BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB II KAJIAN TEORI. kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Festinger (1957, hal. 3) disonansi kognitif adalah ketidaksesuaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam Penyelesaian Skripsi. Priska Devy Anggraeni Pembimbing : Dra. M.M. Nilam Widyarini, Msi

NEVER BE AFRAID HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

A B S T R A K Solomon & Rothblum

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

GAMBARAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2007 YANG SEDANG SKRIPSI DI PROGRAM STUDI PG PAUD. Hj. Shofiyanti Nur Zuama

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang sumber daya manusia yang berkualitas pada dasarnya ditentukan oleh

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi, mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja dan dewasa awal, yaitu usia 18 21 tahun dan 22 24 tahun (Monks dkk, 2002). Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan dari masa dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan (Santrock, 2002). Mahasiswa diharapkan menjadi tulang punggung atau penerus guna menjadi tenaga profesional yang berkualitas untuk membangun bangsa dan negara. Mahasiswa harus menempuh masa studi minimal 3,5 tahun dan akhirnya akan melewati fase akhir studinya dengan menyusun skripsi. Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan akademis di perguruan tinggi (Poerwodarminta, 1986). Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah skripsi karena skripsi digunakan sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Umumnya, mahasiswa diberikan waktu untuk menyelesaikan skripsi dalam jangka waktu satu semester atau kurang lebih sekitar enam bulan. Kenyataannya, banyak siswa yang memerlukan waktu lebih dari enam bulan untuk mengerjakan skripsi. Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada tanggal 11 April 2011 dengan mengadakan wawancara kepada 4 wisudawan, 2 mahasiswa yang paling cepat dan 2 mahasiswa yang paling lama dalam menyelesaikan skripsi. ada 2 faktor yang menyebabkan mahasiswa lama dalam mengerjakan skripsi, yaitu faktor internal seperti kemampuan inteligensi, kesehatan fisik dan psikis, motivasi dan sebagainya. Selain itu faktor eksternal juga dapat menyebabkan munculnya perilaku prokrastinasi seperti faktor status ekonomi, keluarga, peer group, sibuk bekerja, sarana dan prasarana untuk menyelesaikan skripsi, kurangnya informasi yang di peroleh, kurang atau tidak adanya dukungan moral dan spiritual dari signifikan others, dan sebagainya. 1

2 Dalam psikologi perilaku penghindaran atau penundaan terhadap tugas akademik dikenal dengan istilah prokrastinasi. Solomon & Rothblum (1984) menyebutkan prokrastinasi adalah penundaan mulai pengerjaan maupun penyelesaian tugas yang disengaja. Ini dimaksudkan bahwa faktor penunda dalam menyelesaikan tugas berasal dari dirinya sendiri. Perilaku menunda yang telah sampai pada tahap menimbulkan ketidaknyamanan emosi seperti rasa cemas. Perilaku ini juga melibatkan kesadaran prokrastinator yang seharusnya melakukan tugas itu namun gagal memotivasi diri sendiri untuk melakukan tugas tersebut dalam jangka waktu yang diharapkan atau ditentukan. Walaupun mereka tahu bahwa menunda-nunda suatu pekerjaan bukanlah hal yang bermanfaat, namun mereka tetap melakukannya dengan asumsi bahwa mereka pasti dapat menyelesaikan tugas dengan baik meskipun dalam waktu yang singkat. Tapi pada akhirnya tidak sedikit dari mereka yang kurang maksimal dalam mengerjakan tugas dan bahkan ada yang gagal menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan. Ini tentunya akan berakibat pada prestasi belajar mereka. Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar masyarakat secara luas, dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil pula. Sekitar 25% sampai 75% dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkup akademis mereka. Dari hasil survey majalah New Statement juga memperlihatkan bahwa sekitar 20% sampai 70% pelajar melakukan prokrastinasi. Angket pendahuluan yang disebarkan peneliti di Fakultas Psikologi Universitas Surabaya pada mahasiswa menunjukkan hasil bahwa dari 60 subyek sekitar 95% menyatakan bahwa mereka pernah melakukan prokrastinasi. Sedangkan Anggraeni (2008) melakukan penelitian dengan judul Students at the Completion Procrastination dimana subyek penelitiannya adalah mahasiswa tingkat akhir yang dalam masa penyelesaiannya tidak tepat waktu dan mahasiswa tingkat akhir yang telah dapat mengatasi prokrastinasinya dalam pembuatan skripsi, dengan jumlah subjek sebanyak 3 orang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ketiga subjek melakukan prokrastinasi pada tugas skripsinya. Pada subjek satu dan subjek dua, masih melakukan penundaan sampai dengan saat penelitian tersebut dilakukan. Sedangkan subjek tiga sudah dapat mengatasi perilaku penundaannya.

3 Dalam survei awal yang dilakukan oleh peneliti selama satu minggu (13 20 Juni 2011) melalui sebuah situs jejaring sosial terbesar di Indonesia, dari 138 responden, terdapat 87 orang melakukan prokrastinasi dalam tugas skripsinya, alasan mereka melakukan prokrastinasi karena memilih kegiatan yang lebih menyenangkan. Mahasiswa cenderung akan memilih kegiatan yang lebih menyenangkan seperti membuka internet daripada mengerjakan tugas menulis yang dinilai sulit, membosankan, tidak menyenangkan, dan menimbulkan kecemasan (Ferrari & Scher, 2000). Dengan melihat fenomena tersebut, prokrastinasi tampak sebagai sesuatu yang umum terjadi dalam dunia akademik. Orang memang cenderung menghindari tugas yang menurutnya tidak menyenangkan. Walau tampak umum terjadi, sebenarnya prokrastinasi dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi pelajar yang hidup di dunia akademik. Menurut Solomon dan Rothblum (1984) bahwa perilaku prokrastinasi akademik akan semakin meningkat dengan semakin lamanya seseorang menempuh pendidikan. Artinya, semakin lama kuliah maka akan semakin berat derajat kecenderungan prokrastinasinya. Ellis dan Knaus (dalam Tuckman, 2002) menjelaskan tentang prokrastinasi akademik dari sudut pandang cognitive-behavioral. Prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irrasional yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irrasional tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugas sekolah, seseorang memandang tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan (aversiveness of the task dan fear of failure) (Solomon dan Rothblum, 1984). Oleh karena itu seseorang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga seseorang menunda-nunda dalam menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga seseorang menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas tersebut. Prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ferrari et al., (1995) menyebutkan prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh keyakinan yang tidak rasional. Prokrastinasi dilakukan mahasiswa karena memiliki kecemasan kemampuannya dievaluasi, takut gagal, dan susah mengambil keputusan. Prokrastinasi juga dilakukan karena membutuhkan bantuan orang lain untuk mengerjakan tugasnya, malas, kesulitan mengatur waktu, dan tidak menyukai

4 tugasnya (Solomon dan Rothblum, 1984). Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Rizvi et al., (1997) pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat hubungan antara locus of control dengan prokrastinasi akademik. Mahasiswa yang memiliki external locus of control memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik yang lebih tinggi. Milgran dan Tenne (dalam www.capital.edu.com) menemukan bahwa kepribadian khususnya ciri kepribadian locus of control mempengaruhi seberapa banyak orang melakukan prokrastinasi. Di samping faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajarnya baik dari segi fisik, psikologis maupun sosialnya, semua itu tidak lepas dari bagaimana sikap seseorang dalam mengartikan sebab dari suatu peristiwa yang dialaminya, apakah berasal dari dalam dirinya sendiri (internal) atau dari luar dirinya (eksternal), hal ini disebut locus of control. Menurut McCarthy (dalam www.capital.edu.com), konsekuensi internal dari prokrastinasi boleh jadi menyesal, putus asa dan menyalahkan diri sendiri. Sedangkan konsekuensi eksternalnya dapat termasuk gangguan kerja akademis dan kemajuan, hilang kesempatan dan hubungan yang tegang. Dalam hal ini orang dengan external locus of control akan lebih cenderung melakukan perilaku penundaan karena ia juga memiliki sifat yang mudah cemas, ragu-ragu dan tidak suka mengambil resiko. Fitriani (2010) melakukan penelitian dengan judul hubungan antara external locus of control dengan kecemasan menghadapi pensiun. Subyek penelitiannya adalah karyawan PT. Pertamina (Persero) Transit Manggis Denpasar dengan responden yang berusia 52 sampai 55 tahun dimana jumlah subyeknya sebanyak 27 orang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara external locus of control dengan kecemasan menghadapi pensiun. Hal ini berarti semakin eksternal locus of control maka kecenderungan kecemasan menghadapi pensiun lebih tinggi. Adapun penelitian Zayyana (2009) yang meneliti tentang perbedaan kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik ditinjau dari locus of control pada siswa SMA Bina Taruna Surabaya. Subyek penelitiannya adalah siswa SMA Bina Taruna Surabaya sebanyak 82 orang di kelas X, XI dan XII. Hasil penelitiannya

5 menunjukkan bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik ditinjau dari locus of control pada siswa SMA Bina Taruna Surabaya. Prokrastinasi akademik menunjukkan angka yang lebih besar pada siswa yang berorientasi external locus of control. Artinya siswa yang berorientasi external locus of control memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berorientasi internal locus of control. Locus of control merupakan salah satu aspek kepribadian yang dikembangkan oleh Jullian Rotter, mengacu pada persepsi individu tentang penyebab utama yang mendasari peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Dalam bentuk sederhana, apakah kita percaya bahwa nasib kita dikendalikan oleh kita sendiri (internal) atau dikendalikan oleh keberuntungan atau nasib yang menyertai kita (eksternal). Seorang dengan internal locus of control memiliki pribadi yang optimis serta pantang menyerah. Mahasiswa dengan kepribadian semacam ini, ketika ia memperoleh tugas yang dirasa sulit maka ia akan semakin tertantang untuk mengerjakannya sampai tuntas, karena ia berpendapat bahwa keberhasilan serta baik buruknya prestasi yang ia dapatkan merupakan dampak dari perbuatannya sendiri. Mahasiswa dengan internal locus of control akan merasa bertanggung jawab atas hasil belajarnya, dengan itu ia akan berusaha tekun untuk belajar dan bila mendapat tugas ia akan mengerjakannya dengan maksimal. Lain halnya pada seorang dengan external locus of control ia merasa apa yang terjadi pada dirinya merupakan suatu keberuntungan atau nasibnya. Mereka memiliki pribadi yang mudah menyerah, sulit diberi motivasi serta pesimistik. Bila ini terjadi pada mahasiswa maka dapat membuatnya kurang tekun belajar dan ketika ia memperoleh tugas besar kemungkinan tidak segera diselesaikannya. Sikap yang pasrah pada nasib dan kurangnya usaha bisa menjadikan mahasiswa dengan external locus of control ini cenderung lebih sering melakukan prokrastinasi akademik. Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas, peneliti ingin mengetahui tentang Hubungan External Locus Of Control dengan Prokrastinasi Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Skripsi.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas selanjutnya dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: apakah terdapat hubungan antara external locus of control dengan prokrastinasi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui ada tidaknya hubungan external locus of control dengan prokrastinasi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi orang tua Dapat dijadikan sebagai acuan atau pelajaran dalam menilai perilaku mahasiswa dan dijadikan sebagai informasi atau tambahan pengetahuan dan upaya peningkatan penyelesaian skripsi mahasiswa. 2. Bagi institusi pendidikan Sebagai dokumen atau referensi mengenai hubungan external locus of control dengan prokrastinasi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. 3. Bagi peneliti Sebagai salah satu syarat memenuhi tugas akhir dan sebagai wahana dalam menerapkan ilmu dalam dunia nyata sehingga peneliti memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang dapat meningkatkan wawasan peneliti khususnya mengenai hubungan external locus of control dengan prokrastinasi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi 4. Bagi peneliti berikutnya Hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian dengan topik serupa mengenai hubungan external locus of control dengan prokrastinasi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi.