113 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini memaparkan beberapa hal mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi, serta usulan studi lanjutan yang berkaitan dengan penelitian ini. 5.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan analisis terhadap sistem transportasi di Jalan Cihampelas, maka ditemukan beberapa temuan studi sebagai berikut: 1. Sebagai jalan yang memiliki fungsi jalan kolektor sekunder, Jalan Cihampelas masih belum dapat memenuhi standar teknis persyaratan jalan kolektor sekunder berdasarkan PP no. 34 tahun 2006. 2. Jenis pergerakan lalu lintas yang melewati Jalan Cihampelas terdiri atas pergerakan regional (55,40 %), pergerakan lokal (5,46 %), dan pergerakan menerus (39,14 %). Dominasi pergerakan regional disebabkan oleh fungsi Jalan Cihampelas sebagai salah satu pusat kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Bandung sehingga mampu menarik pengunjung dari dalam maupun luar Kota Bandung. 3. Sistem parkir di kawasan Cihampelas sebagian besar telah menggunakan sistem off-street parking. Namun kondisi yang ada saat ini masih belum memadai karena kebutuhan parkir di sepanjang Jalan Cihampelas masih belum dapat dipenuhi oleh kapasitas parkir yang ada saat ini (sebanyak 183 SRP). Selain itu lokasi lahan parkir yang berada pada daerah sempadan bangunan yang hanya memiliki lebar kurang dari 5 meter menyebabkan tundaan yang cukup lama ketika aktivitas parkir berlangsung sehingga mengakibatkan kemacetan lalu lintas. 4. Frekuensi berhentinya angkutan umum yang cukup tinggi di sepanjang Jalan Cihampelas merupakan salah satu penghambat arus lalu lintas sehingga mengakibatkan kemacetan terutama pada jam-jam puncak.
114 5. Kondisi permukaan trotoar banyak yang rusak terutama pada trotoar bagian timur Jalan Cihampelas memberikan rasa tidak nyaman bagi para pejalan kaki, karena mereka harus memilih-milih jalur untuk berjalan untuk menghindari resiko kecelakaan akibat rusaknya permukaan trotoar. Selain itu, sempitnya jalur pejalan kaki dikarenakan banyak pedagang kaki lima yang berjualan menyebabkan para pejalan kaki terpaksa menggunakan sebagian badan jalan untuk berjalan sehingga mengakibatkan terganggunya arus lalu lintas. 6. Secara umum, penyebab kemacetan lalu lintas yang terjadi di Jalan Cihampelas sangat dipengaruhi oleh adanya hambatan-hambatan samping sebagai akibat aktivitas pergerakan penduduk. 5.2 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bagian-bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa ruas Jalan Cihampelas telah mengalami penurunan tingkat pelayanan jalan, yaitu tingkat F pada ruas 1 (Jalan Bapak Husen - Jalan Prof. Eyckman) dan tingkat E pada ruas 2 (Jalan Prof. Eyckman - Jalan Pasteur). Nilai tingkat pelayanan jalan yang terjadi pada waktuwaktu puncak tersebut sudah sangat tidak sesuai dengan standar maksimal tingkat pelayanan jalan untuk jalan kolektor sekunder yaitu C (berdasarkan IHCM 1997). Selain berdasarkan nilai VCR, buruknya tingkat pelayanan jalan pada kedua ruas jalan tersebut dapat ditunjukkan dari rendahnya kecepatan perjalanan yang harus ditempuh untuk melewati ruas Jalan Cihampelas. Rendahnya kecepatan perjalan tersebut disebabkan oleh berbagai hambatan samping yang tinggi sehingga menyebabkan tundaan pada pergerakan kendaraan. Hambatan samping yang menyebabkan permasalahan di Jalan Cihampelas yaitu aktivitas keluar masuk parkir, perilaku angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, dan aktivitas pejalan kaki yang terpaksa harus berjalan menggunakan sebagian badan jalan karena trotoar yang ada digunakan sebagai tempat berjualan para pedagang kaki lima, sehingga menyebabkan terhambatnya arus lalu lintas.
115 Untuk mengembalikan tingkat pelayanan Jalan Cihampelas yang sesuai dengan standar fungsi jalan sebagai jalan kolektor sekunder, maka diperlukan suatu tindakan pengelolaan lalu lintas untuk mengatasi permasalahan kemacetan yang terjadi. Usulan penanganan persoalan lalu lintas di Jalan Cihampelas diberikan dalam 2 alternatif dengan skenario volume kendaraan tidak mengalami perubahan. Alternatif pertama adalah tindakan penanganan yang lebih bersifat untuk menghilangkan gangguan/hambatan samping yang terjadi di sepanjang Jalan Cihampelas. Tindakan-tindakan yang diusulkan yaitu pelarangan parkir pada pertokoan yang memiliki aktivitas parkir di daerah sempadan bangunan yang kurang dari 5 meter. Penghilangan aktivitas parkir pada pertokoan-pertokoan tersebut dapat dipindahkan ke lokasi yang telah ditentukan dengan membangun gedung parkir baru yang dapat menampung sebanyak 10 SRP (pemindahan parkir dari ruas 1), 19 SRP (pemindahan parkir dari ruas 2), dan 183 SRP (pemenuhan kebutuhan parkir yang masih kurang di sepanjang Jalan Cihampelas). Tindakan selanjutnya yaitu untuk mengatasi persoalan angkutan umum maka perlu dibangun 2 buah tempat pemberhentian angkutan umum dan memperbaiki tempat pemberhentian angkutan umum yang telah ada saat ini di dekat Sekolah Tinggi Bahasa Asing. Pembangunan tempat pemberhentian angkutan umum ini dimaksudkan untuk mengurangi tundaan yang timbulakibar seringkalinya angkutan umum berhenti di sembarang tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Untuk mengatasi persoalan pedagang kaki lima dan pejalan kaki maka perlu dibangun pagar pembatas di sepanjang Jalan Cihampelas. Hal ini dilakukan untuk mencegah para pedagang kaki lima berjualan di atas trotoar dan juga untuk memaksa para pejalan kaki berjalan menggunakan trotoar serta untuk mengarahkan para pejalan kaki ke zebra cross jika hendak menyeberang sehingga dapat mengurangi tundaan yang timbul bagi kelancaran arus lalu lintas akibat aktivitas menyeberang para pejalan kaki di sembarang tempat. Setelah dilakukan berbagai upaya tersebut, maka tingkat pelayanan Jalan Cihampelas dapat meningkat menjadi B. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganan persoalan lalu lintas berdasarkan alternatif 1 ini yaitu sebesar Rp 16.154.636.653,00.
116 Pada alternatif 2, usulan penanganan persoalan lalu lintas berupa tindakan untuk menyesuaikan lebar dan kapasitas Jalan Cihampelas dengan standar yang telah ditetapkan berdasarkan PP no. 34 tahun 2006. Selain penambahan lajur jalan, tindakan yang juga dilakukan untuk menangangi persoalan lalu lintas di Jalan Cihampelas yaitu pengurangan hambatan-hambatan samping yang relatif sama dengan yang dilakukan pada alternatif 1. Tingkat pelayanan Jalan Cihampelas setelah dilakukan berbagai upaya pada skenario 2 dapat meningkat menjadi berkisar A. Biaya yang diperlukan untuk merealisasikan berbagai upaya pada alternatif 2 ini yaitu sebesar Rp 22.537.729.529,00. Meskipun tingkat pelayanan jalan yang dihasilkan pada alternatif 2 lebih baik daripada yang dihasilkan pada alternatif 1, namun perlu digarisbawahi bahwa usulan penambahan lajur jalan tentunya akan menghasilkan persoalan tambahan yaitu konflik dengan para pengguna jalan terutama para pemiliki bangunan yang ada di Jalan Cihampelas. Oleh karena itu, usulan berdasarkan alternatif 2 ini setidaknya baru dapat dilaksanakan jika Pemerintah Kota Bandung dapat mencapai kesepakatan dengan para pemilik bangunan, sehingga akan mengurangi konflik yang mungkin timbul. 5.3 Rekomendasi Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk saat ini, usulan penanganan persoalan lalu lintas berdasarkan alternatif 1 lebih mungkin untuk dilaksanakan, meskipun dari tingkat pelayanan jalan yang dihasilkan usulan dengan alternatif 2 jauh lebih baik. Oleh karena itu pemerintah Kota Bandung perlu segera merealisasikan penanganan kemacetan lalu lintas untuk memperbaiki kondisi tingkat pelayanan Jalan Cihampelas sebagai jalan kolektor sekuder. 2. Pemerintah Kota Bandung diharapkan mencari kesepakatan terlebih dahulu dengan para pengguna Jalan Cihampelas, terutama para pemilik
117 toko, jika ingin merealisasikan usulan penaganan persoalan lalu lintas berdasarkan alternatif 2. 3. Perlu dilakukan penataan kembali kegiatan di sepanjang Jalan Cihampelas ini, agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Bandung 2013 karena pada saat ini KDB dan KLB pada sebagian besar bangunan yang terletak di Jalan Cihampelas telah melewati KDB dan KLB maksimum yang telah ditetapkan. 4. Untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi para pejalan kaki, maka perlu disediakan berbagai elemen pelengkap jalur pejalan kaki, seperti tanaman, tempat duduk beratap, lampu penerangan, dan sebagainya. 5. Untuk menerapkan berbagai upaya penanganan persoalan lalu lintas baik berdasarkan skenario 1 maupun 2, maka perlu dilakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada para pengguna jalan untuk menghindari adanya konflik. 6. Bagi para pemilik toko, jika memungkinkan maka diharapkan untuk membangun lahan parkir berupa basement atau lahan parkir di belakang bangunan, sehingga tundaan akibat aktivitas parkir pada lahan parkir yang tepat bersebelahan dengan badan jalan, dapat dikurangi. 5.4 Kelemahan Studi Beberapa kelemahan studi yang terdapa dalampenelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Studi ini bersifat mikro karena hanya mempertimbangkan kondisi lalu lintas di ruas jalan studi. Pada kenyataannya pengaruh kondisi lalu lintas yang berada di sekitar wilayah studi dapat mempengaruhi terhadap kondisi lalu lintas yang ada di wilayah studi. 2. Dalam studi ini, tidak dibahas masalah subsistem kelembagaan yang berkaitan dengan penanganan masalah lalu lintas dan pengelolaan kawasan Jalan Cihampelas.
118 3. Dalam penghitungan bangkitan dan tarikan, penulis menggunakan standar trip rate BNI City sehingga ada kemungkinan terjadi perbedaan dengan apabila melakukan penghitungan secara langsung di lapangan. 4. Dalam studi ini, tidak dibahas mengenai kemampuan pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk membiayai penanganan masalah lalu lintas di Jalan Cihampelas. 5. Dalam studi ini, tidak dilakukan analisis terhadap perelokasian para pedagang kaki lima. 5.5 Usulan Studi Lanjutan Beberapa studi lanjutan dapat dilakukan untuk mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Studi mengenai kelembagaan yang berkaitan dengan penanganan masalah lalu lintas di Jalan Cihampelas. 2. Studi lebih lanjut mengenai lokasi tempat pemberhentian angkutan umum yang ideal berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti bangkitan dan tarikan guna lahan, jarak minimum ke persimpangan, dan lain sebagainya. 3. Studi lebih lanjut mengenai penataan para pedagang kaki lima. 4. Studi lebih lanjut mengenai akseptabilitas para pengguna jalan terhadap usulan penanganan persoalan terutama berdasarkan alternatif 2.