BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, sikap, serta kecerdasan saja, melainkan juga meliputi kualitas

I. PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus, anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

PERANAN GURU DALAM MENANGANI SISWA DENGAN GANGGUAN AUTISME DI SEKOLAH INKLUSIF (STUDI DESKRIPTIF DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU RUHAMA)

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB IV ANALISA PENDEKATAN HUMANISTIK DENGAN TEKNIK CLIENT-CENTERED OLEH GURU KELAS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IbM TERAPI PRAKTIS BAGI KELUARGA ANAK TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mamang Tedi, 2013

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB IV ANALISIS DATA KONSELING BEHAVIOR DALAM MENANGANI SELECTIVE MUTISM SISWA SD RADEN PATAH SURABAYA

KUESIONER PENILAIAN KINERJA GURU KELAS/ GURU MATAPELAJARAN RESPONDEN GURU TEMAN SEJAWAT

( ) Perguruan Tinggi lulus / tidak lulus, semester

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diartikan dengan proses atau kegiatan belajar mengajar, namun

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. maka penelitian yang berjudul Peranan Kegiatan Morning Spiritual Gathering

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. dan psikologisnya sehingga menjadi seorang yang unik. Anak mengalami suatu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam. kecerdasan yang rendah. Gangguan perkembangan tersebut akan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Assessment Kemampuan Merawat Diri

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, tidak hanya berkecimpung dalam pekerjaan teknis keadministratifan atau

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. luang untuk hiburan atau hanya sebagai rekreasi saja. Pada saat ini permainan

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan memberikan fasilitas belajar yang optimal. Namun demikian

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pendidikan jasmani sebagai sarana pengembangan diri bagi anak tunagrahita yang tercakup dalam hal-hal penting, 1. Fenomena tingkah laku yang ditunjukkan oleh anak-anak tunagrahita dalam kesehariannya yakni sulit mengendalikan diri sendiri, tingkah lakunya kurang terkontrol, sulit berkonsentrasi, terkadang suka mengganggu teman yang lain, banyak diam dan menutup diri, cenderung tidak memahami apa tujuan mereka berperilaku, banyak melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol, cenderung mencari-cari perhatian orang lain, saat berbicara suka terbalik-balik, membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas, hanyut dalam dunianya sendiri, cenderung malu dan kurang percaya diri, serta kurang fokus terhadap suatu hal. 2. Perilaku gerak anak tunagrahita saat di luar maupun di dalam aktivitas pendidikan jasmani yakni mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas pendidikan jasmani, gerakan yang ditunjukkan kurang sempurna, masih membutuhkan bantuan dan bimbingan dari guru, sangat antusias dan semangat mengikuti kegiatan pendidikan jasmani, serta perilaku geraknya lebih terkontrol ketika melakukan aktivitas pendidikan jasmani. Melalui kegiatan fisik seperti melakukan aktivitas gerak pendidikan jasmani dapat menjadi salah satu alternatif guna membantu anak tunagrahita menyalurkan perilaku gerak mereka yang terkadang tidak seimbang dan kurang terkoordinasi dengan baik. 3. Kemampuan anak tunagrahita mengikuti aktivitas pendidikan jasmani yakni antara satu dengan yang lain memiliki perbedaan, sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas ajar dari guru, beberapa merasa takut, 157

158 namun semangat dalam melakukan kegiatan pendidikan jasmani. Sedangkan kendala yang dihadapi anak tunagrahita dalam melakukan kegiatan pendidikan jasmani yakni lemahnya daya pikir dan perilaku adaptif yang mengakibatkan daya tangkap mereka terhadap respon tidak terkoordinasi dengan baik, memerlukan waktu lama dalam menerima penjelasan guru, perilaku yang sulit dikontrol, sulitnya anak berkonsentrasi dan kurang fokus, serta rasa pesimis yang terkadang muncul dalam diri anak tunagrahita. 4. Cara guru memberi perlakuan pada anak tunagrahita saat melakukan kegiatan olahraga dalam pendidikan jasmani yakni dengan menggunakan pendekatan individual dan metode tersendiri disesuaikan dengan kondisi anak-anak, memberikan perlakuan dan penanganan yang sesuai dengan kebutuhannya, memberikan perlakuan khusus dengan pendampingan kepada setiap anak, mencontohkan gerakan-gerakan yang harus diikuti dan dilakukan anak, memotivasi dan memberikan dorongan lebih, melakukan pendekatan secara emosional dan individu, serta banyak memberikan pengarahan dan perhatian khusus kepada anak. 5. Aktivitas pendidikan jasmani untuk pengembangan diri pada anak tunagrahita yakni sebagai sarana meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan keberanian dalam menyatakan pendapat, meningkatkan komunikasi sosial, menumbuhkan sikap disiplin dan kepedulian, meningkatkan kemandirian, membantu anak tunagrahita mengolah tubuh dan mengatur pola gerak mereka sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik serta membuat hidup anak tunagrahita menjadi lebih positif. Pendidikan jasmani merupakan salah satu sarana untuk membentuk pengembangan diri pada anak-anak tunagrahita. Dengan melakukan berbagai kegiatan yang positif dalam kesehariannya merupakan hal yang sangat penting untuk anak-anak tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya sendiri yang meliputi merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi,

159 bersosialisasi, keterampilan hidup dan mengisi waktu luang dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, seharusnya pengembangan diri bagi anak tunagrahita dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari baik melalui sarana pendidikan jasmani maupun kegiatan lain yang mendukung. Melalui sarana yang tepat dalam bidang pendidikan jasmani pada anak-anak tunagrahita di semua Sekolah Luar Biasa dapat membantu anak-anak tunagrahita mengembangkan diri mereka serta menyalurkan aktivitas fisik yang positif sehingga mampu membangkitkan rasa percaya diri pada anak-anak tunagrahita. Penelitian ini dapat ditindaklanjuti guna membantu Sekolah Luar Biasa dalam pelaksanaan pengembangan diri pada anak-anak tunagrahita. Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki anak tunagrahita, tentunya dalam setiap kegiatan pengembangan diri yang dilakukan mereka memerlukan sosok yang dapat membantu serta membimbing mereka sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Memiliki tenaga pengajar yang berpengalaman dibidangnya dan mampu memahami cara menangani anak-anak berkebutuhan khusus dalam bidang pendidikan jasmani akan sangat membantu anak tunagrahita untuk melakukan aktivitas mereka dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penelitian ini dapat menjadi suatu wacana yang menarik bagi masyarakat umum untuk mengetahui lebih luas tentang anak tunagrahita, serta dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada penderita tunagrahita dalam mengembangkan diri mereka dan membantu orang tua dalam memahami putraputrinya yang mengalami masalah tentang ketunagrahitaan. Selain itu, guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan gun meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran pendidikan jasmani sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan diri bagi anak tunagrahita secara lebih mendalam.

160 C. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut : 1. Terbatasnya wawasan guru olahraga mengenai pendidikan jasmani adaptif atau pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus seharusnya dapat menjadi salah satu pijakan bagi pemerintah Indonesia khususnya bidang pendidikan guna menyelenggarakan institusi khusus yang mencetak tenaga pendidik di bidang pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus. 2. Sekolah Luar Biasa dan instansi yang terkait lainnya seharusnya menjadi satu kesatuan guna mewujudkan pendidikan yang optimal bagi anak tungrahita khususnya pendidikan tentang pengembangan diri anak tunagrahita yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga dapat memancing bakat, potensi dan semangat anak tunagrahita untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. 3. Setidaknya sekolah-sekolah yang menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus harus memiliki tenaga pengajar yang berkompeten dalam bidangnya seperti tenaga pengajar yang berasal dari pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa sehingga anak berkebutuhan khusus dapat tertangani dengan lebih baik. 4. Tenaga pengajar yang menangani pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus juga sebaiknya memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas terkait anak-anak berkebutuhan khusus, selain itu juga dapat bekerja sama dengan guru pendamping yang ada di sekolah berkebutuhan khusus sehingga nantinya guru olahraga dapat memahami dan menangani anak berkebutuhan khusus lebih lanjut. 5. Sebaiknya Sekolah Luar Biasa yang menangani anak berkebutuhan khusus wajib memiliki jadwal yang tetap guna melakukan latihan fisik ringan sebelum anak-anak memulai aktivitas belajar setiap harinya. Kegiatan tersebut dapat membantu anak-anak berkebutuhan khusus agar lebih fokus dan tenang serta membantu konsentrasi dan daya pikir anak lebih terjaga saat melakukan kegiatan pembelajaran.

161 6. Peran orang tua bagi pengembangan diri anak sangat penting khususnya dalam keseharian anak-anak berkebutuhan khusus. Orang tua dapat menjadi motor dan motivator bagi anak berkebutuhan khusus untuk mengatur pola hidup mereka seperti mengatur pola makan, melakukan kegiatan fisik bersama, memberikan contoh bagaimana bersikap dan berperilaku sehingga nantinya anak akan merasa dihargai dan diterima dalam lingkungannya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.