BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan olahraga di Indonesia cukup menarik banyak perhatian kalangan masyarakat. Salah satu unsurnya adalah karena prestasi atlet dapat memberikan rasa bangga bagi bangsa, negara maupun bagi pribadi atlet. Prestasi atlet merupakan suatu kumpulan hasil yang telah dicapai atlet dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya (Adisasmito, 2007). Ada tiga faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi yang optimal pada atlet yaitu: faktor fisik, tekhnis dan psikologis (Adisasmito, 2007). Fisik yang prima merupakan salah satu aset penting seorang atlet, selain itu atlet juga harus menguasai tekhnik dengan baik. Penelitian ini difokuskan pada faktor psikologis. Hal ini dikarenakan faktor psikologis sedemikian penting dalam dunia olahraga. Fungsi dari faktor psikologis adalah sebagai penggerak atau pengarah penampilan atlet (Adisasmito, 2007). Faktor psikologis merupakan struktur dan fungsi aspek psikis, baik karakterologis (emosi, motivasi, self-efficacy dan sebagainya) maupun kognitif (intelektual) yang bisa menunjang atau menghambat aktualisasi sesuai dengan potensi yang ada dan dilihat pada prestasi yang dicapai (Adisasmito, 2007). Faktor psikologis memiliki peranan yang penting pada pencapaian prestasi yang tinggi, 80% faktor kemenangan atlet profesional ditentukan oleh faktor psikologis (Adisasmito, 2007). Pembinaan olahraga dan pelatihan peningkatan kemampuan secara fisik, kognisi, maupun emosi diberikan kepada setiap atlet dalam rangka mencapai prestasi. Penyediaan sarana, fasilitas, hingga faktor pelatih yang berkualitas 1
2 menjadi perhatian utama. Para atlet dalam bidang olahraga yang sama diberikan program pelatihan yang sama dan diberikan perlakuan yang sama, menggunakan fasilitas berlatih secara bersama, dan terkadang dilatih oleh pelatih yang sama. Namun, pada hasil akhir atau prestasi yang dihasilkan pada tiap diri atlet berbeda. Bisa saja seorang atlet dapat memenangkan pertandingan berkali-kali, sedangkan lainnya tidak (Satiadarma, 2000). Faktor psikologis yang difokuskan dalam penelitian ini adalah motivasi. Terdapat berbagai teori mengenai motivasi, salah satunya adalah teori motif sosial yang di ungkapkan oleh David McClelland. Menurut McClelland (1961), seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada tiga jenis kebutuhan manusia menurut Mc Clelland (1961), yaitu kebutuhan untuk berprestasi (N-ach), kebutuhan untuk kekuasaan (N-pow) dan kebutuhan untuk berafiliasi (N-aff). Dalam peneltitian ini, peneliti tertarik akan motivasi berprestasi (N-ach). Hal ini dikarenakan salah satu peranan psikologis yang menunjang suatu prestasi para atlet adalah motivasi berprestasi. Prestasi atlet dapat berkaitan dengan motivasi berprestasi karena motif merupakan penggerak dan dorongan manusia bertindak dalam berbuat sesuatu. Menurut beberapa studi kepribadian, salah satu karakteristik yang menentukan kesuksesan atlet adalah tingginya kebutuhan untuk berprestasi (Cox, 2006). Kebutuhan inilah yang dikenal sebagai achievement motivation. Hal ini dikarenakan, setiap manusia pada dasarnya berbuat sesuatu karena adanya dorongan oleh suatu motivasi tertentu. Alderman (Gunarsa, 2008) menyebutkan bahwa dalam bidang olahraga, tidak ada atlet yang dapat menang atau menunjukkan prestasi yang optimal tanpa motivasi.
3 Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti dkk (2004) yang meneliti mengenai aspek psikologis dan pencapaian prestasi atlet nasional Indonesia, yang dilakukan terhadap sejumlah atlet dari beberapa cabang olahraga di Jawa Timur dan Bali menunjukkan bahwa atlet yang diteliti memiliki tingkat inteligensi minimal normal, minat yang tinggi terhadap olahraga yang ditekuni, motivasi internal dalam pencapaian prestasi, gaya belajar kinestetik, dan memiliki sikap hati-hati, percaya diri, ambisius, serta kebutuhan berprestasi yang tinggi. Temuan ini menemukan bahwa motivasi internal merupakan salah satu aspek psikologis pada pencapaian prestasi atlet, selain aspek psikologis lainnya yang telah dijabarkan yaitu: tingkat inteligensi minimal normal, minat yang tinggi terhadap olahraga yang ditekuni, gaya belajar kinestetik, dan memiliki sikap hati-hati, percaya diri, ambisius, serta kebutuhan berprestasi yang tinggi. Peran psikologi dalam olahraga prestasi telah dijelaskana dalam undangundang Republik Indonesia Nomor: 3 tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional yang lebih dikenal dengan undang-undang olahraga, secara eksplisit menegaskan bahwa: "olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan" (Dimyati, 2006). Olahraga prestasi adalah suatu sistem, maka evaluasi harus dilakukan secara komprehensip terhadap elemen-elemen pendukung olahraga prestasi tersebut. Satu dari sekian elemen yang terkait adalah aplikasi ilmu-ilmu keolahragaan, termasuk Psikologi olahraga. Selama ini pemerintah dan para praktisi olahraga belum menyadari pentingnya pendekatan ilmu keolahragaan termasuk psikologi olahraga dalam pembinaan olahraga prestasi (Dimyati, 2006).
4 Perkembangan olahraga khususnya di Indonesia sudah sangat mendapatkan perhatian besar dari masyarakat. Rahmaisya (2011) mengungkapkan bahwa, Indonesia pernah berjaya pada Sea Games pada periode tahun 1977-1999, namun hal ini terus menurun seiring dengan berjalannya waktu. Dari tahun ke tahun, prestasi olahraga Indonesia cenderung menurun. Contohnya di Olimpiade Sydney 2000, Indonesia masih ada di peringkat ke-37 dan unggul atas Thailand di peringkat ke-47, tetapi empat tahun kemudian di Olimpiade Athena 2004, Indonesia hanya berada pada peringkat ke- 48. Thailand malah melonjak ke peringkat ke-25 di Olimpiade Athena 2004. Prestasi altet Indonesia kini mengalami penurunan, hal ini terbukti dari Sea Games ke-24 tahun 2007 menempatkan Indonesia di posisi empat besar. Indonesia berada di bawah Thailand dan Vietnam, dimana Thailand yang memperoleh posisi satu sebagai juara umum. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas cabang olahraga futsal. Hal ini dikarenakan, cabang olahraga futsal sudah cukup banyak mendapatkan perhatian yang tinggi dikalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari observasi peneliti dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas olahraga yang sederhana dan sangat mudah dapat dilakukan oleh segala kalangan masyarakat. Terlihat dari banyak tempat penyewaan sarana olahraga futsal yang tersebar luas atau turnamen yang diadakan di tengah-tengah masyarakat. Baik pertandingan antar sekolah, universitas, maupun antar klub atau umum. Selain karena antusias masyarakat yang cukup tinggi dalam olahraga futsal, peneliti juga masuk ke dalam dunia perfutsalan di Indonesia (futsal putri). Olahraga futsal, masuk ke Indonesia pada tahun 1998-1999. Setelah itu, pada tahun 2000 cabang olahraga futsal mulai dikenal masyarakat luas di Indonesia. Pada saat itulah futsal mulai berkembang dengan maraknya sekolah-
5 sekolah dan pertandingan-pertandingan futsal di Indonesia. Pada tahun 2002 AFC meminta Indonesia untuk menggelar kejuaraan Asia (http://magistrautamafutsalclub.blogspot.com/2011/11/sejarah-futsal-diindonesia.html/, diunduh 20 November 2011). Cabang olahraga futsal berawal didominasi oleh pria. Akan tetapi pada tahun 2010 pihak Badan Futsal Nasional (BFN) memerintahkan untuk membentuk tim atlet futsal putri dalam rangka, penyelenggaraan salah satu pertandingan terbesar futsal putri di Indonesia yaitu, Liga Futsal Wanita Indonesia. Liga Futsal Wanita Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 2010 yang ditujukan untuk mempersiapkan tim pelatnas. Tim pelatnas tersebut nantinya akan diseleksi dan mengikuti Sea Games 2011. Sekitar 20-25 pemain akan dipantau untuk pelatnas tim nasional putri yang akan dimulai bulan Januari tahun 2011 (Syaibani, 2010). Liga tersebut diikuti oleh para atlet putri profesional yang tentunya sudah mempunyai kemampuan yang baik dalam bidang cabang olahraga futsal. Futsal diciptakan oleh Juan Carlos Ceriani di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan, terutamanya di Brasil. Ketrampilan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat dilihat dalam gaya terkenal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil di luar ruangan, pada lapangan berukuran biasa (Tenang, 2008) Dalam penelitian ini, peneliti membagi sampel ke dalam 3 kelompok, yaitu atlet pelatnas, profesional dan amatir futsal putri Indonesia. Peneliti ingin melihat dari salah satu segi faktor piskologis yaitu perbedaan motivasi berprestasi pada setiap kelompok atlet. Apakah ada perbedaan motivasi berprestasi atlet futsal pelatnas, profesional dan amatir futsal putri Indonesia. Menurut Smith (dalam Satiadarma, 2000), motivasi memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi
6 prestasi atlet. Motivasi berprestasi, adalah refers to a persons efforts to master a task, achieve excellence, overcome obstacles, perform better than the others, and take pride in exercising talent (h.61), artinya usaha seseorang berorientasi pada penguasaan tugas, mencapai yang terbaik, mengatasi hambatan penampilan lebih baik dibanding orang lain dan bangga dengan latihan yang sesuai dengan bakat (Murray dalam Weinberg dan Gould, 2003). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan identifikasi masalah yaitu, bahwa faktor psikologis berperan dalam pencapaian prestasi atlet. Salah satu konstruk psikologi adalah motivasi dan secara khusus motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah usaha seseorang yang berorientasi pada penguasaan tugas, mencapai yang terbaik, mengatasi hambatan, penampilan yang lebih baik dan bangga akan latihan yang sesuai dengan bakat. Dengan kosntruk seperti motivasi berprestasi. Peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan motivasi berprestasi pada atlet nasional, profesional dan amatir. 1.3 Tujuan Penulisan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak suatu perbedaan motivasi berprestasi dari atlet pelatnas, atlet profesional dan atlet amatir futsal putri Indonesia. 1.4 Manfaat A. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis diadakannya penelitian ini adalah untuk menambah keberagaman literatur dalam hal perbedaan motivasi berprestasi pada atlet
7 pelatnas, dengan atlet profesional dan atlet amatir futsal putri Indonesia. khususnya dalam hal profil psiokologi atlet yaitu dalam pidang psikologi olahraga. B. Manfaat Praktis Memberikan penjelasan serta pembinaan bagi para atlet perihal perbedaan motivasi berprestasi atlet pelatnas, dengan atlet profesional dan atlet amatir futsal putri Indonesia dan juga dapat memberikan beberapa acuan serta manfaat baik bagi atlet itu sendiri maupun bagi pelatih sebagai bagian dari prestasi atlet. Manfaat bagi pelatih Dengan mengetahui perbedaan motivasi berprestasi yang dimilki para atlet pelatnas, dengan atlet profesional dan atlet amatir futsal putri Indonesia, diharapkan pelatih yang menjadi suatu bagian dari para atlet dapat menemukan cara-cara efektif atau sebagai sebuah pembinaan, guna membantu untuk meningkatkan motivasi berprestasi pada para atlet. Selain itu pelatih dapat lebih peka kepada para atlet khususnya dalam hal suatu profil psikologi yang berperan penting dalam hal suatu prestasi. Pelatih dapat membedakan motivasi berprestasi para atlet sehingga diharapkan pelatih akan lebih bisa membina para atlet sesuai dengan motivasi berprestasi tersebut, Manfaat Bagi Atlet Dengan mengetahui perbedaan motivasi berprestasi yang dimilki para atlet pelatnas, dengan atlet profesional dan atlet amatir futsal putri Indonesia, diharapkan melalui penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mempertahankan serta mengembangkan atau meningkatkan motivasi berprestasi agar para atlet dapat memilik prestasi yang baik dan maksimal dalam penampilannya..
8