BAB IV PEMBAHASAN. dominant-hegemonic position, negotiated position, dan oppositional position. Hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

ANALISIS RESEPSI TOKOH ANGEL DI SITKOM TETANGGA MASA GITU? Oleh: Rani Oktavia Putri ( ) AB

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

RESEPSI KHALAYAK PEREMPUAN YANG SUDAH MENIKAH TERHADAP POLIGAMI DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN TENTANG APLIKASI TRANSPORTASI ONLINE DI SURABAYA

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

GENDER DAN KELUARGA MIGRAN DI INDONESIA 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas penonton non-tuli (MM Kine

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

ANALISIS RESEPSI PEMBACA RAMALAN ZODIAK DI ASK FM LIGHTGIVERS

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

stand up comedy, perlu diketahui terlebih dahulu definisi stand up comedy. Secara definisonal oleh Greg Dean, stand up comedy adalah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

RINGKASAN. lebih baik dari femininitas (Tong, 2006:190). Sedangkan Muted Group Theory melihat

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG PERBEDAAN PERAN, FUNGSI, DAN TANGGUNG JAWAB ANTARA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI YANG MERUPAKAN HASIL KONSTRUKSI SOSIAL BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik. Berbagai jenis pekerjaan dijalani untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

ABSTRAK. Kata kunci : bargaining position, vasektomi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

PENGALAMAN SUAMI MENJADI STAY-AT-HOME DAD

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Bali Purwa (tradisional) dan Kesusastraan Bali Anyar (modern)

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan dengan pilihan jurusan jurnalistik, broadcasting dan public

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan

1Konsep dan Teori Gender

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

ABSTRAK. Nama : Anike Puspita Yunita NIM : D2C Judul : Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. Itu lah sepenggal kata yang diucapkan oleh Mike Lucock yang

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

81 BAB IV PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis terhadap temuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis tersebut merujuk pada sebab pengkategorian khalayak dalam dominant-hegemonic position, negotiated position, dan oppositional position. Hasil temuan penelitian diintepretasi berdasarkan latar belakang pada masing-masing informan. 4.1 Pertukaran Peran Gender dalam Sinetron Dunia Terbalik Sinetron Dunia Terbalik menampilkan peran laki-laki dan perempuan yang berbeda dengan umumnya realitas di masyarakat. Laki-laki (suami) ditampilkan melakukan pekerjaan yang lazimnya dikerjakan kaum perempuan di antaranya peran reproduktif yaitu mengurus rumah tangga dan mengasuh anak, kemudian peran kemasyarakatan yang mana para laki-laki ditampilkan melakukan kegiatan PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) yang lazimnya dilakukan perempuan. Sedangkan perempuan (istri) ditampilkan menjadi tulang punggung keluarga atau berperan produktif. Lebih lanjut laki-laki ditampilkan tidak bekerja sehingga tidak berpenghasilan. Wacana yang dikomunikasikan dalam sinetron tersebut terlihat tidak biasa pada konteks gagasan dominan. Sebab gagasan dominan yang berkembang selama ini yaitu perempuan yang mengelola rumah tangga dan melakukan yang diberdayakan untuk melakukan kegiatan PKK. Kemudian laki-laki

82 berperan produktif yaitu mencari nafkah selaku tulang punggung keluarga. Sehingga dalam sinetron ini diperlihatkan bahwa peran gender antara laki-laki dan perempuan dapat dipertukarkan. Pembagian peran tersebut bertukar jika dilihat dari gagasan dominan yang berkembang selama ini. Gagasan dominan selama ini menempatkan perempuan pada peran reproduktif (mengurus rumah tangga dan mengurus anak) sedangkan laki-laki pada peran produktif (mencari nafkah). Peran pada ranah-ranah tersebut bahkan sudah menjadi sesuatu yang mengikat, dengan diidentikannya peran tersebut dengan kodrat yang mana kemudian tugas laki-laki berada di ranah publik sedangkan perempuan di ranah domestik, meskipun dasar pembagian tugas tersebut sebenarnya keliru. Peran-peran yang dilakukan laki-laki dan perempuan seperti peran produktif, peran reproduktif dan peran kemasyarakatan sesungguhnya merupakan peran gender, bukan peran kodrat. Gender dalam hal ini dapat dipertukarkan, sedangkan kodrat bersifat alami dari Tuhan sehingga tidak dapat dipertukarkan. Sebagaimana pernyataan Prabasmoro (2006:22) bahwa bekerja di luar rumah/ mencari uang adalah tugas laki-laki sementara bekerja di rumah adalah tugas perempuan adalah konstruksi gender dan bukan merupakan takdir, karena itu dapat dinegosiasikan. Lebih lanjut Prabasmoro (2006: 35-36) menyatakan bahwa pembagian tugas tidak selalu berarti perempuan mengerjakan yang feminin, sementara lakilaki melakukan perkerjaan yang dianggap maskulin. Pembagian itu merupakan serangkaian pilihan siapa yang ingin atau dapat mengerjakan apa, dan bukannya siapa yang harus mengerjakan apa. Selain itu Prabasmoro juga menyatakan

83 sesungguhnya keluarga memiliki kekuatan yang potensial untuk melakukan suatu pembongkaran ideologi gender dengan menularkan virus kesetaraan gender sehingga memungkinkan terjadinya suatu hubungan yang lebih seimbang antara laki-laki dan perempuan dengan mendiskusikan kebutuhan dan membagi tugas sesuai dengan keadaan. 4.2 Tipe Pemaknaan Khalayak terhadap Pertukaran Peran Gender antara Laki-laki dan Perempuan dalam Sinetron Dunia Terbalik 4.2.1 Dominant-Hegemonic Position Posisi pemaknaan dominan-hegemonik yaitu menerima makna dominan yang ditawarkan teks media. Berdasarkan temuan penelitian tidak ada informan yang berada pada posisi dominan-hegemonik, tidak ada informan yang menyetujui makna dominan yang ditawarkan dalam sinetron Dunia Terbalik sehingga tidak ada yang menyetujui secara penuh peran gender yang dapat dipertukarkan seperti yang dikomunikasikan dalam sinetron tersebut. 4.2.2 Negotiated Position Tipe pemaknaan khalayak terhadap pertukaran peran gender antara laki-laki dan perempuan yang dikomunikasikan dalam sinetron Dunia Terbalik berada pada negotiated position, khalayak mengakui legitimasi dari kode dominan yang disampaikan media, namun mengadaptasi pembacaan atau penafsiran sesuai

84 kondisi sosial mereka. Sehingga khalayak pada bagian tertentu dapat menyetujui kode atau makna dominan, namun juga dapat menyatakan ketidaksetujuan pada bagian yang lain. Khalayak mengakui adanya pertukaran gender antara laki-laki dan perempuan dalam sinetron tersebut, ada bagian-bagian pada pertukaran yang merujuk peran gender mereka setujui, namun ada pula yang tidak mereka setujui. Informan 1 pada aspek peran gender produktif berada pada pemaknaan oppositional position, aspek peran gender reproduktif berada pada pemaknaan negotiated position, sedangkan pada aspek peran gender kemasyarakatan pemaknaan berada pada negotiated position sehingga informan 1 dalam penelitian ini cenderung berada pada pemaknaan negotiated position. Informan 2 pada aspek peran gender produktif berada pada pemaknaan negotiated position, aspek peran gender reproduktif berada pada pemaknaan negotiated position, sedangkan pada aspek peran gender kemasyarakatan pemaknaan berada pada oppositional position sehingga informan 2 dalam penelitian ini cenderung berada pada pemaknaan negotiated position. Informan 3 pada aspek peran gender produktif berada pada pemaknaan negotiated position, aspek peran gender reproduktif berada pada pemaknaan negotiated position, sedangkan pada aspek peran gender kemasyarakatan pemaknaan berada pada dominant-hegemonic position sehingga informan 3 dalam penelitian ini cenderung berada pada pemaknaan negotiated position. Informan 4 pada aspek peran gender produktif berada pada pemaknaan negotiated position, aspek peran gender reproduktif berada pada pemaknaan

85 dominant-hegemonic position, sedangkan pada aspek peran gender kemasyarakatan pemaknaan berada pada oppositional position. Sehingga informan 4 dalam penelitian ini cenderung berada pada pemaknaan negotiated position. Informan 1 dan 2 yang berjenis kelamin perempuan mereka cenderung menganggap perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga sebagai hal kurang tepat. Menurut mereka laki-laki lah yang seharusnya menjadi pencari nafkah utama bukan perempuan. Lebih lanjut mereka cenderung menilai peran-peran kemasyarakatan yang selama ini dikonstruksikan dilakukan oleh kaum perempuan tidak pantas dan tidak seharusnya dilakukan laki-laki. Mereka mendefinisikan peran antara laki-laki dan perempuan menurut gagasan dominan yang dianut di Indonesia yaitu budaya patriarki. Di mana budaya patriarki selama ini menjunjung tinggi perbedaan gender (gender differences). Menempatkan perempuan pada ranah domestik dan laki-laki pada ranah publik. Di tengah kemajuan zaman saat ini dan terpaan informasi yang semakin pesat, kedua informan yang berjenis kelamin perempuan tersebut masih enggan untuk beranjak dari budaya patriarki yang menjunjung tinggi perbedaan gender. Mereka cenderung menganggap peran gender yang dapat dipertukarkan dalam sinetron Dunia Terbalik sebagai hal yang kurang tepat. Informan 3 dan 4 yang berjenis kelamin laki-laki mereka cenderung lebih ternegosiasi dengan adanya peran gender yang dapat dipertukarkan. Mereka beranggapan bahwa perempuan mencari nafkah sebagai hal yang sah-sah saja, ada yang menganggap sebagai wujud emansipasi wanita dan ada pula yang menganggap bahwa laki-laki dan perempuan harus setara dan sama, tidak ada

86 perbedaan. Serta ada pula yang cenderung lebih menerima terhadap adanya peran kemasyarakatan yang lazimnya dilakukan perempuan, dikonstruksikan dalam sinetron tersebut dilakukan laki-laki. Laki-laki yang selama ini pada budaya dominan dikonstruksikan lebih diunggulkan dari perempuan ternyata cenderung telah mampu menggeser konstruksi tersebut. Informan 1 dan 2 cenderung menganggap realitas peran gender yang dikonstruksikan dalam sinetron Dunia Terbalik mengada-ada dan tidak ditemui di dunia nyata. Mereka pernah menjumpai lingkungan yang suami (laki-laki) ditinggalkan istrinya (perempuan) bekerja menjadi TKW di luar negeri. Namun, dalam kenyataan yang mereka amati dalam lingkungan tersebut, para laki-laki perannya tidak seperti yang dikonstruksikan dalam sinetron tersebut. Laki-laki tetap mencari nafkah dan tidak hanya bergantung kepada istrinya yang bekerja. Sedangkan informan 3, ia memang tidak secara langsung mengalami pertukaran peran gender seperti yang dikomunikasikan sinetron Dunia Terbalik. Namun, dengan adanya pengamatan pada lingkungan kehidupan sehari-harinya yang serupa namun tak sama yaitu pernah menjumpai laki-laki sebagai pengurus rumah tangga dan perempuan sebagai tulang punggung keluarga ia menganggap adegan-adegan yang mengacu pada pertukaran peran gender sebagai hal wajar dan pantas, meskipun ia pribadi sebenarnya menganggap pertukaran peran gender dalam sinetron tersebut sebagai hal yang menyalahi kodrat. Sedangkan informan 4 belum pernah menjumpai realitas yang serupa maupun seperti yang dikonstruksikan sinetron tersebut, namun beberapa peran gender yang dilakukan oleh para tokoh laki-laki cenderung pernah ia lakukan. Lebih lanjut dalam kehidupan sehari-harinya

87 ia dan istrinya sama-sama menjadi pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Penerimaan khalayak yang dibahas pada sub bab ini menunjukkan bahwa latar belakang khalayak memiliki peran yang cukup dominan dalam membentuk pemaknaan mereka terhadap pertukaran peran gender dalam sinetron Dunia Terbalik. Demikian halnya yang dikemukakan oleh Gerald Schoening dan James Anderson bahwa dasar pemikiran yang digunakan dalam meneliti audiens di antaranya yaitu, pertama, makna dihasilkan oleh sebuah proses interpretif di dalam audiens, audiens yang berbeda akan menafsirkan apa yang mereka lihat dalam cara yang berbeda. Kedua, makna pesan-pesan media dan program dihasilkan secara aktif oleh audiens. Ketiga, makna terus bergeser ketika anggota mendekati media dalam cara yang berbeda (Littlejohn dan Foss, 2009:419). 4.2.3 Oppositional Position Posisi pemaknaan oposisional/ menentang yaitu khalayak tahu makna dominan dari teks media namun menolaknya dan memaknainya secara berlawanan. Berdasarkan temuan penelitian tidak ada informan yang berada pada posisi oposisional, tidak ada informan yang tidak menyetujui secara penuh makna dominan yang ditawarkan dalam sinetron Dunia Terbalik sehingga tidak ada yang menentang dengan keras peran gender yang dapat dipertukarkan seperti yang dikomunikasikan dalam sinetron tersebut.