1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU Menimbang : a. bahwa untuk menjaga martabat dan kehormatan serta kredibilitas lembaga dan anggota DPRD Kabupaten Berau dalam kedudukannya selaku penyelenggara pemerintahan daerah, dipandang perlu ditetapkan kode etik yang berisi norma-norma atau anjuran moral yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota DPRD Kabupaten Berau selama menjalankan tugasnya; b. bahwa penetapan Kode Etik DPRD Kabupaten Berau sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 399 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, ditetapkan dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau. Mengingat : 1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonsia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844; 3. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 4. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4540);
2 6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusun Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5104); 7. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Berau; 8. Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor: 171.3.2-5274 Tahun 2014 tentang Peresmian, Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota DPRD Kabupaten Berau, tanggal 5 Agustus 2014. Memperhatikan : 1. Rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau tanggal 14 Oktober 2014 membahas Peraturan DPRD Kabupaten Berau tentang Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau. 2. Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Berau tanggal 15 Oktober 2014 dengan acara Pengesahan Peraturan DPRD Kabupaten Berau tentang Tata Tertib dan Kode Etik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau; b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau; c. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil-Wakil Ketua DPRD Kabupaten Berau; d. Pimpinan Komisi adalah Ketua,Wakil Ketua, dan Sekretaris Komisi DPRD Kabupaten Berau; e. Pimpinan Fraksi adalah Ketua,Wakil Ketua, dan Sekretaris Fraksi; f. Kode etik adalah norma-norma atau aturan moral yang bersifat mengikat dan wajib ditaati serta dipatuhi oleh setiap anggota DPRD Kabupaten Berau selama menjalankan tugas; g. Eksekutif adalah pemerintah Kabupaten Berau beserta segenap jajarannya; h. Perjalanan Dinas adalah perjalanan pimpinan dan atau anggota DPRD Kabupaten Berau dalam wilayah, luar kota, dan perjalanan luar negeri; i. Rahasia DPRD adalah sesuatu hal yang berkaitan dengan tugas DPRD yang menurut sifat dan bentuknya belum dapat diinformasikan kepada pihak lain; j. Badan kehormatan adalah badan kehormatan DPRD Kabupaten Berau yang bertugas menangani pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh pimpinan dan anggota DPRD; k. Sanksi administrasi adalah suatu bentuk sanksi tertulis yang ditetapkan pimpinan DPRD Kabupaten Berau setelah mendapatkan rekomendasi Badan Kehormatan; l. Pakaian resmi anggota DPRD terdiri dari pakaian Sipil Harian (PSH), Pakaian Sipil Resmi (PSR), dan Pakaian Sipil Lengkap (PSL); m. Rehabilitasi adalah pernyataan pemulihan nama baik anggota DPRD yang tidak terbukti melakukan pelanggaran kode etik.
3 Pasal 2 Tujuan Kode Etik DPRD bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas Anggota DPRD dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajibannya kepada masyarakat dan negara. BAB II KEPRIBADIAN, SIKAP DAN PERILAKU ANGGOTA DPRD Pasal 3 Kepribadian Anggota DPRD adalah Warga Negara Indonesia, yang : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Berjiwa Pancasila dan taat kepada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan; c. Berintegrasi tinggi, jujur,dan senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan,menjunjung tinggi demokrasi dan hak azasi manusia,mengembangkan amanat penderitaan rakyat, serta; d. Mematuhi peraturan tata tertib DPRD, menunjukkan profesionalisme sebagai anggota DPRD dan selalu berupaya meningkatkan kualitas dan kinerjanya. Pasal 4 Sikap dan Perilaku Sikap dan perilaku anggota DPRD: a. Tidak mengatasnamakan lembaga dewan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya; b. Bekerja secara bebas berdasarkan tugas pokok dan fungsi DPRD secara bertanggung jawab demi keselamatan dan ketertiban umum; c. Tidak memberikan informasi kepada masyarakat yang belum pasti kebenarannya. BAB III ETIKA PENYAMPAIAN PENDAPAT DAN ETIKA RAPAT Pasal 5 Etika Penyampaian Pendapat (1) Dalam menjalankan tugas anggota DPRD bebas menyampaikan pendapat, baik secara tertulis maupun tidak tertulis (2) Anggota DPRD yang ingin menyampaikan pendapat secara tertulis atau tidak tertulis terlebih dahulu menyampaikan identitasnya; (3) Setiap pendapat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), disampaikan secara lugas, jelas, dan mudah dipahami. Pasal 6 Etika Rapat (1) Setiap anggota dan pimpinan DPRD wajib menghadiri rapat-rapat DPRD yang dibuktikan secara fisik dan sesuai waktu yang telah ditentukan; (2) Ketidakhadiran pimpinan dan anggota DPRD dalam rapat-rapat yang menjadi kewajibannya, wajib memberitahukan secara lisan atau tertulis kepada pimpinan fraksinya untuk diteruskan kepada pimpinan rapat; (3) Ketidakhadiran pimpinan dan anggota DPRD secara fisik sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam rapat sejenis tanpa izin pimpinan fraksi merupakan suatu pelanggaran yang dapat diberikan teguran tertulis oleh pimpinan fraksi; (4) Ketidakhadiran pimpinan dan anggota DPRD secara fisik selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apapun dalam kegiatan rapat-rapat DPRD merupakan pelanggaran kode etik yang dapat diberhentikan sebagai anggota DPRD.
4 (5) Selama mengikuti rapat, pimpinan dan anggota DPRD tidak diperkenankan: a. menggunakan alat komunikasi atau yang sejenisnya yang dapat mengganggu ketertiban jalannya rapat; b. menghidupkan handphone, kecuali dengan mengaktifkan nada diam atau getar pada handphone dan dalam hal hendak mengangkat telepon harus dengan izin pimpinan rapat untuk keluar dari ruang rapat untuk berbicara; c. membaca surat kabar atau bahan bacaan lain, kecuali hal yang dibaca berkaitan langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam rapat; d. memotong pembicaraan anggota DPRD lain yang sedang menyampaikan pendapatnya dan dengan memberikan apresiasi maupun komentar yang kurang sopan, kecuali interupsi sebagaimana yang diatur dalam peraturan Tata Tertib DPRD dan dalam hal interupsi, baru diperkenanakan berbicara setelah mendapat izin pimpinan rapat; e. meninggalkan ruang rapat tanpa alasan yang jelas sebelum rapat dinyatakan selesai, kecuali ada hal-hal yang sangat mendesak dan berusaha segera mengikuti rapat kembali; f. menggunakan kata-kata atau sikap atau tindakan yang kurang sopan sebagai tanda protes; g. mengenakan pakaian diluar pakaian yang tidak sesuai dengan ketentuan pada undangan rapat paripurna dan khusus hari kamis mengenakan kemeja batik, kecuali ditentukan lain dalam undangan; h. merokok di dalam ruangan rapat. BAB IV KETENTUAN PERJALANAN DINAS DAN MENERIMA IMBALAN Pasal 7 Perjalanan Dinas (1) Dalam melakukan perjalanan dinas anggota DPRD mendapatkan biaya perjalanan dinas yang bersumber dari APBD Kabupaten Berau, pos Anggaran Belanja Sekretariat DPRD sebagaimana dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (2) Anggota DPRD tidak diperkenankan menggunakan fasilitas perjalanan dinas untuk kepentingan diluar tugas-tugas DPRD; (3) Dalam hal perjalanan dinas atas biaya pengundang, harus mendapat izin tertulis dari pimpinan DPRD. Pasal 8 Imbalan Anggota DPRD tidak diperkenankan menerima imbalan yang bersifat mengikat dari semua pihak dengan dalih apapun. Pasal 9 Konflik Kepentingan (1) Anggota DPRD yang sedang terlibat dalam masalah di lembaga peradilan, dilarang menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi jalannya peradilan; (2) Anggota DPRD dilarang menyalahgunakan jabatannya untuk memperoleh kemudahan dalam hal usaha diluar DPRD. Pasal 10 Perangkapan Jabatan Anggota DPRD dilarang melakukan perangkapan jabatan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
5 BAB VI BENTUK HUBUNGAN DPRD Pasal 11 Bentuk hubungan yang dilakukan DPRD dalam melaksanakan, tugas, fungsi, kewajiban, serta haknya, meliputi: a. Hubungan antara anggota DPRD; b. Hubungan DPRD dengan eksekutif, dan; c. Hubungan DPRD dengan kelompok kepentingan tertentu. Pasal 12 Hubungan antara Anggota DPRD (1) Memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antara sesama anggota DPRD. (2) Saling mempercayai, menghormati, menghargai, dan membangun saling pengertian antar sesama anggota DPRD dan menghindarkan persaingan yang tidak sehat. Pasal 13 Hubungan Kemitraan Anggota DPRD dan Eksekutif (1) Anggota DPRD adalah mitra sejajar dengan eksekutif yang sama kedudukannya; (2) Anggota DPRD wajib bersikap kritis, adil, profesional, dan proporsional dalam melakukan hubungan kemitraan dengan eksekutif; (3) Anggota DPRD tidak diperkenankan secara langsung ataupun tidak langsung meminjam atau menggunakan fasilitas maupun materi tertentu dari eksekutif untuk kepentingan pribadi, diluar tugas-tugas DPRD, kecuali telah mendapat rekomendasi dari pimpinan DPRD melalui pimpinan fraksi. Pasal 14 Hubungan Anggota DPRD dengan Kelompok Kepentingan Tertentu Hubungan antar DPRD dengan kelompok kepentingan tertentu dilaksanakan untuk : a. Melakukan hubungan kemitraan agar terkomunikasi secara sehat dan terbuka; b. Menampung pikiran-pikiran kritis dari kelompok-kelompok kepentingan tertentu untuk dijabarkan dalam aktifitas program. BAB VII KERAHASIAAN, PENGADUAN, PELAPORAN, PENELITIAN, PEMBELAAN, SANKSI, DAN REHABILITASI Pasal 15 Kerahasiaan (1) Anggota DPRD tidak diperkenankan menyampaikan pemberitaan dan atau menyalahgunakan sesuatu yang sifatnya rahasia untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya (2) Anggota DPRD wajib menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya sampai batas waktu yang telah ditentukan. Pasal 16 Pengaduan, Pelaporan, dan Penelitian (1) Pengaduan/pelaporan terhadap dugaan adanya pelanggaran kode etik DPRD yang diajukan secara tertulis kepada pimpinan DPRD dan selanjutnya dibicarakan dengan fraksi yang bersangkutan; (2) Pimpinan DPRD dapat mengesampingkan laporan yang tidak disertai indentitas pelapor yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan;
6 (3) Pimpinan DPRD membicarakan laporan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pimpinan fraksi yang bersangkutan, selanjutnya disampaikan kepada Badan Kehormatan untuk ditindaklanjuti; (4) Rapat Badan Kehormatan memutuskan tindak lanjut laporan dugaan pelanggaran kode etik oleh anggota DPRD untuk meneruskan atau tidak meneruskan proses laporan tersebut; (5) Dalam hal Badan Kehormatan memutuskan untuk meneruskan proses laporan tersebut, melakukan investigasi langsung sesuai tugas dan fungsinya; (6) Badan Kehormatan setelah melakukan penelitian dan atau pemeriksaan terhadap laporan tersebut dapat: a. Menolak atau menerima pengaduan/laporan; b. Menyampaikan rekomendasi hasil pembahasan dan pemeriksaan kepada pimpinan DPRD dan pimpinan fraksi yang bersangkutan. Pasal 17 Pembelaan Terhadap permasalahan yang dihadapi, anggota DPRD dapat melakukan pembelaan dengan cara: (1) Anggota DPRD yang diduga melanggar kode etik DPRD berhak melakukan pembelaan; (2) Pembelaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan secara lisan atau tertulis; (3) Pembelaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada Badan Kehormatan dengan tembusan pimpinan dewan, pimpinan fraksi, dan pimpinan komisi; (4) Pembelaan secara lisan dapat disampaikan secara langsung dihadapan anggota Badan Kehormatan. Pasal 18 Sanksi dan Rehabilitasi (1) Badan Kehormatan menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD berdasarkan hasil penyelidikan, verifikasi, klarifikasi oleh Badan Kehormatan; (2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa : a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD; atau d. pemberhentian sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis, atau pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada anggota DPRD yang bersangkutan, pimpinan fraksi, dan pimpinan partai politik yang bersangkutan. (4) Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota DPRD diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Rehabilitasi dilaksanakan, apabila anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran kode etik ternyata tidak terbukti. (6) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5), disampaikan dalam rapat paripurna. BAB VIII PERUBAHAN KODE ETIK Pasal 19 (1) Sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota DPRD yang tidak terdiri dari satu fraksi dapat mengajukan usul perubahan terhadap kode etik DPRD; (2) Usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan penjelasan disampaikan secara tertulis kepada pimpinan dewan dengan disertai daftar nama dan tanda tangan para pengusul serta nama fraksi; (3) Usul perubahan dimaksud pada ayat (2), dikirim oleh Pimpinan Dewan kepada Badan Musyawarah untuk dijadwalkan pembahasannya; (4) Pimpinan DPRD mengajukan usul perubahan tersebut disertai keputusan Badan Musyawarah dalam rapat paripurna untuk diambil keputusan.
7 BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Dengan berlakunya peraturan ini,maka peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau Nomor... Tahun... tentang Kode Etik DPRD Kabupaten Berau dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 21 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Kode Etik ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkan oleh pimpinan dewan setelah dibahas dengan Badan Musyawarah. Ditetapkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 15 Oktober 2014 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU KETUA, Hj. SYARIFATUL SYA DIAH, S. Pd, MM