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

Semua kupersembahkan untukmu..

PELAYANAN ANAK GPdI HALELUYA. Jalan Kolonel Masturi 67 Cimahi Telepon: (022)

Kegiatan yang Menyenangkan

JUDUL FILM: Aku Belum Mati tapi Tidak Hidup

Claresta Vania. The Things Left Unsaid

László Hankó: Kebahagiaan Marina

B U N D A. Ibu Betapa aku mencintaimu Dari rahimu aku terlahir Dari setiap tetes darah Air mata Kesakitan Betapa besar pengorbananmu

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

I Love My Job and My Family:

PARADIGMA DALAM MENCARI UANG

Jalan hidup memang tak selamanya mudah, pasti ada tikungan, tanjakan, dan rintangan yang harus kita lewati. Tak usah takut kawan, hadapilah dengan

semoga hujan turun tepat waktu

Sepanjang jalan tiada henti bercerita dan tertawa, aku menghitung bintang-bintang dan tak terasa sudah sampai di tempat mie ayam rica-ricanya Pasti

Atau ada juga yang hanya di dalam kota. Ada yang ke Dufan, Water Boom, atau ke Puncak. kata Anti lagi.

Di Unduh dari : Bukupaket.com

ANTARA DENDAM DAN CINTA. Oleh: Sri Rahmadani Siregar

Masa Kecil Tanpa Tangisan

Lihat Ma, Dengar Ma! Copyright Murtiyarini.

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Belajar Memahami Drama

Transkripsi:

Harapan Oleh: Ingrid Elvina Ada yang pernah berkata, belum tentu harapan yang kita panjatkan selalu menjadi kenyataan. Begitu pun juga dengan harapan besar ini, sebuah harapan besar dari orang-orang kecil seperti kami. Harapan tentang gedung sekolah, tumpukan-tumpukan buku, atau guru-guru yang ramah itu. Harapan yang terlampau indah, namun sayang, kenyataan menyakitkan menenggelamkan segalanya. Ku terbangun pagi itu, dan segera menyiapkan beberapa peralatan mengamenku. Aku harus bekerja sejak pagi. Ya, sebuah pekerjaan yang terlihat tidak lazim bagi kalian bukan? Bahkan bagi anak-anak seusia kami, usia anak yang seharusnya disibukkan dengan aktivitas belajar. Namun, tidak bagi kami, sejak kecil hingga usia kami 14 tahun seperti sekarang, orang tua kami sudah membiasakan untuk bekerja. Ya, inilah kehidupan, terkadang kita tidak selalu mendapatkan apa yang diidam-idamkan. Pagi ini, aku dan temanku sudah bersiap-siap mengamen di lampu merah. Sebuah rutinitas yang sebenarnya sangat berat untuk kukerjakan. Terkadang aku lelah, lelah dalam menopang hidup ini, lelah akan wajah-wajah sinis dari mereka, belum lagi sikap kasar mereka ketika kami sedang mengamen. Tahukah kalian? Aku juga tak ingin seperti ini, aku juga ingin hidup normal seperti anak-anak lain. Dit, Ayo bus itu! Dodi, temanku mengamen mendadak membuyarkan lamunanku dengan ajakannya. Dia terlihat antusias ketika bus dengan ukuran sedang itu melintasi kami dan tak lama setelahnya, berhenti di halte tak jauh dari tempat kami berdiri. Tanpa perlu pikir panjang, kami pun segera beranjak ke sana. Kami harus bergerak cepat dan berebut masuk di tengah penumpang lainnya, dengan satu tujuan agar tidak tertinggal atau ketahuan sopir. Seperti biasa, kami menyesuaikan posisi untuk memainkan beberapa buah lagu, hingga kemudian kami berjalan menyodorkan kantung itu kepada setiap

penumpang, berharap mereka memberikan beberapa uang barang sedikitpun. Meski banyak yang mengabaikan kami, tapi beberapa di antara mereka pun terketuk untuk memberi belas kasihnya. Kita istirahat dulu yuk? Dodi menawarkan diri untuk beristirahat sejenak di bawah pohon beringin siang itu. Aku pun menyetujuinya. Sepertinya dia sangat kelelahan, tangannya masih tak berhenti mengipas-ngipas wajah yang sudah dipenuhi peluh tersebut. Pantas saja, kami sudah naik turun bus dari pagi hari hingga matahari sudah jelas terlihat di atas sana. Kita dapat berapa ya? Ujarku sesesekali mengelap peluh seperti yang Dodi lakukan. Ah, sudahlah, kita istirahat dulu. Jangan menghitung di sini. Nanti ada preman baru tau rasa. Benar juga, aku hampir lupa kalau setiap wilayah Ibukota ini pasti memiliki preman yang berkuasa. Pernah suatu saat kami kepergok menghitung uang di tempat umum, dan alhasil preman-preman itu merampas hasil keringat kami. Di sela-sela istirahatku siang itu, aku melihat segerombolan anak berseragam SMP sedang duduk di gazebo taman tak jauh dari sini. Mereka terlihat bersantai-santai ria dan mengobrol satu sama lain, sesekali menghisap rokok di tangan mereka. Eh, Dodi. Bukannya ini masih jam sekolah ya? Kok mereka sudah nongkrong-nongkrong di sana? Dodi yang menyadari bahwa aku sedang memandangi siswa-siswa itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah mereka pula. Ah, biarlah! Itu urusan anak sekolah. Mengapa kamu tiba-tiba mengurus mereka, sih? Ujar Rito ketus Ya bukan begitu. Masa anak sekolah malah bolos dan merokok seperti itu ketika jam sekolah? Tukasku kecewa. Namanya juga anak sekolah jaman sekarang. Sudahlah kita kerja lagi aja ya, Adit. Yuk mengamen lagi.

Aku pun beranjak dari tempatku, meskipun pandanganku masih tak lepas dari anak-anak tadi. Aku belum puas dengan jawaban Dodi baru saja, menurutku ini tidak adil. Anak-anak yang sudah diberi amanah untuk bersekolah malah menyimpang seperti itu. Padahal, aku ingin sekali mengenyam bangku sekolah seperti mereka. Lamunanku tentang anak-anak itu buyar saat kusadari Dodi mulai menaiki bus tepat di depanku. Akhirnya sore mulai menjelang, waktunya bagi kami untuk beristirahat. Sore itu, kami kembali ke rumah masing-masing. Namun, bukan berarti kami mengakhiri rutinitas dan bersantai-santai ria. Kebetulan sekali, di dekat rumahku sudah berdiri sekolah terbuka yang dipelopori oleh mahasiswa di salah satu universitas di kotaku pula. Aku pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menuntut ilmu seperti anak-anak sekolah lainnya. Bekerja bukan berarti menyurutkan niat untuk belajar, bukan? Aku dan Dodi berangkat bersama ke sekolah tersebut. Sekolah tersebut baru berdiri 1 bulan, tetapi peminatnya sudah cukup banyak. Keseluruhan muridnya adalah anak-anak putus sekolah, dan kebanyakan adalah pengamen seperti kami. Jadi, hari ini waktunya memasuki kelas motivasi. Salah satu pengajar di sekolah ini memulai kelas seperti biasa. Namun, aku belum terlalu paham tentang kelas motivasi yang diutarakannya baru saja. Hingga akhirnya semua murid bertanya-tanya tentang kelas motivasi tersebut. Jadi, pada kelas motivasi ini, kita tidak belajar apapun. Kita hanya memberikan semangat satu sama lain dan saling berbagi tentang pengalaman ataupun peristiwa yang dapat membuat kita bersemangat. Ada yang ingin memulai untuk berbagi cerita? Mendengar pertanyaan itu, pikiranku langsung memutar kilas balik tentang peristiwa siang tadi, tentang anak sekolah yang bolos pada saat jam sekolah. Aku pun memberanikan diri mengacungkan jari.

Kak, tadi saya melihat anak-anak SMP bolos sekolah. Mengapa sih mereka berbuat seperti itu? Padahal, banyak anak seperti kami ingin mengenyam bangku sekolah. Mendengar pertanyaan dariku, kakak pengajar itu terdiam sejenak. Dia terlihat berpikir keras sembari menatapku. Jadi, itulah potret kehidupan pendidikan di Indonesia. Kalian tidak perlu merasa iri dan menyalahkan mereka. Setiap orang itu memiliki takdir sendirisendiri. Ketika kalian bekerja dan tidak bersekolah seperti mereka, bukan berarti kalian berhenti belajar, bukan? Nah, rutinitas kalian dalam mengikuti pembelajaran di sekolah terbuka ini menjadi salah satu komitemen kalian untuk meraih kesuksesan di masa depan juga. Namun, banyak orang-orang di luar sana yang menganggap bahwa anak yang tidak memiliki pendidikan di sekolah formal itu buruk. Mereka sering menganggap rendah kami, kak. Salah satu temanku pun mengutarakan keluh kesahnya. Jadi begini, dengarkan kakak baik-baik ya! Banyak sekali rintangan yang harus kita hadapi di dunia ini. Sebenarnya, tidak salah jika kalian dilahirkan dalam keadaan miskin, namun akan menjadi kesalahan jika kalian mati dalam keadaan miskin pula. Jadi berhentilah mengeluhkan keadaan, dan mulailah hadapi kenyataan. Optimalkan kesempatan dan keadaan yang ada. InsyaAllah, Tuhan bersama orang-orang yang sabar dan bekerja keras. Setiap orang itu berhak suskes, entah dia berasal dari keluarga kaya atau miskin. Yang jelas, selama kalian memiliki niat yang besar untuk bekerja dan belajar, kalian akan selangkah lebih maju dari anak yang bermalas-malasan itu. Mari kita lihat siapa yang lebih sukses di masa depan! Paparan dan motivasi dari kakak pengajar tadi meyadarkanku seketika, menyadarkan bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk sukses, begitu pun denganku. Ya, aku harus berjuang. Aku harus membuktikan, walaupun kami tidak mengenyam pendidikan di sekolah formal, tapi bukan berarti kami berhenti belajar. Bukan berarti kami tidak memiliki masa depan yang cerah seperti mereka. Kita adalah sama, usaha dan doalah yang akan memutuskan akhir cerita

kehidupan ini. Sejak saat itu, harapan-harapan besar itupun mulai subur bersemi di hatiku, sebuah harapan yang ingin sekali kupetik di masa depan. 10 tahun kemudian. Aku membuka lembar demi lembar buku yang sudah menemaniku sepuluh tahun ini. Sebuah buku tentang kisah kehidupan yang sangat berliku. Kehidupan tentang anak jalanan yang sebagian besar dari mereka menganggapnya rendah. Namun sekarang, aku berhasil mengubah paradigma tersebut berkat keyakinan yang kuat. Kututup buku itu perlahan dan kupandangi dunia luar lewat kaca jendela di hadapanku. Sunggingan senyum terukir lebar saat kutemui anak-anak yang belajar dengan penuh semangat di luar sana. Anak-anak yang mengingatkanku pada kehidupan masa laluku, yang sejatinya tidak berbeda jauh dengan mereka. Namun, semua lika-liku itu sudah kulalui. Memang benar, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk sukses, hanya saja bagaimana ia memanfaatkan kesempatan itu semaksimal mungkin. Kini aku sudah menjadi pengusaha yang terbilang sukses, itu yang mereka katakana. Walaupun sebenarnya, aku tak lebih dari manusia penuh kekurangan dan keburukan. Namun, aku bukanlah kacang yang lupa akan kulitnya. Sekolah terbuka itu berjasa sekali untukku. Sekolah yang menginspirasiku dan mengajarkanku banyak hal tentang ilmu pengetahuan hingga kehidupan yang sebenarnya. Beberapa sekolah gratis pun berhasil kubangun untuk anak-anak putus sekolah. Mereka bisa belajar sekaligus bekerja, sama sepertiku dulu. Senang sekali jika bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Tiba-tiba, sekelebat memori tentang anak-anak SMP itu singgah di pikiranku. Bagaimana nasib mereka sekarang ya? Semoga mereka semua diberi kesuksesan berkat bekal ilmu yang mereka timbun. Namun, aku melihat salah satu dari mereka bekerja di perusahaanku. Entahlah, apakah aku salah orang atau tidak? Tetapi kala itu wajah mereka benar-benar terbekas di kepalaku hingga sekarang. Bukankah Tuhan Maha Adil? Tuhan pasti berpihak kepada orang-orang yang selalu sabar dan bekerja keras.

-TAMAT-