PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN 2001 PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

Perda No. 5 / 2002 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Di Desa dan atau Kelurahan. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA / KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 7 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2002

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 4 SERI D

PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

WALIKOTA BANJARMASIN

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

PERATURAN DESA KLARI KECAMATAN KLARI KABUPATEN KARAWANG NOMOR. TAHUN Tentang : LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

TAHUN : 2005 NOMOR : 06

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENATAAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 9 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN SE KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 9 TAHUN 2005 T E N T A N G LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 106 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai Desa, serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, maka dipandang perlu mengatur ketentuan mengenai Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan dalam suatu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur ; 2. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4155) ;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan rancangan Keputusan Presiden ; 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain ; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1999 tentang Pencabutan Beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Instruksi Menteri Dalam Negeri mengenai Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyesuaian Peristilahan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan ; 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa ; 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 2 Tahun 2000 tentang Organisasi Pemerintahan Desa ; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 3 Tahun 2000 tentang Badan Perwakilan Desa ; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Jombang. Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/ KELURAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Pearaturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah, adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; 2. Kecamatan, adalah Wilayah Kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah Kota; 3. Kelurahan, adalah Wilayah Kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dan/atau Daerah Kota dibawah Kecamatan; 4. Desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenagan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten; 5. Pemerintahan Desa, adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa; 6. Pemerintah Desa, adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa; 7. BPD, adalah Badan Perwakilan Desa yang terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa yang berfungsi mengayomi adat-istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa; 8. Forum Musyawarah Kelurahan yang selanjutnya disingkat FMK, adalah forum yang mempunyai tugas memberikan pertimbangan dan persetujuan kepada Lurah dalam mengambil kebijakan yang dituangkan dalam Keputusan Lurah yang bersifat mengatur, yang anggotanya terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat setempat ; 9. Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan, adalah Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai kebutuhan desa/kelurahan yang merupakan mitra Pemerintah Desa/Kelurahan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan; 10. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga selanjutnya disingkat PKK, adalah gerakan nasional yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat, dengan perempuan sebagai motor penngeraknya menuju terwujudnya keluarga bahagia, sejahtera, maju dan mandiri; 11. Rukun Tetangga selanjutnya disingkat RT, adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa dan Kelurahan; 12. Rukun Warga selanjutnya disingkat RW, adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Desa dan Kelurahan; 13. Gerakan Pembinaan Generasi Muda selanjutnya disingkat GPGM atau nama lain, adalah Lembaga yang dibentuk dalam rangka menggerakkan peran serta Organisasi Pemuda/Pemuda dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa/ Kelurahan;

14. Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan lain, adalah Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan lain yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa/Kelurahan sesuai dengan kebutuhan. BAB II NAMA LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN Pasal 2 (1) Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan ditetapkan terdiri dari: 1. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ; 2. Rukun Tetangga (RT) ; 3. Rukun Warga (RW); 4. Gerakan Pembinaan Generasi Muda (GPGM) atau nama lain. (2) Disamping bentuk Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan sebagaimana yang telah ditetapkan pada ayat (1) Pasal ini, Pemerintahan Desa/Kelurahan dapat membentuk Lembaga Kemasyarakatan lain sesuai kebutuhan. BAB III SUSUNAN ORGANISASI Pasal 3 (1) Susunan Kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud Pasal 2 terdiri dari : 1. Ketua ; 2. Wakil Ketua ; 3. Sekretaris ; 4. Bendahara ; 5. Seksi-seksi. (2) Istilah dan jumlah Seksi-seksi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini disesuaikan dengan kebutuhan ; (3) Susunan Organisasi Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Desa atau Keputusan Lurah. BAB IV TATA KERJA

Pasal 4 Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Lembaga Kemasyarakatan Desa/ Kelurahan bertanggungjawab kepada Kepala Desa/ Lurah. BAB V SYARAT-SYARAT KEPENGURUSAN Pasal 5 Syarat-syarat kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan Desa/ Kelurahan adalah sebagai berikut : 1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; 2. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ; 3. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian terhadap masyarakat ; 4. Sebagai penduduk Desa/Kelurahan setempat dan bertempat tinggal tetap ; 5. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja dan membangun ; 6. Tidak berkedudukan sebagai Perangkat Desa/Kelurahan; 7. Tidak berkedudukan sebagai pengurus Badan Perwakilan Desa (BPD). BAB VI TATA CARA PEMBENTUKAN Bagian Pertama Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Pasal 6 Tata cara pembentukan kepengurusan Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK): 1. Calon anggota pengurus diajukan sebagai hasil musywarah mufakat atau voting oleh warga masyarakat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 Kepala Keluarga atau yang mewakili dari masing-masing dusun atau lingkungan yang dipimpin Kepala Dusun atau Kepala Lingkungan sebagai koordinator: 2. Nama-nama calon terpilih dari masing-masing dusun atau lingkungan diajukan ke Tingkat Desa atau ke Tingkat Kelurahan yang dalam hal ini kepada Kepala Desa atau Lurah yang berkedudukan sebagai fasilitator, guna ditetapkan menjadi pengurus: 3. Pemilihan Pengurus PKK oleh anggota terpilih yang difasilitasi oleh Kepala Desa atau Lurah.

Pasal 7 (1) Pengurus PKK berhenti dan atau diberhentikan karena: 1. Meninggal dunia; 2. Berpindah tempat tinggal; 3. Mengundurkan diri; 4. Berakhir masa jabatannya; 5. Tidak bisa menjalankan tugas atau kewajibannya; 6. Melakukan perbuatan yang melanggar perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku; 7. Tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. (2) Pemberhentian anggota pengurus PKK dilakukan oleh Kepala Desa atau Lurah dan dikukuhkan dalam Keputusan Kepala Desa atau Keputusan Lurah atas usul pimpinan pengurus PKK. Pasal 8 (1) Dalam keanggotaan Gerakan PKK Desa atau Kelurahan, Istri/Suami Kepala Desa atau Kelurahan bertindak sebagai fasilitator; (2) Untuk mendukung pelaksanaan program Gerakan PKK perlu dibentuk Badan Penyantun disetiap kepengurusan Gerakan PKK yang diketuai oleh Kepala Desa atau Lurah dengan anggota yang terdiri dari para tokoh masyarakat ; (3) Badan Penyantun sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, mempunyai tugas membimbing dan membina Gerakan PKK; (4) Sebagai Kelompok potensial terdepan dalam pelaksanaan program PKK, masyarakat dapat membentuk Kelompok Dasawisma. Bagian Kedua Rukun Tetangga (RT) Pasal 9 Tata Cara Kepengurusan Rukun Tetangga (RT): 1. Pengurus RT dipilih oleh Kepala Keluarga (KK) setempat dan telah bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus serta terdaftar dalam Kartu Keluarga (KK); 2. Susunan Pengurus RT terpilih disampaikan kepada Kepala Desa atau Lurah untuk selanjutnya diterbitkan Keputusan Kepala Desa/Keputusan Lurah dan pengukuhan.

Pasal 10 (1) Pengurus RT berhenti dan atau diperhentikan karena: 1. Meninggal dunia; 2. Berpindah tempat tinggal; 3. Mengundurkan diri; 4. Berakhir masa jabatannya; 5. Tidak bisa menjalankan tugas atau kewajibannya; 6. Melakukan perbuatan yang melanggar perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku; 7. Tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. (2) Pemberhentian Pengurus RT dilakukan oleh Kepala Desa atau Lurah. Bagian Ketiga Rukun Warga (RW) Pasal 11 Tata Cara Kepengurusan Rukun Warga (RW): 1. Pengurus RW dipilih oleh para Ketua RT yang dipimpin oleh Kepala Dusun atau Kepala Lingkungan; 2. Susunan Pengurus RW terpilih disampaikan kepada Kepala Desa atau Lurah untuk selanjutnya diterbitkan Keputusan Kepala Desa/Keputusan Lurah dan pengukuhan. Pasal 12 (1) Pengurus RW berhenti dan atau diberhentikan karena: 1. Meninggal dunia; 2. Berpindah tempat tinggal; 3. Mengundurkan diri; 4. Berakhir masa jabatannya; 5. Tidak bisa menjalankan tugas atau kewajibannya; 6. Melakukan perbuatan yang melanggar perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku; 7. Tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. (2) Pemberhentian Pengurus RW dilakukan oleh Kepala Desa atau Lurah. Bagian Keempat Gerakan Pembinaan Generasi Muda ( GPGM ) atau Nama Lain

Pasal 13 Tata Cara Pembentukan Gerakan Pembinaan Generasi Muda ( GPGM ) atau nama lain : 1. Calon anggota pengurus diajukan sebagai hasil musyawarah mufakat atau voting oleh Pemuda yang ada di Desa/Kelurahan setempat yang difasilitasi oleh Kepala Desa atau Lurah; 2. Nama-nama calon terpilih diajukan kepada Kepala Desa/Lurah untuk diterbitkan Keputusan Kepala Desa/Keputusan Lurah dan pengukuhan. Pasal 14 (1) Anggota pengurus Gerakan Pembinaan Generasi Muda (GPGM) atau Nama Lain berhenti dan atau diberhentikan karena: 1. Meninggal dunia; 2. Berpindah tempat tinggal; 3. Mengundurkan diri; 4. Berakhir masa jabatannya; 5. Tidak bisa menjalankan tugas atau kewajibannya; 6. Melakukan perbuatan yang melanggar perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku; 7. Tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. (2) Pemberhentian anggota pengurus Gerakan Pembinaan Generasi Muda (GPGM) atau Nama Lain dilakukan oleh Kepala Desa atau Lurah. BAB VII TUGAS DAN FUGSI Bagian Pertama Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Kelurga (PKK) Pasal 15 (1) Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Kelurga (PKK) mempunyai tugas memberdayakan keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin menuju terwujudnya keluarga yang berbudaya, bahagia, sejahtera, maju, mandiri dalam suasa harmonis yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Kelurga (PKK) dilaksanakan melalui Program Pokok yang meliputi:

1. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila; 2. Gotong royong; 3. Pangan; 4. Sandang; 5. Perumahan dan tata laksana rumah tangga; 6. Pendidikan dan keterampilan; 7. Kesehatan; 8. Pengembangan Kehidupan berkoperasi; 9. Pelestarian Lingkungan Hidup; 10. Perencanaan Sehat. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Kelurga (PKK) mempunyai fungsi: 1. Peningkatan dan Pengembangan kemampuan serta kepribadian dalam mental spiritual yang meliputi sikap dan perilaku sebagai insan hamba Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara yang dinamis dan bermanfaat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; 2. Peningkatan dan Pengembangan kemampuan serta kepribadian dalam bidang fisik material yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, kesempatan kerja yang layak serta lingkungan hidup yang lestari melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan. Bagian Kedua Rukun Tetangga (RT) Pasal 16 (1) Rukun Tetangga (RT) mempunyai tugas: 1. Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Desa/Kelurahan; 2. Memelihara kerukunan hidup warga; 3. Menyusun rencana pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Rukun Tetangga (RT) mempunyai fungsi: 1. Pengkoordinasian antar warga; 2. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar sesama anggota masyarakat dengan pemerintah Desa/Kelurahan; 3. Pembinaan kemasyarakatan. Bagian Ketiga Rukum Warga (RW) Pasal 17

(1) Rukun Warga (RW) mempunyai tugas: 1. Mengerakkan swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di lingkungannya; 2. Membantu kelancaran tugas Pemerintah Desa/Kelurahan. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Rukun Warga (RW) mempunyai fungsi: 1. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas RT di lingkungannya; 2. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar RT dan antar masyarakat dengan Pemerintah Desa/Kelurahan. Bagian Keempat Gerakan Pembinaan Generasi Muda (GPGM) atau Nama Lain Pasal 18 (1) Gerakan Pembinaan Generasi Muda (GPGM) atau Nama Lain mempunyai tugas menggerakan peran serta pemuda dalam pembangunan Desa/Kelurahan. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Gerakan Pembinaan Generasi Muda (GPGM) atau Nama Lain mempunyai fungsi : 1. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan para pemuda desa atau kelurahan. 2. Perencanaan kegiatan pemuda dalam rangka peran serta pembangunan Desa/Kelurahan. BAB VIII POLA HUBUNGAN Pasal 19 (1) Pola Hubungan Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Kelurahan dengan Pemerintah Desa atau Kelurahan adalah dalam bentuk membantu menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan pembangunan; (2) Pola Hubungan antar Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Kelurahan bersifat kerjasama yang saling membantu. BAB IX MASA BAKTI Pasal 20

(1) Masa bakti kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Kelurahan ditetapkan 3 (tiga) tahun sejak tangal pelantikan dan dapat dipilih kembali ; (2) Masa bakti kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Kelurahan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Daerah ini, ditetapkan 1 (satu) tahun sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali. BAB X PENGUKUHAN Pasal 21 Pengukuhan pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Kelurahan dengan Keputusan Kepala Desa atau Lurah dan dilantik oleh Kepala Desa atau Lurah. BAB XI SUMBER DANA Pasal 22 Sumber dana Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Kelurahan dapat diperoleh dari: 1. Bantuan Pemerintah Desa atau Kelurahan; 2. Bantuan Pemerintah Kabupaten; 3. Bantuan Pemerintah Propinsi; 4. Bantuan Pemerintah; 5. Swadaya gotong royong masyarakat; 6. Sumber-sumber lain yang sah dan bersifat tidak mengikat. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jombang Nomor 3 Tahun 1987 tentang Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga serta ketentuan lain yang menyangkut Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Kelurahan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 24

Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Kelurahan yang sudah terbentuk sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, segera menyesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jombang. Ditetapkan di Jombang pada tanggal 24 Agustus 2002 BUPATI JOMBANG, ttd. Diundangkan di Jombang pada tanggal 24 Agustus 2002 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN J O M B A N G, A F F A N D I ttd. Drs. S O E H A R T O, MSi Pembina Utama Muda NIP. 010 077 778 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2002 NOMOR 16/D

I. PENJELASAN UMUM. PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN Lembaga Kemasyarakatan Desa/Kelurahan adalah merupakan unsur pelengkap untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, yang oleh sebab itu pengaturannya dalam suatu Peraturan Daerah menjadi suatu keharusan. Fungsi-fungsi kemasyarakatan termasuk fungsi-fungsi Lembaga yang ada pada Level Desa perlu diaktifkan tidak hanya sebagai hiasan formal pemenuhan peraturan perundangan, melainkan untuk betul-betul memberdayakan masyarakat dan Pemerintah Desa sehingga persoalan yang muncul dalam masyarakat memperoleh jalan keluar pada Level bawah yang dalam hal ini Level Desa atau Kelurahan. Disamping itu, upaya memberdayakan masyarakat tingkat Desa/Kelurahan harus diupayakan secara terarah melalui proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan mengedepankan falsafah dari, oleh dan untuk masyarakat; sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat merata dan memenuhi rasa keadilan masyarakat Desa atau Kelurahan. Dalam proses pembangunan dimaksud, apabila dalam tahap evaluasi ditemui kekurangankekurangan dalam pelaksanaannya, maka akan dapat dilakukan penyempurnaan dengan mengalokasikan perencanaan pembangunan untuk Tahun Anggaran berikutnya. Selanjutnya dengan memperhatikan hal sebagaimana tersebut diatas, maka Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Kelurahan perlu diatur dalam suatu Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Pasal 2 ayat (1) ayat (2) Pasal 3 s/d 25 : Cukup Jelas. : Cukup Jelas. : Yang dimaksud Lembaga Kemasyarakatan lain sesuai kebutuhan antara lain adalah Lembaga Pembangunan Desa atau Kelurahan, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa dan lain sebagainya. : Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 35