BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia dipandang sebagai variabel terpenting yang mempengaruhi tercapainya kesejahteraan umat manusia. Dengan pendidikan yang baik dan berkualitas manusia diharapkan menjadi lebih baik, yang pada akhirnya juga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri (Wahidmurni, 2010:15). Pendidikan yang berkualitas baik, akan mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas baik pula. Maka dari itu, kualitas pendidikan senantiasa perlu ditingkatkan. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional, mulai dari perubahan dan penyempurnaan kurikulum sampai dengan pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dianggap memiliki peranan yang cukup penting dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sanjaya, Wina 2011:2). 1
2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006). Mata pelajaran matematika diberikan di sekolah secara umum adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menghadapi perubahan kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif (Mansyur dan Fathani, 2007:36). Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, dan memanfaatkan informasi untuk menjalani kehidupannya kelak. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah. Matematika tidak hanya mengajarkan siswa tentang berhitung, tetapi lebih dari itu matematika melatih siswa untuk menerapkan hal-hal yang terkait dalam kehidupan sehari-hari, misalkan menentukan potongan harga atau diskon. Matematika adalah ilmu deduktif, aksioma, formal, hierarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat anti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika (Karso dkk, 2008:1.4). Matematika merupakan salah satu pelajaran yang mempunyai peranan penting dan merupakan pelajaran pokok yang harus dipelajari oleh seseorang sejak usia dini. Tujuan pendidikan dalam Garis Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Matematika khusus untuk Pendidikan Dasar atau di Sekolah Dasar (SD)
3 adalah sebagai berikut: 1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari hari, 2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan metematika, 3) mengembangkan kemampuan dasar sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Soedjadi, 2000:43-44). Dewasa ini, dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar yang rendah dalam kemampuan berhitungannya. Proses pembelajaran matematika pengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seorang siswa untuk dapat menerima pembelajaran dengan baik, tetapi dari kenyataan yang ada dilihat dari hasil evaluasi yang diadakan di sekolahan umumnya menunjukkan bahwa nilai matematika yang diperoleh siswa rata-rata rendah. Belajar matematika dengan suasana yang menyenangkan serta bermakna, diperlukan agar peserta didik merasa nyaman belajar matematika di kelas atau di sekolah. Guru harus mampu menjadikan siswa terlibat dan merasa senang selama proses pembelajaran. Selain itu, guru juga harus membuat suasana belajar yang inovatif dan menyenangkan. Pembelajaran matematika setiap konsep abstraknya yang baru dipahami oleh siswa perlu segera diberi penguatan, agar siswa dapat memahaminya sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika di sekolah bertujuan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan bagi kegiatan siswa belajar matematika di sekolah.
4 Menurut (Prawiradilaga, 2007:5-6) guru merupakan faktor eksternal belajar. Penulis berpendapat guru diharapkan menjadi komunikator/ fasilitator, menyedikan media, merancang strategi pembelajaran serta sebagai evaluator agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Proses pembelajaran yang berkembang di kelas umumnya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu yang terlibat langsung di dalam proses tersebut. Hasil belajar siswa sedikit banyak tergantung pada cara guru menyampaikan pelajaran pada anak didiknya. Oleh karena itu, kemampuan serta kesiapan guru dalam pembelajaran memegang peranan bagi keberhasilan proses pembelajaran pada siswa. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara prestasi belajar siswa dengan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 3 Juni 2013 dengan guru bidang studi matematika diperoleh data bahwa masih banyak peserta didik kelas V SDN Tlekung 01 Batu yang mengalami kesulitan menyelesaikan matematika pokok bahasan pengukuran (luas bangun datar). Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata rata siswa dengan ketuntasan klasikal mencapai 35% siswa yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 9 siswa dari 27 siswa yang ada di kelas V, dengan demikian terdapat 18 siswa yang telah mencapai KKM dengan ketuntasan klasikal 25%. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 62 dengan ketuntasan klasikal 60%. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda, siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran, ada beberapa siswa kurang memperhatikan guru, siswa kurang terfokus
5 dengan media karena tidak memperhatikan guru. Jadi, dalam proses pembelajaran perlu diterapkan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam model pembelajaran yang bertujuan agar proses pembelajaran dapat berjalan baik. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif serta memungkinkan timbulnya sikap keterkaitan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Perlunya dikembangkan pembelajaran yang dapat membangun keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai alternatif model pembelajaran yang baru. Pembelajaran yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan. Seiring diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan guru dapat meningkatkan prestasi siswa khususnya pada pembelajaran matematika dengan berkreasi dan berinovasi menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran yang berkembang saat ini. Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan bahwa berbagai model pembelajaran telah diterapkan di kelas V SDN Tlekung 01 Batu. Salah satu contoh model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran tutor sebaya. Adapun kelemahan model pembelajaran itu bahwasanya siswa yang menjadi tutor tidak sepenuhnya mengetahui tentang materi yang diajarkan dan sebagai siswa yang diberi penjelasan kurang memperhatikan dikarenakan masih dianggap sebagai temannya sendiri. Dalam pembelajaran di sekolah guru selalu mengupayakan komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan
6 bagaimana ia harus belajar. Pada proses pembelajaran guru membagi kelompok belajar dengan kriteria kelompok slow, sedang, dan mahir. Meskipun berbagai model dan strategi pembelajaran telah diterapkan oleh guru akan tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Hasil belajar siswa tentang mata pelajaran matematika tidak bisa mencapai KKM yang telah ditentukan. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division). STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan dalam pembelajaran dibandingkan dengan model kooperatif yang lain. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif STAD adalah guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, kemudian siswa dibentuk kelompok yang heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa untuk mendiskusikan materi yang sudah disiapkan oleh guru secara bersama-sama dan saling membantu antar anggota kelompok, siswa diberikan tes individu untuk mengecek keberhasilan pembelajaran, setelah itu guru meberikan penghargaan kepada kelompok. Keunggulan dari STAD adalah siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil belajar matematika yang masih rendah dan perlunya perbaikan pembelajaran maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SDN Tlekung
7 01 Batu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan model deskriptif kualitatif. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Kemampuan peserta didik yang berbeda-beda di setiap kelas, sehingga membuat kendala bagi guru dalam pemberian materi dan pengelolaan kelas. 2. Hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan KKM pada pokok bahasan pengukuran (luas bangun datar). Dengan demikian peneliti bermaksud menyelesaikan permasalahan tersebut dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan matematika pokok bahasan pengukuran (luas bangun datar). Sehingga semua peserta didik dapat memperoleh nilai sesuai KKM atau bahkan melebihi KKM yang telah di tentukan dari sekolah. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan fokus masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Tlekung 01 Batu?
8 2. Bagaimana hasil peningkatan belajar matematika siswa kelas V SDN Tlekung 01 Batu? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui dan mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Tlekung 01 Batu. 2. Mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Tlekung 01 Batu. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis adalah dapat menumbuh kembangkan pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar matematika melalui metode pembelajaran kooperatif model STAD. Manfaat penelitian secara praktis adalah sebagai berikut : a. Bagi Kepala Sekolah SDN Tlekung 01 Batu, penelitian ini akan memberikan informasi tentang perkembangan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) guna meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di SDN Tlekung 01 Batu, khususnya mata pelajaran Matematika.
9 b. Bagi Guru SDN Tlekung 01 Batu, penelitian ini dapat memberikan wawasan baru kepada guru tentang model pembelajaran serta cara yang dilakukan untuk lebih meningkatkan hasil belajar matematika. Sehingga guru berani mencobakan hal-hal yang baru yang diduga akan memberikan perbaikan serta peningkatan dalam pemebelajaran. Selain itu, memberikan informasi tentang model pembelajaran STAD yang dapat diterapkan pada pelajaran matematika untuk meningkatkan kreatifitas dan profesionalisme guru dalam merancang pembelajaran inovatif yang menarik dan menyenangkan. c. Bagi Siswa SDN Tlekung 01 Batu, meningkatkan kreatifitas siswa dalam menerapkan dan memahami pembelajaran matematika pokok bahasan pengukuran (luas bangun datar) untuk menyelesaikan permasalahan. Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat. d. Bagi Peneliti lain, memberikan pengalaman baru, menambah wawasan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan perdalaman pengetahuan tentang model pembelajaran. 1.6 Batasan Istilah Berdasarkan penjelasan yang ada pada rumusan masalah, maka batasan istilah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran kooperatif Menurut (Sanjaya, Wina 2006) menjelaskan bahwa metode pembelajaran kooperatif (kelompok) adalah pembelajaran secara
10 kelompok, dan kelompok merupakan tempat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap anggota kelompok bersifat heterogen. Anggota kelompok saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Pembelajaran kooperatif model STAD Pembelajaran kooperatif model STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana para siswa di bagi dalam tim belajar yang terdiri atas 4-5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. 3. Pembelajaran maternatika Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2009:126). 4. Hasil belajar Hasil belajar adalah berubahnya tingkah laku oleh seseorang setelah orang tersebut mengalami proses belajar. Perubahan tingkah laku manusia yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.