BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kepentingan bangsa dan negara. Begitu pula dengan. lembaga pemerintah daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

LAPORAN KEUANGAN POKOK

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

PROFIL KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

2012, No NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp) Dst

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI (Rp)

LAPORAN KEUANGAN POKOK

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010

LAPORAN KEUANGAN 2014

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

JUMLAH ASET LANCAR , ,94

, ,00 10, , ,00 08,06

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TAPIN TAHUN ANGGARAN 2010

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 10 TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

BUPATI REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

Keuangan Kabupaten Karanganyar

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012.

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah)

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN ANGGARAN

PENDAHULUAN. Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo. Page 1. D a t a K e u a n g a n K a b u p a t e n S i d o a r j o T a h u n s.

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI A NOMOR SERI 1

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

FORMAT KONVERSI DAN PENGUNGKAPAN HIBAH BERUPA BARANG DAN/ATAU JASA SERTA BANTUAN SOSIAL BERUPA BARANG PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2014 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 11 TAHUN 2013

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Anggaran Realisasi Realisasi Cat

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN ANGGARAN 2011

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 1 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA

Kepala Badan Pengelola Keuangan Kota Ambon. R.SILOOY,SE.MSi PEMBINA TK I Nip

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB V PENDANAAN DAERAH

Tabel Kapasitas Rill kemampuan keuangan daerah untuk mendanai Pembangunan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI TRANSFER

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan pemberian Otonomi Daerah kepada Daerah atas dasar. desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN ANGGARAN 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2013 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN ANGGARAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga pemerintahan merupakan organisasi yang diberi kekuasaan untuk mengatur kepentingan bangsa dan negara. Begitu pula dengan lembaga pemerintah daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu mewujudkan kemandirian daerah dalam mengatur dan mengelola daerahnya dengan tetap memperhatikan partisipasi masyarakat dalam bentuk aspirasi di daerah, konfirmasi lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. Menyadari pentingnya hal tersebut, maka pemerintah mengeluarkan perangkat perundang-undangan untuk mendukung kemandirian daerah (otonomi daerah) yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 kemudian direvisi kembali menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang kemudian dilakukan perubahan dalam peraturan perundang-undangan Nomor 2 Tahun 2014. Peraturan perundang-undangan tersebut hanya membatalkan 2 pasal yakni pasal yang mengatur pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Dalam Undang- Undang ini dijelaskan bahwa otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat yang

ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Selain itu juga dilaksanakan pula dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang pada kenyataannya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannnya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai bagian utama dari tujuan nasional. Sedangkan dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah menegaskan bahwa perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara proporsinal, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangan. Penerapan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Indonesia tercermin dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik juga didasarkan atas azas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Salah satu

perwujudan pelaksanaan otonomi daerah adalah pelaksanaan desentralisasi, dimana Kepala Daerah diserahkan urusan, tugas dan wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan tetap berpedoman pada peraturan perundangundangan. Kedua undang-undang tersebut telah memberi kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah tingkat kabupaten untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah mulai dari perencanaan potensi yang dimiliki dalam rangka membangun dan mengembangkan, pengendalian dan evaluasi, sehingga mendorong pemerintah daerah untuk lebih memberdayakan semua daerahnya. Dengan kata lain, Kedua Undang- Undang tersebut membawa perubahan fundamental dalam hubungan Tata Pemerintahan dan Pengelolaan Keuangan Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi Pemerintah Daerah. Sebagai instrumen kebijakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mendukung posisi pusat dalam upaya pengembangan kemampuan dan efektifitas Pemerintah Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) oleh pemerintah daerah digunakan sebagai dasar untuk

melakukan aktivitas pengeluaran dana masyarakat dalam melakukan pemberian pelayanan kepada masyarakat (Ritonga, 2009:183). Belanja daerah merupakan komponen penting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan daerah, dijelaskan bahwa Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi/ Kabupaten/ Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan (Indra Bastian, 2006:152) Belanja daerah sendiri terkait dengan penganggaran, yaitu menunjukkan jumlah uang yang telah dikeluarkan selama satu tahun anggaran. Oleh karena itu, masyarakat sebagai pemberi dana melalui pajak daerah yang mereka bayarkan berkepentingan untuk mengetahui apakah dana tersebut telah digunakan dengan semestinya, efisien, efektif, dan berorientasi pada kepentingan publik. Karena sifat belanja yang relatif mudah dilakukan dan rentan akan terjadinya penyelewengan dan kebocoran, maka perencanaan, pengendalian dan pengawasan terhadap belanja sangat penting dilakukan.

Berdasarkan Peraturan Men teri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian direvisi menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja menurut kelompok dibagi menjadi dua, yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan juga termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil yaitu belanja pegawai untuk pengeluaran honorarium atau upah, belanja barang dan jasa untuk pengeluaran pembelian atau pengadaan barang dan jasa, serta belanja modal untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian atau pengadaan atau pembangunan asset tetap berwujud. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara tidak langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti belanja pegawai yang merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan, belanja bunga untuk membayar bunga utang, belanja subsidi untuk bantuan biaya produksi pada perusahaan atau lembaga tertentu, belanja hibah untuk pemberian hibah, belanja bantuan sosial untuk pemberian bantuan kepada masyarakat, belanja bagi hasil untuk menganggarkan dana bagi hasil, belanja bantuan keuangan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dan belanja tidak terduga untuk menganggarkan kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang. Sedangkan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, belanja dikelompokkan ke dalam belanja operasi, belanja modal, dan belanja tidak terduga serta transfer. Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang telah menyelenggarakan kegiatannya terkait dalam pengelolaan keuangan daerah. Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 Amandemen IV, tujuan pembentukan Daerah Otonom adalah meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani masyarakat dan melaksanakan program pembangunan. Dalam rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, tentunya ada sumber pendapatan yang cukup dan memadai. Sumber pendapatan ini menjadi dasar dalam penentuan alokasi anggaran belanja daerah sehingga realisasi anggaran yang telah direncanakan dapat sesuai dengan yang dianggarkan. Karena setelah direalisasikan dan dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran, harus dilakukan pengukuran kinerja terhadap belanja ini untuk dijadikan dasar evaluasi dan perbaikan di masa yang akan datang. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kegiatan dengan target, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Mahmudi, 2015:6). Demi tercapainya keberhasilan dalam mengelola keuangan daerah, Pemerintah Kabupaten Kupang merumuskan kebijakan keuangan daerah

yang dapat dijadikan sebagai dasar pengelolaan keuangan daerah ke depannya. Kebijakan keuangan daerah merupakan dasar pengakuan, pengukuran, dan pelaporan atas setiap elemen keuangan daerah, yaitu aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan. Tujuannya adalah meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran setiap periode. Pada dasarnya kebijakan terkait belanja daerah lebih berprioritas pada kesejahteraan masyarakat. Hal ini tercermin di dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) belanja daerah Kabupaten Kupang. Kebijakan umum belanja daerah pada setiap tahunnya diarahkan untuk memenuhi berbagai urusan pemerintahan yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat diwujudkan melalui prestasi pencapaian standar minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan juga pada kebijakan yang telah ditetapkan. Berikut adalah gambaran kondisi pengelolaan keuangan daerah yang tercermin dalam laporan realisasi anggaran daerah Kabupaten Kupang selama 3 (tiga) tahun berturut-turut :

Tabel 1.1 Laporan Realisasi Anggaran Pendapaatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2012-2014 (Dalam Rupiah) Keterangan 2012 2013 2014 Persentase Rata-Rata Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Tahun 2012-2014 Pendapatan 643,745,706,721.00 679,669,480,719.69 106% 757,726,868,872.00 750,107,692,084.00 99% 876,132,767,836.00 836,362,953,414.59 95% 100% Pendapatan Asli Daerah 35,940,252,312.00 40,539,822,421.69 113% 51,377,489,900.00 42,422,203,004.00 83% 61,798,200,000.00 59,620,693,840.59 96% 97% Pajak daerah 2,170,950,000.00 3,175,822,481.04 146% 2,286,941,600.00 4,007,202,771.00 175% 5,368,750,000.00 7,704,350,911.00 144% 155% Retribusi daerah 4,819,610,000.00 5,514,027,365.00 114% 14,760,548,300.00 6,731,355,518.00 46% 17,467,483,000.00 5,413,282,970.00 31% 64% Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 19,794,917,312.00 21,755,388,487.88 110% 23,330,000,000.00 23,528,247,332.78 101% 25,500,000,000.00 23,830,030,852.00 93% 101% Lain-lain PAD yang sah 9,154,775,000.00 10,094,584,087.77 110% 11,000,000,000.00 8,155,397,382.22 74% 13,461,967,000.00 22,673,029,107.59 168% 118% Pendapatan Transfer 607,805,454,409.00 639,129,658,298.00 105% 706,349,378,972.00 707,685,489,080.00 100% 812,181,767,836.00 774,465,259,574.00 95% 100% Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan 572,709,806,420.00 574,531,058,413.00 100% 630,302,456,335.00 633,073,878,544.00 100% 700,867,787,965.00 678,055,903,622.00 97% 99% Dana bagi hasil pajak 18,870,362,023.00 20,574,342,309.00 109% 15,815,486,251.00 18,712,886,181.00 118% 16,771,365,881.00 11,210,932,449.00 67% 98% Dana bagi hasil bukan pajak (Sumber Daya Alam) 335,609,397.00 452,881,104.00 135% 683,973,084.00 557,995,363.00 82% 683,973,084.00 1,273,544,173.00 186% 134% Dana Alokasi Umum 475,616,705,000.00 475,616,705,000.00 100% 534,827,407,000.00 534,827,407,000.00 100% 598,332,549,000.00 598,332,549,000.00 100% 100% Dana Alokasi Khusus 77,887,130,000.00 77,887,130,000.00 100% 78,975,590,000.00 78,975,590,000.00 100% 85,079,900,000.00 67,238,878,000.00 79% 93% Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 29,698,370,057.00 58,037,472,000.00 195% 69,968,346,731.00 67,011,597,000.00 96% 97,686,055,000.00 80,092,945,000.00 82% 124% Dana Penyesuaian 29,698,370,057.00 58,037,472,000.00 195% 69,968,346,731.00 67,011,597,000.00 96% 97,686,055,000.00 80,092,945,000.00 82% 124% Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 5,397,277,932.00 6,561,127,885.00 122% 6,078,575,906.00 7,600,013,536.00 125% 13,627,924,871.00 16,316,410,952.00 120% 122% Pendapatan Bagi Hasil Pajak 5,397,277,932.00 6,561,127,885.00 122% 6,078,575,906.00 7,600,013,536.00 125% 13,627,924,871.00 16,316,410,952.00 120% 122% Lain-Lain Pendapatan Yang Sah - - - - 2,152,800,000.00 2,277,000,000.00 106% 106% Pendapatan Dana Darurat - - - - - - Pendapatan Lainnya - - - - 2,152,800,000.00 2,277,000,000.00 106% 106% Belanja 769,983,638,509.00 691,319,530,872.10 90% 857,629,778,269.00 756,888,587,797.00 88% 960,455,369,721.00 792,819,508,940.00 83% 87% Belanja Operasi 589,616,067,445.00 565,643,562,885.59 96% 722,243,198,435.00 632,329,842,434.00 88% 760,392,745,502.00 663,610,687,906.00 87% 90% Belanja Pegawai 425,861,356,673.00 425,068,412,321.59 100% 499,182,516,362.00 440,709,519,855.00 88% 524,817,769,000.00 478,582,475,617.00 91% 93% Belanja Barang 127,449,172,272.00 107,075,967,864.00 84% 155,122,531,173.00 132,861,363,535.00 86% 185,099,317,602.00 154,483,349,889.00 83% 84% Belanja Bunga - - - - - - Belanja Subsidi - - - - - - Belanja Hibah 4,452,550,000.00 3,923,621,800.00 88% 29,347,550,000.00 22,296,719,244.00 76% 12,706,308,000.00 2,574,758,000.00 20% 61% Belanja Bantuan Sosial 6,925,238,500.00 4,647,810,900.00 67% 13,607,850,900.00 11,484,739,800.00 84% 12,798,850,900.00 9,498,884,400.00 74% 75% Belanja Bantuan Keuangan 24,927,750,000.00 24,927,750,000.00 100% 24,982,750,000.00 24,977,500,000.00 100% 24,970,500,000.00 18,471,220,000.00 74% 91% Belanja Modal 177,557,571,064.00 123,907,658,986.51 70% 130,826,579,834.00 120,201,877,363.00 92% 193,902,624,219.00 123,375,912,034.00 64% 75% Belanja Tanah 50,000,000.00 50,000,000.00 100% 20,000,000.00-1,500,000,000.00-100% Belanja Peralatan dan Mesin 29,904,819,036.00 30,343,200,102.00 101% 20,728,650,206.00 26,000,377,160.00 125% 32,155,118,261.00 28,727,912,426.00 89% 105% Belanja Bangunan dan Gedung 88,731,383,812.00 49,816,666,061.51 56% 42,299,301,485.00 41,447,714,422.00 98% 61,141,943,208.00 17,707,922,813.00 29% 61% Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 55,750,198,216.00 38,109,836,023.00 68% 67,702,370,643.00 52,515,675,781.00 78% 98,377,235,250.00 76,402,713,695.00 78% 75% Belanja Aset Tetap Lainnya 3,121,170,000.00 5,587,956,800.00 179% 76,257,500.00 238,110,000.00 312% 728,327,500.00 537,363,100.00 74% 188% Belanja Tak Terduga 2,250,000,000.00 1,208,309,000.00 54% 4,000,000,000.00 3,796,868,000.00 95% 5,600,000,000.00 5,316,659,000.00 95% 81% Belanja Tak Terduga 2,250,000,000.00 1,208,309,000.00 54% 4,000,000,000.00 3,796,868,000.00 95% 5,600,000,000.00 5,316,659,000.00 95% 81% Transfer 560,000,000.00 560,000,000.00 100% 560,000,000.00 560,000,000.00 100% 560,000,000.00 516,250,000.00 92% 97% Transfer Bagi Hasil Ke Kab/ Kota/Desa 560,000,000.00 560,000,000.00 100% 560,000,000.00 560,000,000.00 100% 560,000,000.00 516,250,000.00 92% 97% Bagi Hasil Pajak Daerah 320,000,000.00 320,000,000.00 100% 320,000,000.00 320,000,000.00 100% 320,000,000.00 295,000,000.00 92% 97% Bagi Hasil Retribusi Daerah 240,000,000.00 240,000,000.00 100% 240,000,000.00 240,000,000.00 100% 240,000,000.00 221,250,000.00 92% 97% Surplus / (Defisit) (126,237,931,788.00) (11,650,050,152.41) 9% (99,902,909,397.00) (6,780,895,713.00) 7% (84,322,601,885.00) 43,543,444,474.59-52% -12% Pembiayaan Penerimaan Daerah 133,237,931,788.00 105,925,303,788.21 80% 104,502,909,397.00 146,863,942,776.80 141% 91,822,601,885.00 142,481,270,568.41 155% 125%

Penggunaan SILPA 90,413,292,623.00 105,124,448,288.21 116% 46,465,891,397.00 92,373,789,608.80 199% 81,984,420,162.00 135,494,287,064.40 165% 160% Pencairan Dana Cadangan 39,691,485,665.00-54,037,018,000.00 54,037,018,000.00 100% 5,838,181,723.00 5,978,376,389.01 102% 101% Penerimaan Pinjaman Daerah - - - - - - Penerimaan Kembali Pemberian - - - - - - Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah - - - - - - Penerimaan Kembali Penyertaan 3,133,153,500.00 800,855,500.00 26% 4,000,000,000.00 453,135,168.00 11% 4,000,000,000.00 1,008,607,115.00 25% 21% Modal (Investasi Daerah) Pengeluaran Daerah 7,000,000,000.00 1,890,240,000.00 27% 4,600,000,000.00 4,588,760,000.00 100% 7,500,000,000.00 7,460,000,000.00 99% 75% Pembentukan Dana Cadangan 5,000,000,000.00 - - - - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pemberian 2,000,000,000.00 1,890,240,000.00 95% 4,600,000,000.00 4,588,760,000.00 100% 7,500,000,000.00 7,460,000,000.00 99% 98% Pinjaman Dana Pemberdayaan Pembiayaan Netto 126,237,931,788.00 104,035,063,788.21 82% 99,902,909,397.00 142,275,182,776.80 142% 84,322,601,885.00 135,021,270,568.41 160% 128% Koreksi SILPA (4,768,352,424.63) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran - 92,385,013,635.80-135,494,287,063.80-173,796,362,618.37 (SILPA) Sumber : Dokumen Bagian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang

Data pada tabel 1.1 menggambarkan besarnya kondisi anggaran yang dianggarkan dan direalisasikan pada tahun anggaran 2012-2014. Dapat dilihat dengan jelas bahwa perencanaan anggaran dan realisasi dari tahun 2012 ke tahun 2014 mengalami keadaan yang fluktuatif atau mengalami penurunan juga mengalami kenaikan. Dari data juga terlihat bahwa perencanaan anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang tidak sinkron dengan pelaksanaan atau realisasinya atau dapat dikatakan tidak mencapai target yang telah direncanakan. Hal ini terjadi pada setiap elemen anggaran yaitu pendapatan, belanja maupun pembiayaan. Jika dilihat pada sisi anggaran belanja daerah dan dibandingkan dengan pendapatan yang dimiliki, data di atas menunjukkan adanya kesenjangan atau ketidakseimbangan antara pendapatan daerah dan belanja. Dimana anggaran belanja daerah selalu lebih besar jika dibandingkan dengan anggaran pendapatan yang dimiliki. Dari total belanja daerah, sebagian besar anggaran belanja pemerintah Kabupaten Kupang lebih berprioritas pada belanja operasional yaitu 90% dan didominasi oleh belanja pegawai yaitu 93%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menetapkan dan merealisasikan alokasi belanja belum dilakukan secara optimal dan juga pengalokasian belanja daerah lebih diprioritaskan pada kepentingan aparatur. Hal ini jelas tidak sesuai dengan kebijakan yang berlaku, dimana belanja daerah seharusnya digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Analisis Kinerja Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2012-2014.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ad alah sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja belanja daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang jika dilihat dari Analisis Pertumbuhan Belanja? 2. Bagaimana kinerja belanja daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang jika dilihat dari Analisis Keserasian Belanja? 3. Bagaimana kinerja belanja daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang jika dilihat dari Rasio Efisiensi Belanja? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kinerja belanja daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang jika dilihat dari Analisis Pertumbuhan Belanja. 2. Untuk mengetahui kinerja belanja daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang jika dilihat dari Analisis Keserasian Belanja. 3. Untuk mengetahui kinerja belanja daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang jika dilihat dari Rasio Efisiensi Belanja. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah dan bisa dijadikan bahan informasi dalam menganalisis Kinerja

Keuangan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menggunakan sumbersumber yang dimliki di masa mendatang. 2. Bagi peneliti, penelitian ini bisa dijadikan bahan informasi untuk belajar dan juga sebagai media pembanding bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berhubungan dengan kinerja anggaran belanja.