BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu survey yang dilakukan oleh World Heatlh. Organization (WHO) dilaporkan bahwa lebih dari 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengobatan tradisional sebagai alternatif lain pengobatan. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penyebab kematian satu juta orang di negara berkembang terutama terjadi

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Afini Rahmawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang seperti Indonesia (Stella et al, 2012). S. typhii adalah bakteri

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB I PENDAHULUAN. diderita oleh penduduk di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. Sehat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Bebas dari segala penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB I PENDAHULUAN. air besar) lebih dari biasanya atau tiga kali sehari (World Health

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut. Payudara

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain-lain (Darmadi, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pseudomonas adalah bakteri oportunistik patogen pada manusia, spesies

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk mencegah penyakit infeksi (Levinson, 2008). kesehatan (Barbacane, 2004; Goldman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersusun seperti buah anggur. Dikenal dua spesies Staphylococcus, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mastitis merupakan infeksi pada parenkim payudara yang dapat terjadi pada masa nifas. Mastitis biasanya terjadi pada salah satu payudara dan dapat terjadi pada minggu pertama sampai ketiga atau keempat setelah melahirkan. Kejadian mastitis berkisar antara 2-33% pada ibu menyusui. Pada mastitis lebih kurang 10% kasusnya dapat berkembang menjadi abses dengan gejala yang lebih berat (Prawirohardjo, 2013). World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat, dimana 12% kasus diantaranya merupakan infeksi payudara yang disebabkan oleh mastitis pada wanita post partum. Indonesia sebagai negara berkembang di dunia dengan presentasi kasus mastitis mencapai 10% pada ibu post partum (WHO, 2005; 2008). Berdasarkan laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perawatan payudara yang tidak benar. Pengetahuan tentang perawatan payudara sangat penting untuk diketahui pada masa nifas, ini berguna untuk menghindari masalah dalam proses menyusui. Masalah dan gangguan pada payudara pada waktu menyusui akan mengganggu produksi ASI (Depkes RI, 2007). Pada masa nifas bendungan ASI dapat menjadi awal terjadinya mastitis. Bendungan ASI disebabkan karena pengosongan payudara yang tidak sempurna, karena teknik menyusui yang tidak benar, pemakaian bra yang terlalu ketat, dan

pengisapan bayi yang kurang kuat. Mastitis dapat terjadi akibat kuman, dimana kuman penyebab tersering mastitis yaitu bakteri Staphylococcus aureus (Prawirohardjo, 2013). Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri ini biasanya terdapat di hidung pada 20-50% manusia, dan sering ditemukan pada pakaian dan juga pada barang lain yang terkontaminasi pada lingkungan manusia. Setiap orang biasanya akan mengalami beberapa jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, seperti keracunan makanan atau infeksi kulit minor dan juga bisa sampai pada infeksi berat yang mengancam jiwa. Infeksi Staphylococcus aureus dapat terjadi akibat kontaminasi langsung pada luka (Brooks et al, 2010). Mastitis dapat berasal dari puting susu yang pecah atau terdapat fisura menjadi jalan masuknya bakteri Staphylococcus aureus. Sumber bakterinya dapat berasal dari tangan ibu atau tangan orang yang merawat ibu dan bayi, bayi, atau dari sirkulasi darah (Varney et al, 2007). Penanganan terbaik untuk mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun, mencegah bendungan ASI dengan menyusui sejak awal dan sering, teknik menyusui yang benar, dan menghindari kontak dekat dengan orang yang menderita Staphylococcus (Varney et al, 2007). Perawatan puting susu pada saat menyusui juga merupakan usaha yang penting untuk mencegah mastitis. Perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan membersihkan puting susu sebelum dan setelah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang mengering (Prawirohardjo, 2007). 2

Tanaman lidah buaya merupakan sumber yang termurah dan aman sebagai alternatif antimikroba. Lidah buaya memiliki manfaat terapeutik seperti antiinflamasi, antibakteri, antivirus, antijamur dan pertumbuhan sel aktivitas stimulasi. Gel lidah buaya dapat merangsang pertumbuhan sel dan memperbaiki kulit yang rusak, serta melembabkan kulit karena memiliki kandungan air (Anitha et al, 2016). Pada daun lidah buaya memiliki kandungan polisakarida yang mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi peradangan. Kandungan saponin pada lidah buaya dapat membunuh kuman. Saponin yang terkandung dalam lidah buaya memiliki kemampuan membersihkan dan bersifat antiseptik (Latief, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Udgire dan Pathade (2014) di India menggunakan Hexana, ethyl acetate, petroleum ether dan ethanol untuk mengekstrak senyawa bioaktif lidah buaya. Hal tersebut berguna untuk menyaring aktivitas antibakteri terhadap patogen kulit manusia dengan metode difusi agar. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol gel memiliki efek yang kuat pada bakteri gram positif (Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis) dibandingkan bakteri gram negatif (Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris dan Proteus milabilis). Menurut penelitian Ariyanti et al (2012) menunjukkan bahwa ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis miller) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922. Ekstrak kulit daun lidah buaya yang memiliki daya hambat paling tinggi yaitu pada konsentrasi 100% pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan konsentrasi 75% pada bakteri Escherichia coli ATCC 25922. 3

Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai uji daya hambat antibakteri ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro untuk alternatif pencegahan mastitis. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah apakah ekstrak lidah buaya (Aloe vera) mempunyai efek antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk uji efektifitas ekstrak lidah buaya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro untuk alternatif pencegahan mastitis. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk melihat perbedaan daya hambat anti bakteri ekstrak lidah buaya pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro untuk alternatif pencegahan mastitis. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan mendapatkan pengalaman untuk melakukan penelitian eksperimen selama penelitian berlangsung. 1.4.2 Manfaat akademik Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pembanding dan masukan untuk penelitian selanjutnya. 4

1.4.3 Manfaat klinik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi tenaga medis untuk memanfaatkan tanaman lidah sebagai antiseptik. 1.4.4 Manfaat Masyarakat Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat tentang manfaat penggunaan lidah buaya sebagai obat tradisional yang berkhasiat sebagai antiseptik. 5