WOKSHOP PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) TENAGA AHLI K3 KONSTRUKSI LEFTING STUDY. Disampaikan Oleh: Ir. Kusumo Dradjad S, Msi, CSP

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM K3 PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN BENTANG PANJANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.340, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pesawat Angkat Dan Angkut. Operator.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

Lifting and moving equipment safety Session 07. Oleh: Ir. Erwin Ananta, Cert.IV, MM

Menteri Basuki Minta Seluruh BUJT dan Kontraktor Lakukan Prosedur K3 Sunguh- Sungguh

BAB V PEMBAHASAN. PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. : PER.01/MEN/1989 TENTANG KWALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT OPERATOR KERAN ANGKAT

MATERI PEMBINAAN AHLI K3 BIDANG PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

Menjamin keselamatan kerja operator & orang lain Menjamin penggunaan peralatan mekanik aman dioperasikan Menjamin proses produksi aman dan lancar

m.co 3 -k a rm o.n w w w edited by 1

PENGAWASAN DAN PENERAPAN K3 DALAM PEMBANGUNAN KONSTRUKSI INFRASTRUKTUR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN MATERI

Mata Kuliah: Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bagian II 2 sks

WORKSHOP PENGEMBANGAN

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

RESUME PENGAWASAN K3 MEKANIK


BAB VII METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS. Belt truss merupakan salah satu alternative struktur bangunan bertingkat tinggi.

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

1.1 Latar Belakang. 1. Kapal tongkang jenis Floating Crane.

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

BAB I PENDAHULUAN. dalam kategori dominan sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. KATA PENGANTAR...

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

JOB SAFETY ANALYSIS. Who is responsible? Risk control measures

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

BAB IV HASIL. Launcher For Segment 65 ton-50 meter Serial N /11. Alat tersebut. merupakan alat milik subkontraktor yaitu CV Pancang Sakti Citra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LATAR BELAKANG JALAN SEMENTARA RISIKO

ABSTRAK PT. Terminal Petikemas Surabaya (PT. TPS) merupakan perusahaan multinasional dengan taraf internasional. Sebagai perusahaan bongkar muat petik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

MANAJEMEN RISIKO K3 (Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko)

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG

Modul 08- Program Penanganan Manual dan Mekanik

K3 Konstruksi Bangunan

BUPATI MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

STANDAR LATIHAN KERJA

BAB II STUDI PUSTAKA

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai banyak lokasi pertambangan yang terdapat didaerah

Analisa dan Estimasi Penurunan Risiko dengan Job Safety Analysis pada Departemen Warehouse

KESELAMATAN PESAWAT ANGKAT (CRANE & LIFTING SAFETY)

MODEL PENGUKURAN TINGKAT KESELAMATAN KERJA PENGGUNAAN TOWER CRANE. KATA KUNCI: tower crane, keselamatan kerja, model pengukuran

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang...

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN K3 TERHADAP METODE PEMANCANGAN JACK-IN PILE

Abstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN

ANALISIS RISIKO PENGOPERASIAN OVERHEAD CRANE DOUBLE GIRDER DI DIVISI KAPAL NIAGA PT PAL SURABAYA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

EVALUASI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RS.

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK PROYEK PEMBANGUNAN MENARA ASTRA PROJECT (METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BELT TRUSS)

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

TRAINING SCHEDULE 2017

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

suatu obyek, sehingga diharapkan dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TRAINING SCHEDULE 2018

TINJAUAN PUSTAKA. lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, bongkaran muatan dan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. bagi wisatawan yang ingin berlibur atau wisatawan yang ingin melakukan

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI

DISKUSI PUBLIK : GERAKAN NASIONAL KESELAMATAN KONSTRUKSI (GNKK)

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Transkripsi:

ASOSIASI AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI INDONESIA (A2K4-INDONESIA) WOKSHOP PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) TENAGA AHLI K3 KONSTRUKSI LEFTING STUDY Disampaikan Oleh: Ir. Kusumo Dradjad S, Msi, CSP SURABAYA 12 MEI 2018 Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 1

TUJUAN K3 PADA PEKERJAAN LIFTING 1. Memberikan perlindungan terhadap setiap orang yang berada ditempat kerja sehingga terjamin keselamatan dan kesehatannya akibat dari proses Lifting. 2. Memberikan jaminan perlindungan terhadap segala sumber produksi yaitu pekerja, bahan, mesin / instalasi dan peralatannya sehingga dapat digunakan secara efisien dan terhindar dari kerusakan. 3. Memberi jaminan perlindungan dan rasa aman bagi pekerja didalam melakukan pekerjaan sehingga tercapai tingkat produktifitas. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 2

Obyek pembinaan dan pengawasan PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PADA PEKERJAAN LIFTING Dasar hukum UU No. 1 / 1970 UU. No.13/2013 UU No.2/2017 PP No 50/ 2012 Permen PU No.05/2014 Permen Naker No. 05/Men/1985 Permen Naker No. 09/Men/2010 Menjamin keselamatan kerja operator & orang lain Menjamin penggunaan perlatan mekanik aman dioperasikan Menjamin proses produksi aman dan lancar MEKANIK Pesawat angkat & angkut Operator Tujuan Bagaimana cara membina dan mengawasinya Safety device terpasang dan berfungsi baik Alat perlindungan Layak operasi Riksa uji Perawatan dengan baik Pengoperasian sesuai manual / SOP dan oleh orang yang berwenang APD Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 3

Dasar Hukum Pengawasan K3 Mekanik Jembatan Holtekamp, Kota Jayapura, Papua, a. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang kesehatan kerja b. Undang-undang no. 13/2003 tentang Tenaga Kerja c. Undang-undang No.2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi d. PP No.50 /2012 SMK3 e. Permen PU No.05/ 2014 SMK3 bidang PU c. Permen Naker No.05/Men/1985 tentang pesawat angkat dan angkut d. Permen No.09/Men/2010 tentang Operator Dan Petugas Pesawat Angkat Dan Angkut 5/10/2018 4

Permen Naker No: PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT 1. Pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau orang secara vertikal dan/atau horizontal dalam jarak yang ditentukan. 2. Peralatan angkat adalah alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan 3. Operator adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan khusus dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut. 4. Teknisi adalah petugas pelaksana pemasangan, pemeliharaan, perbaikan dan/atau pemeriksaan peralatan/ komponen pesawat angkat dan angku. 5. Petugas adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan khusus di bidang pesawat angkat dan angkut yang terdiri dari juru ikat (rigger) dan teknisi. 6. Juru ikat (rigger) adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan khusus dalam melakukan pengikatan barang serta membantu kelancaran pengoperasian peralatan angkat. 7. Lisensi K3 adalah kartu tanda kewenangan seorang operator untuk mengoperasikan pesawat angkat dan angkut sesuai dengan jenis dan kualifikasinya atau petugas untuk penanganan pesawat angkat dan angkut Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 5

Permen Naker No: PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG JENIS PESAWAT ANGKAT 1. dongkrak mekanik (lier), 2. takal, 3. alat angkat listrik/lift barang/passenger hoist, 4. pesawat hidrolik, 5. pesawat pneumatik, 6. gondola, 7. keran mobil, 8. keran kelabang, 9. keran pedestal, 10.keran menara, 11.keran gantry, 12.keran overhead, 13.keran portal, 14.keran magnet, 15.keran lokomotif, 16.keran dinding, 17.keran sumbu putar, 18.mesin pancang Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 6

Permen Naker No: PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG JENIS PESAWAT ANGKAT dongkrak mekanik (lier), takal, passenger hoist Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 7

Permen Naker No: PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG JENIS PESAWAT ANGKAT keran mobil keran kelabang Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 8

Permen Naker No: PER.09/MEN/VII/2010 TENTANG JENIS PESAWAT ANGKAT keran menara Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 9

Permen Naker No. 09/ 2010 Operator Pesawat Angkat dan Angkut 1. Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan oleh operator pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya 2. Operator peralatan angkat diklasifikasikan sebagai berikut: a. operator kelas I; b. operator kelas II; dan c. operator kelas Ill. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 10

SYARAT & KEWENANGAN OPERATOR KLAS 1 a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat; b. berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun membantu pelayanan di bidangnya; c. berbadan sehat menurut keterangan dokter; d. umur sekurang-kurangnya 23 tahun; dan e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja. berwenang: a. mengoperasikan peralatan angkat sesuai dengan jenisnya dengan kapasitas lebih dari 100 ton atau tinggi menara lebih dari 60 meter; b. mengawasi dan membimbing kegiatan operator Kelas II dan/atau operator Kelas III, apabila perlu didampingi oleh operator Kelas II dan/atau Kelas III. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 11

SYARAT & KEWENANGAN OPERATOR KLAS 2 a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat; b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun membantu pelayanan di bidangnya; c. berbadan sehat menurut keterangan dokter; d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja. berwenang: a. mengoperasikan peralatan angkat sesuai dengan jenisnya dengan kapasitas lebih dari 25-100 ton atau tinggi menara lebih dari 40-60 meter; b. mengawasi dan membimbing kegiatan operator Kelas II dan/atau operator Kelas III, apabila perlu didampingi oleh operator Kelas III. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 12

SYARAT & KEWENANGAN OPERATOR KLAS 3 a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat; b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun membantu pelayanan di bidangnya; c. berbadan sehat menurut keterangan dokter; d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja. berwenang: mengoperasikan peralatan angkat sesuai dengan jenisnya dengan kapasitas kurang dari 25 ton atau tinggi menara sampai dengan 40 meter; Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 13

KEWAJIBAN OPERATOR & PETUGAS a. melakukan pengecekan terhadap kondisi atau kemampuan kerja pesawat angkat dan angkut, alat-alat pengaman, dan alat-alat perlengkapan lainnya sebelum pengoperasian pesawat angkat dan angkut; b. bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian pesawat angkat dan angkut dalam keadaan aman; c. tidak meninggalkan tempat pengoperasian pesawat angkat dan angkut, selama mesin dihidupkan; d. menghentikan pesawat angkat dan angkut dan segera melaporkan kepada atasan, apabila alat pengaman atau perlengkapan pesawat angkat dan angkut tidak berfungsi dengan baik atau rusak; Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 14

KEWAJIBAN OPERATOR & PETUGAS e. mengawasi dan mengkoordinasikan operator kelas II dan operator kelas III bagi operator kelas I, dan operator kelas II mengawasi dan mengkoordinasikan operator kelas III; f. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah ditetapkan dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut; dan g. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian selama mengoperasikan pesawat angkat dan angkut Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 15

RIGER & TEKNISI Juru ikat (rigger) berwenang melakukan: a. pengikatan barang atau bahan sesuai dengan prosedur pengikatan; dan b. pemberian aba-aba pengoperasian pesawat angkat dan angkut. Teknisi berwenang melakukan: a. pemasangan, perbaikan, atau perawatan pesawat angkat dan angkut; dan b. pemeriksaan, penyetelan, dan mengevaluasi keadaan pesawat angkat dan angkut. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 16

KEWAJIBAN RIGER a.melakukan pemilihan alat bantu angkat sesuai dengan kapasitas beban kerja aman; b. melakukan pengecekan terhadap kondisi pengikatan aman dan alat bantu angkat yang digunakan; c. melakukan perawatan alat bantu angkat; d. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah ditetapkan; dan e. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 17

KEWAJIBAN TEKNISI a. melaporkan kepada atasan langsung, kondisi pesawat angkat dan angkut yang menjadi tanggung jawabnya jika tidak aman atau tidak layak pakai; b. bertanggung jawab atas hasil pemasangan, pemeliharaan, perbaikan, dan/atau pemeriksaan peralatan/komponen pesawat angkat dan angkut; c. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah ditetapkan; d. membantu pegawai pengawas ketenagakerjaan spesialis pesawat angkat dan angkut dalam pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat dan angkut; dan e. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 18

SANKSI Pengusaha atau pengurus yang mempekerjakan operator dan/atau petugas pesawat angkat dan angkut yang tidak memiliki Lisensi K3 dan buku kerja, dan tidak memenuhi kualifikasi dan jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 19

APA YANG TERJADI JIKA MENGABAIKAN STANDAR K3 unsafe conditions ACCIDENT unsafe actions Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 20

KECELAKAAN GIRDER TOL CIJAGO ROBOH 5/10/2018 Oleh: Ir. Kusumo DS, MSi, CSP 21

KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA Dua CRANE yang mengangkut girder pembangunan LRT Palembang, Sumatera Selatan terjatuh menimpa rumah di zona 5 pada (1/8/2017). menimpa dua rumah warga dan mengakibatkan delapan orang luka ringan pada Selasa (1/8/2017) dini hari. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi) 5/10/2018 Oleh: Ir. Kusumo DS, MSi, CSP 22

KECELAKAAN KERJA DI INDONESIA Liputan6.com, Jakarta - Crane proyek Light Rail Transit (LRT) di jalan Kelapa Nias, Kelapa Gading, Jakarta Utara, roboh.alat berat itu menimpa bangunan ruko di blok PA 3 nomor 02 Pegangsaan Dua, atau samping Masjid Al Musyawaroh Kelapa Gading. 17 Okt 2017. CIBINONG, (PR). Menurut kesaksian warga dan para pekerja proyek, kecelakaan terjadi saat para pekerja melepaskan satu per satu tali yang mengangkut batang beton sepanjang lebih dari 50 meter. Beton seberat sekitar 100 ton yang telah terpasang di antara tiang penyangganya tiba-tiba runtuh dan menimpa dua pekerja. Pikiran Rakyat 23September, 2017 5/10/2018 Oleh: Ir. Kusumo DS, MSi, CSP 23

KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA Jembatan Tol Bocimi di Kampung Tenggek, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, ambruk, Jumat (22/9/2017). Akibat peristiwa yang menimpa proyek yang masih dalam pengerjaan itu seorang pekerja tewasdua pekerja lainnya mengalami luka-luka di bagian kaki, Bogor, Kompas.Com - 5/10/2018 Oleh: Ir. Kusumo DS, MSi, CSP 24

KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA Ambruknya girder pembangunan jembatan flyover tol Pasuruan, Probolinggo mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Satu orang tewas tertimpa ambruknya Girder pembangunan flyover proyek tol Pasuruan-Probolinggo di Desa Cukurgondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan ambruk mengakibatkan 4 kendaraan, dua motor dan pada tanggal 29/10/2017(news.detik.com) 5/10/2018 Oleh: Ir. Kusumo DS, MSi, CSP 25

KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Enam balok (girder) masing-masing sepanjang 30,8 meter pada konstruksi Simpang Susun Antasari pada Proyek Tol Depok-Antasari terguling pada Selasa (2/1) Pukul 09.40 WIB. PT Citra Waspphutowa selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang menggarap proyek tersebut dalam siaran pers menjelaskan, jatuhnya girder tersebut akibat manuver alat berat yang tak sempurna. "Manuver alat berat yang membentur girder paling pinggir menyebabkan efek domino tergulingnya 5 (lima) girder di sebelahnya," tulis pernyataan resmi perusahaan dalam siaran pers, Selasa (2/1). Girder yang terjatuh tersebut kemudian menimpa dump truck di bawahnya. Dump truck tersebut sedang dalam keadaan kosong alias tanpa pengemudi. Tercatat tak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. 5/10/2018 Oleh: Ir. Kusumo DS, MSi, CSP 26

FAKTOR LAIN PENYEBAB KECELAKAAN LIFTING Tidak ada identifikasi bahaya yang digunakan dalam penyusunan program pengendalian bahaya LIFTING berupa HIRADC atau IBPPR Hazards Identification, Risk Assessment and Determining Controls Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko Tidak dibuat terlebih dahulu Job Safety Analisis (JSA) setiap pekerjaan LIFTING yang akan dikerjakan Tidak ada rencana K3 dan tidak memiliki prosesdur K3 pada pekerjaan LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 27

FAKTOR LAIN PENYEBAB KECELAKAAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI Lemahnya pengawasan K3 Kurang memadainya kualitas dan kuantitas ketersediaan peralatan pelindung diri Penggunaan metode pelaksanaan yang kurang tepat Tidak dilibatkannya tenaga ahli K3 konstruksi Kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan mengenai K3 Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 28

FAKTOR LAIN YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DLM PENGANKATAN Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 29

SEBELUM OPERTOR MENGANGKAT BEBAN Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 30

3 1 PENGENDALIAN OPERASI K3 PENGENDALIAN OPERASI BERUPA PROSEDUR KERJA/PETUNJUK KERJA YANG HARUS MENCAKUP SELURUH UPAYA PENGENDALIAN, DIANTARANYA : 1. MENUNJUK PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN SMK3 KONSTRUKSI YANG DITUANGKAN DALAM STRUKTUR ORGANISASI K3 BESERTA URAIAN TUGAS; 2. UPAYA PENGENDALIAN BERDASARKAN LINGKUP PEKERJAAN 3. PREDIKSI DAN RENCANA PENANGANAN KONDISI KEADAAN DARURAT TEMPAT KERJA; 4. PROGRAM-PROGRAM DETAIL PELATIHAN SESUAI UPAYA PENGENDALIAN; 5. SISTEM PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN; 6. DISESUAIKAN KEBUTUHAN TINGKAT PENGENDALIAN RISIKO K3 SEPERTI YANG TERTERA PADA CONTOH IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIANNYA. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP

PENGENDALIAN OPERASI K3 JEMBATAN PENGANGKATAN GIRDER QUALIFICATION & COMPETENCY OF LIFTING OPERATION PERSONNEL a. Manager b. Site Lifting Coordinator c. Operator Crane Pedestal d. Operator Crane Mobile e. Operator Crane Overhead / Gantry f. Operator Forklift g. Rigger (Juru Ikat) h. Dogger / Banksman / Signalman (Juru Aba-aba) Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 32

PENGENDALIAN OPERASI K3 JEMBATAN DALAM PENGANGKATAN GIRDER LIFTING STUDY SEBUAH RENCANA PENGANGKATAN YANG KOMPREHENSIP MULAI DARI PROSEDUR, GAMBAR DAN SPESIFIKASI ALAT & PERALATAN ANGKAT YANG DIPERLUKAN UNTUK MENILAI SECARA AKURAT SEMUA FAKTOR BEBAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENTING YANG BERKAITAN DENGAN PROSES PENGANGKATAN. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 33

PENGENDALIAN OPERASI K3 JEMBATAN DALAM PENGANGKATAN GIRDER LIFTING STUDY Lifting study diperlukan apabila proses pekerjaan pengangkatan merupakan jenis risiko: Medium risk High risk Critical & Extrime risk Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 34

PENGENDALIAN OPERASI K3 JEMBATAN DALAM PENGANGKATAN GIRDER LIFTING STUDY Medium risk Pengangkatan dibawah 75% dari kapasitas Crane High risk Pengangkatan melebihi atau sama dengan 75% dari kapasitas crane sesuai loadchart Pengangkatan dengan berat beban 20 ton atau lebih. Pengangkatan dimana crane mengangkat ke atau dari air (seperti di pelabuhan). Pengangkatan beban yang mengan-dung cairan lebih dari 1000 liter. Pengangkatan dimana beban sulit untuk diikatkan ke lifting gear. Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 35

PENGENDALIAN OPERASI K3 JEMBATAN DALAM PENGANGKATAN GIRDER LIFTING STUDY High risk lanjutan Pengangkatan yang urutannya kompleks. Pengangkatan ditempat umum (Jalan umum). Pengangkatan yang melewati plant yang beroperasi Pengangkatan untuk pembongkaran (termasuk mencabut tiang pancang) Pengangkatan didekat jalur listrik (listrik tegangan tinggi) Pengangkatan beban yang memiliki efek kapal layar. Pengangkatan dimana radius putar operasi crane dapat menggang-gu operasi crane yang lain. Pengangkatan pada kemiringan pembuatan beton, pembuatan panel atau pembuatan balok girder/beam untuk jembatan. Pengangkatan pemancangan pada crane tower Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 36

PENGENDALIAN OPERASI K3 JEMBATAN DALAM PENGANGKATAN GIRDER LIFTING STUDY Critical & Extrime risk Pengangkatan lebih dari 90% dari kapasitas crane sesuai load chart Pengangkatan lebih dari satu crane Pengangkatan dimana crane ditempatkan diatas LCT /Tongkang Pengangkatan dilakukan diatas landasan gantung (Jembatan) Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 37

PENGENDALIAN OPERASI K3 JEMBATAN DALAM PENGANGKATAN GIRDER LIFTING PLAN dimensi dan berat beban yang akan diangkat jenis dan kapasitas crane yang akan digunakan load chart dari crane yang akan digunakan untuk mengetahui kapasitas angkat crane optimum pada derajat boom,panjang boom yang akan digunakan (working radius), panjang outrigger dan jarak as ke as antar crane dan beban yang akan diangkat). alat bantu angkat (lifting gear) apa saja yang akan digunakan hasil inspeksi crane dan lifting gear (untuk crane dapat dilakukan inspeksi visual,load test (untuk testing ada nya kebocoran pada hydraulic system atau tidak, ada keretakan atau kerusakan pada hook dan wire sling atau tidak, dll) untuk mengetahui ada cacat atau keretakan atau tidak. Lokasi pengangkatan (area yang lapang atau kah ada existing facility di area tersebut) total beban dari lifting gear yang akan digunakan Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP panjang webbing / wire sling yang akan digunakan 38

PENYUSUNAN JADWAL KERJA PENGANGKATAN PERSIAPAN PENYIMPANAN GIRDER PENYAMBUNGAN BALOK BETON PRATEKAN SEGMENTAL (GIRDER) PENGANKUTAN BALOK SEGMENTAL KE LOKASI PEMASANGAN PENGANKATAN (INSTALASI) GIRDER JADWAL HARUS JELAS MENUNJUKAN SETIAP STA Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 39

PROSEDUR PENGANGKATAN 1. PENYIMPANAN 2. PELAKSANAAN PENYAMBUNGAN BALOK BETON PRATEKAN SEGMENTAL 3. PERSIAPAN PERALATAN INSTALASI GELAGAR BETON PRATEKAN PRACETAK TIPE I. 4. PERSIAPAN DUDUKAN ELASTOMER/BEARINGPAD PADA ABUTMENT/PIER 5. PENGANGKUTAN SEGMEN PRACETAK DARI AREAL STRESSING KE LOKASI JEMBATAN/LANGSIR BALOK 6. PERSIAPAN SEBELUM PEMASANGAN / INSTALASI GELAGAR SETIAP TAHAPAN PROSEDUR PASTIKAN SAFETY Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 40

PROSEDUR PENGANGKATAN 7. INSTALASI GELAGAR :INSTALASI GELAGAR DENGAN DUA CRANE ANGKAT (PILIHAN), INSTALASI GELAGAR DENGAN LAUNCHER (PILIHAN), INSTALASI GELAGAR DENGAN GABUNGAN CRANE DAN LAUNCHER (PILIHAN) 8. PELAKSANAAN PEMASANGAN / INSTALASI GELAGAR DENGAN ELASTOMER LANGSUNG TERPASANG ( PILIHAN ) 9. PELAKSANAAN PEMASANGAN / INSTALASI GELAGAR DENGAN ELASTOMER DIPASANG SETELAH INSTALASI GIRDER (PILIHAN) 10. PENGHUBUNG ANTAR GELAGAR SETELAH TERPASANG 11. PEMBERIAN PENGAMAN SETELAH INSTALASI GELAGAR. SETIAP TAHAPAN PROSEDUR PASTIKAN SAFETY Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 41

PENGENDALIAN OPERASI K3 JEMBATAN METODE PENGANGKATAN GIRDER PETUNJUK PELAKSANAAN PEMASANGAN GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PRACETAK TIPE I (INTERIM), PUPR 2015 Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 42

BEKERJA DENGAN AMAN DALAM PENGANGKATAN HINDARI KESALAHAN PEMILIHAN ALAT ANGKAT (CRANE) PERSIAPKAN DENGAN BAIK TEMPAT KERJA TIDAK MEMBERIKAN TEKANAN KEPADA CRANE CREW UNTUK MELAKUKAN PENGANGKATAN BEBAN BERAT MENDEKATI ATAU MELEBIHI KAPASITAS CRANE MELAKUKAN PENGANGKATAN DENGAN PROSEDUR YANG BENAR: BEBAN YANG DITANGGUNG CRANE TIDAK MELEBIHI SWL (SAFE WORKING LOAD) REGING YANG BETUL RADIUS KERJA DAN SUDUT BOOMAMAN ELEVATION AMAN KECEPATAN ANGIN JARAK AMAN ALIRAN LISTRIK KERATAAN DAN TEKANAN TANAH Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 43

BAGAN BEBAN SWL CHAIN SLING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 44

BAGAN BEBAN SWL WEBBING SLING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 45

BEKERJA SELAMAT PADA LIFTING BAHAYA LISTRIK JARAK AMAN DENGAN 6 M KABEL LISTRIK UNTUK SEMUA BAGIAN CRANE GROUND STABILITY HINDARI KERJA DG CRANE DEKAT DG TANAH SALURAN DALAM TANAH DAN TANAH MIRING CRANE DPT MENGANGKAT BEBAN DGN BAIK JIKA BERADA DI ATAS LANDASAN YANG KUAT DAN PERMUKAAN LEVEL Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 46

BEKERJA SELAMAT PADA LIFTING DAERAH TIMBUNAN BANGUNAN BARU TIMBUNAN TIDAK PADAT Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 47

BEKERJA SELAMAT PADA LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 48

BEKERJA SELAMAT PADA LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 49

BEKERJA SELAMAT PADA LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 50

BEKERJA SELAMAT PADA LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 51

BEKERJA SELAMAT PADA LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 52

KECEPATAN ANGIN PADA LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 53

KABEL LISTRI PADA LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 54

MULTI LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 55

MULTI LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 56

MULTI LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 57

MULTI LIFTING Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 58

PENEGENDALIAN AREA TERBATAS Dilakukan penilaian risiko lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan pembatasan izin masuk. Ada pengendalian atas daerah/tempat dengan pembatasan izin masuk. Disediakan fasilitas dan layanan di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman Rambu peringatan bahaya terpasang sesuai dengan persyaratan peraturan perundang-undangan dan/atau standar yang relevan. 10/05/2018 Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 59

KOMUNIKASI Hp.0818182311 Email: kusumods@gmail.com Oleh: Kusumo DS,MSi,CSP 22 60

5/10/2018 Oleh: Ir. Kusumo DS, MSi, CSP 61