BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi. Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN FREKUENSI DAN KEMAMPUAN CUCI TANGAN PERAWAT DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI. NOSOKOMIAL/Heatlhcare Association Infection (HAIs) SKRIPSI

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat pada pasien selama berada

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

BAB IV METODE PENELITIAN

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

PREVALENSI PHLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN INFUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sanitasi rumah sakit akan terkait erat dengan unsur pelayanan teknis medis

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Musadad, Lubis, &Kasnodihardjo, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon obat pada pasien,

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia cukup tinggi. Mengingat kasus nosokomial infeksi menunjukkan angka yang cukup tinggi. Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat atau timbul pada waktu pasien di rawat di rumah sakit. (Badi. M., 2007 ). Rumah sakit merupakan suatu tempat orang sakit di rawat dan di tempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan agar mendapatkan kesembuhan. Akan tetapi, rumah sakit juga dapat merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita atau pengunjung yang berstatus pembawa (carier). Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makan, benda-benda medis dan nonmedis. (Nursalam, 2011) Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0% (Ducel, G, 2002). Menurut Soeroso (2000, dalam Dedi Dores, 2011) penderita infeksi nosokomial sebesar 9% dengan variasi antara 3%-20% dari penderita rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia. Di negara berkembang termasuk Indonesia, rata-rata prevalensi infeksi nosokomial adalah sekitar 9,1 % dengan variasi 6,1%-16,0%. Di 1

2 Indonesia kejadian infeksi nosokomial di dapat dari laporan Data dari RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar menyebutkan bahwa kejadian infeksi nosokomial pada trimester III tahun 2009 sebesar 4,4 %, laporan Penelitian lainnya yang dilakukan di RSU Haji Makassar menyebutkan bahwa pasien dengan infeksi nosokomial lebih banyak berada pada kelas II dan III sebesar 78,6 % (Samriani, 2007). Pada 02 Oktober 2012 peneliti telah melakukan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep untuk mendapatkan data infeksi nosokomial pada periode September 2011 sampai September 2012, didapatkan data Infeksi Nosokomial ISK (infeksi saluran kemih) dan Infeksi luka operasi di Ruang Rawat Inap sebanyak 7 kejadian infeksi nosokomial di periode September - desember 2011 dan 10 kejadian infeksi nosokomial di periode januari September 2012, total keseluruhan kejadian infeksi nosokomial terdapat 17 kejadian infeksi nosokomial dalam rentang waktu 1 tahun atau 12 bulan ( 1,42% infeksi nosokomial yang terjadi per tahunnya) di periode September 2011 September 2012. Berdasarkan data dari Dokumen kejadian Infeksi Nosokomial di tahun 2012, serta interview pada Kabid Pelayanan dan Kabid Evaluasi Informasi didapat keterangan yaitu kejadian infeksi nosokomial di ruang Interna terjadi setiap bulannya kecuali pada bulan April tanpa keterangan dari Rumah Sakit, sedangkan di ruang Obsgyn terjadi hanya pada bulan Januari dan Mei. Cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung antara pasien dengan personel yang merawat atau menjaga pasien, kontak tidak langsung ketika obyek didalam lingkungan yang terkontaminasi dan tidak didesinfeksi atau disterilkan (Amdani, 2009). Sumber Kuman penyebab Infeksi Nosokomial dapat berasal dari

3 dalam tubuh penderita (Infeksi Endogen atau self infection atau auto infection) dan luar tubuh penderita (infeksi Eksogen atau cross infection). Bahaya dari terjadinya infeksi nosokomial adalah meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) serta dapat memperlama perawatan pasien di Rumah Sakit dan dapat mempengaruhi mutu pelayanan Rumah Sakit. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang secara potensial dapat dicegah ( Ayu Wulandari, 2010). Dampak dari terjadinya infeksi nosokomial menimbulkan banyak kerugian antara lain: pasien akan bertambah menderita, bertambah panjangnya lama hari perawatan dan pengobatan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan biaya rumah sakit. bermacam-macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial, misalnya Infeksi saluran kemih, infeksi pada luka operasi, Infeksi saluran cerna, Infeksi saluran nafas bagian bawah, dan lain-lain. ( Sriwidodo, 2001, http://www.infeksi nosokomial.com, di peroleh tanggal 11 juni 2012) Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial diperlukan suatu Pelayanan kesehatan yang baik dari tenaga kesehatan, salah satu diantaranya yaitu tenaga Perawat. Tenaga Perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan rumah sakit (Depkes RI,2001). Perawat mempunyai peran yang sangat menentukan dalam pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial yaitu melalui tindakan setiap petugas dalam melaksanakan perawatan yang benar bagi pasien serta prosedur tindakan yang dilakukan, baik sebelum melakukan tindakan maupun setelah melakukan tindakan, salah satunya yaitu melalui tindakan cuci tangan. Menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Tindakan cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun

4 memakai sarung tangan atau alat pelindung lain sebagai salah satu upaya pencegahan Infeks, Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. 1.2. Rumusan Masalah Pada penelitian ini peneliti akan melihat bagaimana Frekuensi dan Kemampuan cuci tangan Perawat yang hubungannya dengan angka kejadian Infeksi nosokomial, dan apakah terdapat hubungan antara Frekuensi dan Kemampuan cuci tangan perawat dengan angka kejadian infeksi nosokomial? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk Mengidentifikasi Frekuensi dan Kemampuan Cuci Tangan Perawat dengan Angka Kejadian Infeksi Nosokomial di RSUD Dr. H. Moh Anwar Sumenep 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk Mengetahui Frekuensi cuci tangan perawat di RSUD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep. 2. Untuk Mengetahui Kemampuan cuci tangan perawat di RSUD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep (kemampuan dalam melakukan cuci tangan sesuai dengan langkah-langkah cuci tangan) 3. Untuk Mengetahui angka kejadian Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep 4. Untuk Mengetahui hubungan Frekuensi dan Kemampuan cuci tangan Perawat terhadap kejadian Infeksi Nosokomial di RSUD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep

5 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan menambah pengetahuan mengenai infeksi nosokomial di Rumah Sakit yang berhubungan dengan frekuensi dan kemampuan cuci tangan yang di lakukan oleh perawat 2. Bagi Rumah sakit a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap Pasien. b. Sebagai bahan masukan untuk prosedur dalam melakukan tindakan pelayanan, sehingga termotivasi untuk melangkah ke depan yang lebih baik akan dapat terealisasi. c. Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi kinerja perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan d. Memberikan masukan kepada Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dengan upaya pencegahan terjadinya infeksi nosokomial dalam memberikan pelayanan kepada pasien agar resiko tertular dari suatu penyakit dapat dicegah. 3. Bagi Keperawatan Diharapkan dapat memberikan wacana baru mengenai pentingnya melakukan cuci tangan sebelum maupun setelah melakukan tindakan terhadap pasien untuk mengurangi kejadian infeksi nosokomial, dan diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah, khususnya dalam tindakan mengurangi Angka kejadian Infeksi Nosokomial.

6 4. Bagi Peneliti Lain a. Menjadi dasar atau kajian awal bagi peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama sehingga mereka mempunyai landasan dan alur yang jelas. b. Diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar bagi penelitian berikutnya untuk melakukan penelitian dimasa yang akan datang dan dapat mengembangkan hasil penelitian ini menjadi lebih baik 1.5. Keaslian Penelitian 1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulia Habni, Program Studi Ilmu Keperawatn Medan, 2009, yang judulnya Perilaku Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rindu A, B, ICU, IGD, Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Pada Penelitian tersebut menggunakan desain penelitian Deskriptif, dimana sample penelitiannya menggunakan Cluster sampling. 2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Artika Desi Suryoputri, 2011 dengan judul Perbedaan angka kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan di RSUP Dr. Kariadi Studi di Bangsal Bedah, Anak, Interna, dan ICU. Penelitian tersebut menggunakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yang dilakukan di bangsal bedah, anak, interna dan ICU RSDK. Sampel yang digunakan adalah 3 kelompok profesi yaitu residen, perawat, dan coass yang ada di keempat bangsal, dengan kriteria inklusi: terkait dengan perawatan pasien secara langsung pada hari diadakan penelitian, bekerja hanya di salah satu dari keempat bangsal bedah, anak, interna, atau ICU serta bersedia mengisi kuesioner.

7 3. Penelitian ini tentang hubungan frekuensi dan kemampuan cuci tangan perawat dengan angka kejadian infeksi nosokomial di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. H. Moh. Anwar Sumenep, metode penelitian ini menggunakan Deskriptif Korelatif, Dengan desain penelitian Cross-sectional. Tknik sampling pengambilan smpelnya atau subjeknya menggunakan simple random sampling. variabel yang di pakai meliputi variabel bebas yaitu frekuensi dan kemampuan cuci tangan perawat dan variabel terikatnya yaitu infeksi nosokomial. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Artika Desi Suryoputri adalah penelitian Artika mencari perbedaan kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan di mana hasil dari penelitian tersebut angka kepatuhan cuci tangan dari 4 bangsal tergolong rendah dengan angka kepatuhan cuci tangan berdasarkan indikasinya menunjukkan hasil tertinggi setelah kontak dengan sumber mikroroganisme dan terendah sebelum kontak dengan pasien dengan metode penelitian studi observasional analitik dan analisa datantanya menggunakan uji statistic parametric One Way ANOVA, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti disini mencari hubungan frekuensi dan kemampuan dari cuci tangan perawat dengan kejaidan infeksi nosokomial yaitu untuk mengidentifikasi frekuensi atau banyaknya petugas kesehatan dalam cuci tangan setiap dinasnya persift dan kemampuan atau ketepatan cuci tangan petugas kesehatan sesuai dengan langkah-langkah cuci tangan yang di lakukan yang hubungannya dengan angka kejadian infeksi nosokomial, metode penelitian yang di gunakan adalah Deskriptif Korelatif, Dengan desain penelitian Cross-sectional.