BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Di zaman ini kehidupan menggereja di dunia pada umumnya, dan khususnya di Indonesia menghadapi semakin banyak tantangan, penolakan malah aniaya. Pada akhir tahun 2000, terjadi pengeboman di beberapa Gereja, baik Katolik maupun protestan, dari Batam, Pekan Baru, Jakarta, sukabumi dan Mojokerto, sampai ke Mataram 1. Selain itu, dalam pertengahan tahun 2005, terjadi berbagai aksi penutupan Gereja di beberapa wilayah di Indonesia 2. Hal ini menunjukkan bahwa Gereja semakin mengalami marjinalisasi, kalau bukan dalam hal jumlah, paling tidak dalam hal pengaruh. Apabila kita melihat kembali ke sejarah awal kehidupan Gereja perdana sebagaimana nampak dalam Kisah Para Rasul 3, gambaran tentang kehidupan menggereja pada saat itu pun tidak lepas dari berbagai tantangan dan hambatan, baik dari luar maupun dari dalam komunitas itu sendiri. Tantangan dari luar datangnya dari orang-orang Yahudi yang menolak Yesus yang diimani oleh orang-orang percaya sebagai Kristus yang diutus Allah. Sedangkan tantangan dari dalam komunitas Gereja perdana itu sendiri, terkait dengan pemahaman teologi mengenai keselamatan. Bagi orang Yahudi, keselamatan hanya diberikan kepada mereka sebagai umat yang hidup dengan mendasarkan diri pada hukum Allah, yakni hukum Taurat 4. Dengan demikian, bagaimana mungkin bangsa lain 1 Franz Magnis-Suseno, SJ, Sesudah Gereja-Gereja Dibom, dalam Menjadi Saksi-Saksi Kristus di Tengah Masyarakat Majemuk, Yayasan Obor, Jakarta, 2004, p. 253. 2 Eman, Jendela dunia, dalam Majalah Bahana Vol 173, Andi, Jogjakarta, September 2005, p. 47-49. 3 Catatan : pada penulisan kata Kisah Para Rasul selanjutnya, penyususn hanya menggunakan singakatan KPR. 4 Jacob Jervell, The Theology of The Acts of The Apostles, Cambridge University Press, USA, 1996, p. 22. 1
mendapat penawaran keselamatan yang sama? Hal ini mempengaruhi kedudukkan orang non-yahudi dalam komunitas Gereja perdana di Yerusalem. Apakah mereka dapat menjadi bagian dari komunitas Gereja perdana tanpa terlebih dahulu mengikuti budaya Yahudi? Dengan berbagai tantangan yang ada, Gereja tentunya tidak tinggal diam, melainkan Gereja secara aktif merespon tantangan-tantangan yang dialami secara real. Respon Gereja inilah yang mencerminkan dinamika hidup menggereja dari Gereja perdana. Respon itu sendiri tentunya terkait dengan bagaimana Gereja menanggapi berbagai tuntutan pelayanan dan bagaimana respon itu menentukan bentuk-bentuk pelayanan dalam Gereja perdana sebagaimana nampak dalam KPR 2:41-47 dan KPR 6:1-7. Berdasarkan penggambaran diatas menunjukkan bahwa sesuai dengan situasinya masing-masing, baik Gereja perdana maupun Gereja di masa sekarang bersamasama bergumul. Karenanya menarik untuk melihat dinamika hidup menggereja dari Gereja perdana sebagai upaya pembelajaran bagi Gereja masa kini, terkait dengan bagaimana Gereja perdana menjalani dinamika hidup menggerejanya. B. POKOK PERMASALAHAN Berdasarkan latarbelakang permasalahan diatas, penyusun mengangkat beberapa pokok permasalahan yang akan menjadi panduan dalam penyusunan skripsi ini. 1. Bagaimana dinamika hidup menggereja dari gereja perdana sebagaimana nampak dalam KPR 2:41-47 & 6:1-7?. 2. Bagaimana Gereja merespon tuntutan-tuntutan pelayanan dan bagaimana respon itu menentukan bentuk-bentuk pelayanan sebagaimana nampak dalam KPR 2:41-47 & 6:1-7? 2
C. JUDUL Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah penyusun paparkan di atas, maka skripsi ini akan diberi judul: DINAMIKA HIDUP MENGGEREJA DARI GEREJA PERDANA SEBAGAIMANA TERCERMIN DALAM KISAH PARA RASUL 2:41-47 & 6:1-7 D. BATASAN MASALAH Dalam penulisan skripsi ini, penyusun hanya akan membatasi pada pokok masalah dinamika kehidupan menggereja sebagaimana nampak dalam KPR 2:41-47 & 6:1-7 sebagai cerminan dari Gereja perdana. Hal ini menarik bagi penyusun untuk digali lebih dalam, karena di dalamnya digambarkan tentang bagaimana Gereja merespon berbagai tuntutan pelayanan dan bagaimana respon itu menentukan bentuk-bentuk pelayanan yang ada dalam Gereja perdana. Sekalipun dalam proses menafsir penyusun tetap memperhatikan bagian KPR lainnya yang menggambarkan tentang dinamika kehidupan Gereja perdana, manakala hal itu diperlukan. E. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1. Mengetahui dinamika hidup menggereja dari Gereja perdana melalui analisis bagaimana Gereja perdana memberikan respon atas tantangantantangan yang ada. 2. Mencoba menarik pembelajaran untuk kehidupan menggereja saat ini, terkait dengan bagaimana Gereja perdana merespon pelbagai tantangan yanga ada ketika itu. 3
F. METODE PENULISAN Pada dasarnya penyusunan skripsi ini merupakan suatu studi eksegese 5 dengan menggunakan metode kritik historis-sosiologis 6 terhadap teks KPR 2:41-47 dan 6:1-7. Pertama-tama penyusun akan memaparkan konteks dari jemaat perdana yang melatarbelakangi kitab KPR (penerima), dan selanjutnya menafsirkan bagian kitab KPR 2 : 42 47 dan 6 : 1 7, untuk melihat dinamikia hidup menggereja dari Gereja perdana. G. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka penyusun menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan. Bab ini memaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pemilihan judul, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisannya. Bab II. Konteks Sosial Kemasyarakatan Gereja Perdana. Bab ini mengemukakan tentang sumber informasi Gereja perdana, identifikasi Gereja perdana, dan konteks sosial kemasyarakatan Gereja perdana dengan memperhatikan aspek aspek sosial-budaya, sosio-religius, sosio-ekonomi dan politik. 5 Eksegese merupakan suatu cara sistematis untuk menafsirkan sebuah teks guna memperoleh pemahaman yang tepat dan memadai mengenai teks tersebut (John H. Hayes, Pedoman Penafsiran Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2002). 6 Kritik historis-sosiologis yang dimaksud adalah dalam penafsiran teks, penyusun tidak hanya mendasarkan pada situasi sejarah di dalam dan sejarah dari teks, yang mana berfungsi sebagai jendela untuk melihat periode sejarah tertentu (John H. Hayes, Pedoman Penafsiran Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2002). Tetapi juga memperhatikan aspek sosiologis dari konteks yang melatarbelakangi KPR. Penekanan dari ilmu sosiologis ini lebih kepada pencarian pola-pola tetap dalam perilaku manusia sejauh itu disebabkan oleh situasi sosial manusia itu dan juga pola-pola perubahan sosial yang ada (Dr. Martin Harun OFM, Tafsir Alkitab dan Ilmu-Ilmu Sosial, dalam Forum Biblika No. 8, 1998). 4
Bab III. Tafsir Kisah Para Rasul 2:41-47 & 6:1-7 Pada bagian ini akan digali lebih dalam tentang dinamika kehidupan menggereja Jemaat perdana dengan menafsirkan KPR 2:41-47 & 6:1-7 untuk memiliki penggambaran tentang masalah apa saja yang terjadi dan bagaimana Gereja menginterpretasikan berbagai kendala yang ada. Bab IV. Penutup Bab ini merupakan kesimpulan hasil tafsir dan reflekasi lebih lanjut yang dapat dikembangkan dari hasil tafsiran. Terkait dengan hasil refleksi itu dimungkinkan pula adanya pengemukaan bagaimana Gereja sekarang menginterpretasikan kendala kendala sosial kemasyarakatan yang ada sehingga dapat mempertahankan kehidupan berimannya dan bisa menjadi komunitas yang hidup. 5