BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pendidikan jasmani sebagai sarana pengembangan diri bagi anak tunagrahita yang tercakup dalam hal-hal penting, 1. Fenomena tingkah laku yang ditunjukkan oleh anak-anak tunagrahita dalam kesehariannya yakni sulit mengendalikan diri sendiri, tingkah lakunya kurang terkontrol, sulit berkonsentrasi, terkadang suka mengganggu teman yang lain, banyak diam dan menutup diri, cenderung tidak memahami apa tujuan mereka berperilaku, banyak melakukan gerakan-gerakan yang tidak terkontrol, cenderung mencari-cari perhatian orang lain, saat berbicara suka terbalik-balik, membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas, hanyut dalam dunianya sendiri, cenderung malu dan kurang percaya diri, serta kurang fokus terhadap suatu hal. 2. Perilaku gerak anak tunagrahita saat di luar maupun di dalam aktivitas pendidikan jasmani yakni mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas pendidikan jasmani, gerakan yang ditunjukkan kurang sempurna, masih membutuhkan bantuan dan bimbingan dari guru, sangat antusias dan semangat mengikuti kegiatan pendidikan jasmani, serta perilaku geraknya lebih terkontrol ketika melakukan aktivitas pendidikan jasmani. Melalui kegiatan fisik seperti melakukan aktivitas gerak pendidikan jasmani dapat menjadi salah satu alternatif guna membantu anak tunagrahita menyalurkan perilaku gerak mereka yang terkadang tidak seimbang dan kurang terkoordinasi dengan baik. 3. Kemampuan anak tunagrahita mengikuti aktivitas pendidikan jasmani yakni antara satu dengan yang lain memiliki perbedaan, sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas ajar dari guru, beberapa merasa takut, 157
158 namun semangat dalam melakukan kegiatan pendidikan jasmani. Sedangkan kendala yang dihadapi anak tunagrahita dalam melakukan kegiatan pendidikan jasmani yakni lemahnya daya pikir dan perilaku adaptif yang mengakibatkan daya tangkap mereka terhadap respon tidak terkoordinasi dengan baik, memerlukan waktu lama dalam menerima penjelasan guru, perilaku yang sulit dikontrol, sulitnya anak berkonsentrasi dan kurang fokus, serta rasa pesimis yang terkadang muncul dalam diri anak tunagrahita. 4. Cara guru memberi perlakuan pada anak tunagrahita saat melakukan kegiatan olahraga dalam pendidikan jasmani yakni dengan menggunakan pendekatan individual dan metode tersendiri disesuaikan dengan kondisi anak-anak, memberikan perlakuan dan penanganan yang sesuai dengan kebutuhannya, memberikan perlakuan khusus dengan pendampingan kepada setiap anak, mencontohkan gerakan-gerakan yang harus diikuti dan dilakukan anak, memotivasi dan memberikan dorongan lebih, melakukan pendekatan secara emosional dan individu, serta banyak memberikan pengarahan dan perhatian khusus kepada anak. 5. Aktivitas pendidikan jasmani untuk pengembangan diri pada anak tunagrahita yakni sebagai sarana meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan keberanian dalam menyatakan pendapat, meningkatkan komunikasi sosial, menumbuhkan sikap disiplin dan kepedulian, meningkatkan kemandirian, membantu anak tunagrahita mengolah tubuh dan mengatur pola gerak mereka sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik serta membuat hidup anak tunagrahita menjadi lebih positif. Pendidikan jasmani merupakan salah satu sarana untuk membentuk pengembangan diri pada anak-anak tunagrahita. Dengan melakukan berbagai kegiatan yang positif dalam kesehariannya merupakan hal yang sangat penting untuk anak-anak tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya sendiri yang meliputi merawat diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi,
159 bersosialisasi, keterampilan hidup dan mengisi waktu luang dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, seharusnya pengembangan diri bagi anak tunagrahita dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari baik melalui sarana pendidikan jasmani maupun kegiatan lain yang mendukung. Melalui sarana yang tepat dalam bidang pendidikan jasmani pada anak-anak tunagrahita di semua Sekolah Luar Biasa dapat membantu anak-anak tunagrahita mengembangkan diri mereka serta menyalurkan aktivitas fisik yang positif sehingga mampu membangkitkan rasa percaya diri pada anak-anak tunagrahita. Penelitian ini dapat ditindaklanjuti guna membantu Sekolah Luar Biasa dalam pelaksanaan pengembangan diri pada anak-anak tunagrahita. Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki anak tunagrahita, tentunya dalam setiap kegiatan pengembangan diri yang dilakukan mereka memerlukan sosok yang dapat membantu serta membimbing mereka sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Memiliki tenaga pengajar yang berpengalaman dibidangnya dan mampu memahami cara menangani anak-anak berkebutuhan khusus dalam bidang pendidikan jasmani akan sangat membantu anak tunagrahita untuk melakukan aktivitas mereka dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penelitian ini dapat menjadi suatu wacana yang menarik bagi masyarakat umum untuk mengetahui lebih luas tentang anak tunagrahita, serta dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada penderita tunagrahita dalam mengembangkan diri mereka dan membantu orang tua dalam memahami putraputrinya yang mengalami masalah tentang ketunagrahitaan. Selain itu, guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan gun meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran pendidikan jasmani sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan diri bagi anak tunagrahita secara lebih mendalam.
160 C. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut : 1. Terbatasnya wawasan guru olahraga mengenai pendidikan jasmani adaptif atau pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus seharusnya dapat menjadi salah satu pijakan bagi pemerintah Indonesia khususnya bidang pendidikan guna menyelenggarakan institusi khusus yang mencetak tenaga pendidik di bidang pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus. 2. Sekolah Luar Biasa dan instansi yang terkait lainnya seharusnya menjadi satu kesatuan guna mewujudkan pendidikan yang optimal bagi anak tungrahita khususnya pendidikan tentang pengembangan diri anak tunagrahita yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga dapat memancing bakat, potensi dan semangat anak tunagrahita untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. 3. Setidaknya sekolah-sekolah yang menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus harus memiliki tenaga pengajar yang berkompeten dalam bidangnya seperti tenaga pengajar yang berasal dari pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa sehingga anak berkebutuhan khusus dapat tertangani dengan lebih baik. 4. Tenaga pengajar yang menangani pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus juga sebaiknya memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas terkait anak-anak berkebutuhan khusus, selain itu juga dapat bekerja sama dengan guru pendamping yang ada di sekolah berkebutuhan khusus sehingga nantinya guru olahraga dapat memahami dan menangani anak berkebutuhan khusus lebih lanjut. 5. Sebaiknya Sekolah Luar Biasa yang menangani anak berkebutuhan khusus wajib memiliki jadwal yang tetap guna melakukan latihan fisik ringan sebelum anak-anak memulai aktivitas belajar setiap harinya. Kegiatan tersebut dapat membantu anak-anak berkebutuhan khusus agar lebih fokus dan tenang serta membantu konsentrasi dan daya pikir anak lebih terjaga saat melakukan kegiatan pembelajaran.
161 6. Peran orang tua bagi pengembangan diri anak sangat penting khususnya dalam keseharian anak-anak berkebutuhan khusus. Orang tua dapat menjadi motor dan motivator bagi anak berkebutuhan khusus untuk mengatur pola hidup mereka seperti mengatur pola makan, melakukan kegiatan fisik bersama, memberikan contoh bagaimana bersikap dan berperilaku sehingga nantinya anak akan merasa dihargai dan diterima dalam lingkungannya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.