METODE PERSEDIAAN Metode Kuantitatif 120
POKOK BAHASAN IX METODE PERSEDIAAN SUB POKOK BAHASAN : 1. Macam Persediaan. 2. Biaya Persediaan. 3. Economic Oeder Quantity. 4. Backordering Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mempelajari Bab IX ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Memahami macam-macam persediaan. 2. Memahami komponenbiaya persediaan. 3. Memahami, menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan Economic Order Quantity. 4. Memahami, menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan Back Ordering. Metode Kuantitatif 121
POKOK BAHASAN IX. METODE PERSEDIAAN (INVENTORY CONTROL) 9.1. Pendahuluan Persoalan persediaan (inventory problem) yang timbul adalah bagaimana caranya mengatur persediaan sehingga setiap kali ada permintaan, permintaan tersebut segera dapat dilayani akan tetapi jumlah biaya persediaan harus minimum atau sekecil mungkin. Sebenarnya kalau persediaan cukup banyak, setiap saat permintaan dapat dilayani, akan tetapi biaya untuk menyimpan barang tersebut menjadi sangat mahal. Keputusan mengenai besarnya persediaan menyangkut 2 kepentingan yaitu kepentingan pihak yang menyimpan dengan pihak yang memerlukan barang, katakanlah langganan atau konsumen. Keputusan itu dapat dikategorikan menjadi 2 sebagai berikut : 1. Waktu pada pemesanan barang masuk konstan dan jumlah barang yang dipesan harus ditentukan. 2. Jumlah pesanan dan waktu pesan (order quantity and time) harus ditentukan. Pendekatan terhadap kedua keputusan tersebut salah satu cara adalah memesan barang dalam jumlah yang banyak untuk memperkecil biaya pemesanan (minimize oedering cost). Cara lain adalah memesan dalam jumlah kecil untuk memperkecil biaya penyimpanan persediaan (carrying cost). Tindakan yang paling baik dinyatakan dalam keuntungan (profit) dan return on total assets adalah suatu kompromi antara 2 hal yang sangat ekstrim ini. Metode Kuantitatif 122
9.2. Macam-Macam Persediaan Macam persediaan dapat digolongkan berdasarnya jenis barangnya. Berdasarkan jenis barang nya, persediaan dapat digolongkan menjadi : Bahan Baku (raw material inventory) Yaitu persediaan yang berupa bahan mentah yang belum pernah diproses. Barang Dalam Proses (work in process inventory) Yaitu persediaan berupa bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses kembali menjadi barang jadi. Barang Jadi (finish goods inventory). Yaitu persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan. Sedangkan berdasarkan fungsinya persediaan dapat digolongkan menjadi : Bath Stock Yaitu persediaan yang dibedakan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu, misalnya karena mendapat discount. Fluctuation Stock Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi permintaan yang tidak dapat diramalkan. Anticipation Stock Yaitu persediaan yang diadakan untuk mengantisipasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman. Metode Kuantitatif 123
9.3. Komponen Biaya Persediaan Masalah utama yang ingin dicapai oleh pengendalian persediaan adalah meminimumkan biaya operasi total perusahaan. Jadi ada 2 keputusan yang perlu diambil dalam hal ini, yaitu : berapa jumlah yang harus dipesan setiap kali pemesanan, kapan pemesanan itu harus dilakukan. Dari berbagai macam biaya yang diperhitungkan waktu mengevaluasi masalah persediaan, dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok biaya utama yaitu : 1. Ordering and Procurement Cost Ordering Cost dan Procurement Cost adalah total biaya pemesanan dan pengadaan bahan sehingga siap untuk dipergunakan atau diproses lebih lanjut. Biaya ini mencakup pula biaya-biaya pengangkutan, pengumpulan, pemilikan, penyusunan dan penempatan di gudang, sampai kepada biaya-biaya manajerial dan klerikal yang berhubungan dengan pemesanan sampai penempatan bahan/barang di gudang. Perbedaan diantara kedua biaya tersebut dapat dilihat dari sifat biaya tetap atau biaya variabel yang dikeluarkan pada waktu pemesanan. Total biaya keduanya seringkali bervariasi menurut jumlah barang yang dipesan, misalnya jika harga barang ditetapkan dengan quatity discount. Biaya yang bersifat tetap (fixed) tidak tergantung dari jumlah barang yang dipesan disebut ordering cost. Sedangkan biaya yang bersifat variabel disebut procurement cost. Metode Kuantitatif 124
2. Holding Cost atau Carrying Cost Holding Cost atau Carrying Cost atau biaya penyimpanan merupakan biaya penyimpanan (fisik). Biaya ini muncul karena perusahaan menyimpan persediaan. Pajak dan asuransi barang yang disimpan merupakan bagian besar yang merupakan unsur penting dalam holding cost adalah opportunity cost, merupakan dana yang tertahan, yang akan lebih menguntungkan jika dana tersebut ditanam untuk keperluan lain. Jadi opportunity cost tergantung dari berapa banyak barang yang disimpan dan berapa lama barang disimpan. 3. Shortage Cost Shortage Cost atau biaya kekurangan adalah biaya yang timbul apabila ada permintaan terhadap barang yang kebetulan sedang tidak tersedia di gudang. Untuk barang-barang tertentu, langganan dapat diminta untuk menunda pembeliannya atau dengan kata lain langganan diminta menunggu. Dalam hal ini shortage cost yang timbul selain biaya ekstra untuk membuat lagi barang yang dipesan, juga berupa berkurangnya good will langganan, apabila pesanannya terlambat dipenuhi. Tetapi untuk barang-barang kebutuhan sehari-hari langganan tidak dapat diminta untuk menunda pembeliannya atau diminta untuk back order. Jadi dalam hal ini perusahaan akan kehilangan langganan karena ia akan segera mencari barang yang dibutuhkannya dari perusahaan lainnya.. Dalam mengevaluasi kebijaksanaan di bidang persediaan, biaya-biaya yang tersebut harus diperhatikan. Yang perlu diingat bahwa yang diperhitungkan adalah biaya-biaya yang relevan yang meliputi seluruh biaya yang timbul karena kebijaksanaan persediaan tersebut. Akibatnya beberapa biaya perlu diabaikan, misalnya sewa gudang tidak dapat dikategorikan sebagai carrying cost jika sewa Metode Kuantitatif 125
gudang tetap dibayar tanpa tergantung pada jumlah barang yang disimpan disana. Dalam hal ini sewa gudang diperlakukan sebagai unsur biaya overhead seperti gaji. Dan biaya overhead tidak diperhitungkan dalam biaya persediaan. 9.4. Model Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Total annual cost mengandung 2 komponen, yaitu annual ordering cost dan annual holding cost. Kedua komponen ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini. C Total Cost TC Holding Cost minimum QH/2 Ordering Cost RC/Q Qo Q Gambar : Komponen-Komponen Biaya Persediaan Karena TC adalah hasil penjumlahan kedua komponen tersebut, jarak kurva TC pada setiap titik Q merupakan hasil penjumlahan jarak kedua komponen tersebut secara Metode Kuantitatif 126
tegak. Annual ordering cost mempunyai bentuk hiperbola. Setiap dilakukan pemesanan akan dipikul beban biaya sebesar C, tanpa melihat jumlah barang yang dipesan (Q). Jadi makin kecil Q berarti semakin sering pemesanan dilakukan, dan makin besar Q berarti makin jarang dilakukan pemesanan, dan makin kecil pula annual ordering cost yang menjadi beban. Secara grafis makin besar Q (bergeser ke kanan) makin menurun kurva ordering cost. Annual holding cost digambarkan sebagai garis lurus, karena komponen biaya ini secara langsung tergantung pada tingkat persediaan rata-rata. Holding cost dimulai dari titik 0, makin besar jumlah jumlah barang yang dipesan makin besar pula tingkat persediaan rata-rata, jadi holding cost akan meningkat secara proporsional. Solusi optimal akan diterjadi pada saat total annual relevant cost minimum. Saat itu order quantity yang optimal dinyatakan dengan Qo. Secara grafis, solusi optimal terjadi pada saat slope kurva TC = 0. Secara matematis Qo dapat dihitung dengan menurunkan rumus total persediaan sebagai berikut : Dimana : Total Cost = Ordering Cost + Holding Cost TC RC Q QH 2 R : Rata-rata kebutuhan bahan selama 1 tahun C : Biaya pemesanan sekali pesan H : Biaya penyimpanan per unit per tahun Q : Jumlah pesanan setiap kali pesan Biaya total minimum terjadi pada saat slope kurva TC = 0 Metode Kuantitatif 127
TC H CR = - Q 2 Q 2 sehingga diperoleh : 2CR Qo ; H R HR n ; Qo 2C T 1 n Qo R 2C RH dimana : Qo = EOQ n : frekuensi melakukan pesanan dalam 1 tahun T : rata-rata interval waktu melakukan pemesanan. Tingkat persediaan bahan sewaktu waktu diadakan pemesanan kembali disebut titik pemesanan kembali (B = reorder point). Nilainya ditentukan dengan memperhitungkan 2 variabel, yaitu gudang (lead time) dan tingkat kebutuhan. Ketika posisi persediaan mencapai titik pemesanan kembali perusahaan mengadakan pemesanan sebanyak Qo, maka : dimana : RL B (dalam unit) dan biaya total menjadi TCo = HQo N B : titik pemesanan kembali L : waktu tunggu (lead time) N : jumlah periode kerja dalam setahun (hari, minggu, bulan). Contoh : Suatu perusahaan membeli 8000 unit produk per tahun dengan harga Rp. 10.000/unit. Biaya pemesanan setiap kali pesan sebesar Rp. 30.000. Biaya penyimpanan per unit Metode Kuantitatif 128
adalah Rp. 3.000. Berapa besar jumlah pesanan yang harus dilakukan setiap kali pesan, berapa biaya total minimumnya, frekuensi pemesanan dalam setahun dan berapa reorder pointnya jika diketahui lead time = 2 minggu. Jawab : R = 8000 unit P = Rp. 10.000 L = 2 minggu C = Rp. 30.000 H = Rp. 3.000 2CR 2* 30. 000* 8. 000 Qo 400 unit H 3. 000 TCo = HQo = 3.000 * 400 = Rp. 1.200.000 n = R : Qo = 8.000 : 400 = 20 B = RL : 52 = (8.000 * 2) : 52 = 307,7 unit. 9.5. Model Persediaan Back Ordering Dalam sub bab terdahulu, salah satu asumsi yang dipakai adalah tidak adanya back order, yaitu konsumen akan mencari alternatif supplier lain apabila kebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh supplier tersebut. Misalnya adalah barang kebutuhan seharihari. Dalam situasi backordering, perusahaan tidak akan kehilangan kesempatan untuk menjual meskipun persediaan sedang kosong. Pada umumnya back order dapat disebut sebagai pesanan yang diambil kemudian. Hal ini umum terjadi pada penjualan kendaraan oleh agen (dealer). Sistem persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut : Metode Kuantitatif 129
C Q Y t2 t1 t t3 Gambar : Model Persediaan Backordering Ukuran dari stockout adalah QV unit, tingkat persediaan umum adalah V unit, sedang ukuran rata-rata stockout adalah (Q V) : 2 per periode order. Biaya order per unit adalah K. Biaya total tahunan adalah jumlah dari order cost, holder cost dan shortage cost, yang dapat ditulis sebagai berikut : TC 2 CR HV Q 2Q K Q V 2Q 2 dimana : R : rata-rata kebutuhan bahan selama satu tahun C : biaya pemesanan sekali pesan H : Biaya penyimpanan per unit per tahun Q : jumlah pesanan setiap kali pesan V : tingkat persediaan maksimum Metode Kuantitatif 130
K : Biaya backorder per unit per tahun R/Q : jumlah melakukan pesanan per tahun. Untuk memperoleh nilai Q dan V yang optimal, turunan Q dan V sama dengan nol, maka akan diperoleh : CR H K Qo 2 dan H K CR Vo 2 H K H K dimana : N : jumlah hari kerja per tahun L : lead time (dalam hari) Contoh : Dari contoh soal diatas, berapa EOQ apabila backordering diperbolehkan dan biaya shortage Rp. 1.000 per unit per tahun? Jawab : CR Qo 2 H H K K = {(2*3000*8000)/3000} * {(3000 + 1000)/1000} = 800 unit CR Vo 2 H K H K = 200 unit Metode Kuantitatif 131
TC 2 CR HV Q 2Q K Q V 2Q 2 = Rp. 600.000. 9.6. Ringkasan 1. Persoalan persediaan (inventory problem) yang timbul adalah bagaimana caranya mengatur persediaan sehingga setiap kali ada permintaan, permintaan tersebut segera dapat dilayani akan tetapi jumlah biaya persediaan harus minimum atau sekecil mungkin. 2. Berdasarkan jenis barang, persediaan dapat digolongkan menjadi : Bahan Baku (raw material inventory) Barang Dalam Proses (work in process inventory) Barang Jadi (finish goods inventory). Berdasarkan fungsinya persediaan digolongkan menjadi : Bath Stock Fluctuation Stock Anticipation Stock 3. Biaya persediaan dapat dikelompokkan menjadi : Ordering and Procurement Cost. Holding Cost atau Carrying Cost. Shortage Cost. 4. Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity, solusi optimal akan diterjadi pada saat total annual relevant cost minimum. Metode Kuantitatif 132
5. Jika terjadi back order, yaitu konsumen akan mencari alternatif supplier lain apabila kebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh supplier tersebut., maka masalah persediaan dapat diselesaikan dengan metode Backordering. 9.7. Soal-Soal Permintaan kopi per tahun adalah 25.000 Kg dengan harga Rp. 3.400 per Kg. Biaya pesan per sekali pesan adalah Rp. 50.000 dan biaya penyimpanan di gudang adalah Rp. 780 per Kg per tahun. a. Berapa biaya pemesanan yang paling ekonomis? b. Berapa kali pesanan dilakukan dalam 1 tahun? Daftar Pustaka 1. Hani Yuraningsih, Linda K, 1995, Riset Operasional, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer, Surabaya. 2. Indriyo Gitosudarmo, Basri, 2002, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta. 3. Pangestu Subagyo, Marwan A, T. Hani Handoko, 1992, Dasar-Dasar Operations Research, BPFE, Yogyakarta. 4. Suad Husnan, 1998, Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapannya, Keputusan Jangka Penden, BPFE, Yogyakarta. Metode Kuantitatif 133