BAB II LANDASAN TEORI. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa pertama yang dikuasai oleh

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara. sebagai sebuah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada penelitian ini terdapat beberapa teori yang mendukung, diantaranya prestasi belajar matematika, metode

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rika Kustina 1 dan Marhamah 2. Abstrak. Kata Kunci: Struktur Teks Cerpen, Number Heads Together, Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Lampiran 46 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Metode NHT DOKUMENTASI KEGIATAN PRETEST. Gambar 1 : Peserta didik mengerjakan soal Pretest

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran geografi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta S.Pd, M.Pd Irvin Novita Arifin S.Pd, M.

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa, guru kurang menguasai

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Model Pembelajaran Cooperative Learning Pengertian Model Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

Menurut Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan dan pengalaman dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

Oleh: Veranika Siti Nurjanah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil belajar Fiqih antara yang menggunakan Model Pembelajaran. Numbered Heads Together (NHT) dan Konvensional (ceramah) terhadap

manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri sehingga mampu kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya di masa depan. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul Penelitian sebagai referensi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perencanaan Tindakan BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. 1. Menurut kurikulum 2006 salah satu tujuan dari pembelajaran matematika di SD/

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang baik. Hal ini sejalan dalam Undang-Undang No.20 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, persoalan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang kurang diminati atau kalau bisa dihindari oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN ` 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ZAKAT FITRAH DAN MAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sindy Marcelina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar dan mengajar di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

Transkripsi:

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menyimak Cerpen 1. Pengertian Menyimak Menyimak merupakan keterampilan berbahasa pertama yang dikuasai oleh manusia dan merupakan dasar bagi keterampilan berbahasa yang lain. Keterampilan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan secara lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1994 : 28). Pendapat lain mengatakan bahwa menyimak adalah suatu keterampilan atau kecakapan seseorang untuk mendengarkan, memperhatikan, memahami dan menganalisis secara kritis bentuk-bentuk bahasa lisan atau ujaran yang diteima melalui pendengaran, kemudian menyimpulkan dan menyimpan isi suatu informasi dan yang lebih penting lagi yaitu dapat mengkomunikasikan isi ujaran tersebut kepada orang lain (Sarwidi, 2008 : 17-18). Dari pendapat-pendapat di atas dapat diketahui bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan secara lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi. Setelah itu pendengar menyimpulkan dan menyimpan isi informasi tersebut. Yang paling penting dalam menyimak adalah pendengar atau penyimak dapat mengkomunikasikan isi ujaran tersebut kepada orang lain. Dalam proses penyampaian isi informasi ini dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan. Jadi menyimak adalah suatu proses 6

7 mendengarkan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi dan menganalisis secara kritis informasi yang diterima kemuadian menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain melalui bahasa lisan. 2. TujuanMenyimak Menurut Logan dah Sharope dalam Tarigan (1987 : 56), tujuan menyimak adalah sebagai berikit: a. Menyimak agar memperoleh pengetahutan dari bahan ujaran sang pembicara, dengan perkataan lain, menyimak untuk belajar. b. Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan. c. Menyimak untuk mengevaluasi. d. Menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya, (misalnya menyimak cerita, pembacaan puisi, musik dan lainlain), menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. e. Menyimak agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagsan, maupun perasaan-perasaan kepada orang lain dengan lancar dan tepat. f. Menyimak bertujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat. g. Menyimak dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis. Dengan tekun menyimak, sang pembicara meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan, dengan kata lain disebut dengan menyimak persuasif. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menyimak antara lain: a. Faktor Fisik Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifan dalam menyimak. b. Faktor Psikologis Faktor psikologis juga mempengaruhi proses menyimak. Faktor psikologis yang positif memberi pengaruh yang baik, sedangkan faktor psikologis yang negatif memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Faktor negatif itu antara lain, prasangka dan kurang simpati, dan keegosentrian dan keasyikan terhadap minat pribadi, pandangan yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan, sikap yang tidak layak terhadap pembicara. Faktor positif yang menguntungkan bagi kegiatan menyimak misalnya pengalaman masa lalu yang menyenangkan, yang telah menentukan minat dan pilihan, kepandaian yang beranekaragam.

8 c. Faktor Pengalaman Sikap merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan pengalaman. Kurang minat agaknya merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidk ada sama sekali pengalaman dalam bidang yang disimak. Faktor pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan menyimak. d. Faktor Sikap Pada dasarnya manusia mempunyai dua sikap yang utama yaitu sikap menerima dan sikap suka menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntunngkan dirinya, sedangkan sikap menolak ditujukan pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menyenangkan baginya. Kedua hal ini memberikan dampak pada menyimak, masing-masing dampak positif dan dampak negatif. e. Faktor Motivasi Motivasi merupakan salah satu butir penenti keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu, maka orang itu diharapkan akan berhasil dalam mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan menyimak. f. Faktor Jenis Kelamin Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatupun berbeda-beda. g. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar pada siswa pada umumnya. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik menyangkut pengaturan dan penataan ruang kelas serta sarana belajar dalam pembelajaran menyimak. Lingkungan sosial menyangkut suasana yang mendorong menyimak. Lingkungan sosial mencangkup suasanayang mendorong anak-anak untuk mengalami, mengekspresikan, serta mengevaluasi ide-ide. h. Faktor Peranan dalam Masyarakat Keterampilan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat. Peranan dalam masyarakat menjadi faktor penting bagi peningkatan kegiatan menyimak (Sarwidi, 2008: 48-57). B. Model PembelajaranKooperatif Tipe NHT(Numbered Heads Together) 1. Pembelajaran kooperatif Menurut Solihatin dan Raharjo (2009:4), pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih dimana keberhasilan sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok.

9 Menurut Anita lie (dalam Isjoni 2010:17) pembelajaran kooperatif sama dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugastugas yang terstuktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu sistem yang didalamnya siswa bekerja kelompok terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja. Keberhasilandalam belajar bukan hanya dari guru saja. Tetapi ditentukanpula oleh pihak lain yang juga terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu teman sebaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan juga oleh kerjasama dalam kelompok kecil yang terstuktur dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu pengelompokkan atau pembagian siswa dalam satu kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang anggota, bertujuan untuk melatih siswa bekerja sama dalam proses belajar mengajar, saling menghargai, dan saling menghormati pendapat satu sama lain. 2. Model Pembelajaran NHT (Humbered Heads Together) a. Pengertian NHT (Humbered Heads Together) MenurutA la (2010:10) Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu metode belajar secara kelompok dan setiap siswa diberi nomor kemudian guru memanggil nomor dari siswa secara acak. Sedangkan menurut Lie (2010:59) NHT merupakan suatu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

10 untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Salah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dipertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan (1993). Tehnik numbered heads together atau kepala bernomor terstuktur ini memudahkan dalam pembagian tugas. Dengan tehnik ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling berkaiatan dengan rekan-rekan kelompoknya. Dari pendapata la dan lie di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran kelompok secara terstruktur. Setiap siswa diberi nomor kemudian guru memanggil secara acak. Pemberian nomor ini bertujuan untuk memudahkan dalam pembagian tugas. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut aktif dalam kelompok masing-masing dalam membagikan ide untuk mencari jawaban yang paling tepat. Hal tersebut dikarenakan setiap siswa melaksanakan tanggung jawab pribadinya yang saling berkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. b. Langkah-langkah NHT Menurut Trianto (2010:82) langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut: 1) Penomoran (Numbering) 2) Pengajuan pertanyaan (Questioning) 3) Berpikir bersama (Heard Together) 4) Pemberian jawaban (Answering) Penomoran merupakan langkah pertama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada tahap ini, guru membagi siswa kekelompok atau tim yang beranggotakan

11 tiga sampai lima orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda-beda. Setelah pembagian nomor, langkah berikutnya adalah guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat diambil dari materi yang memang sedang dipelajari, pertanyaan yang dibuat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. Kemudian langkah yang ketiga yaitu siswa menyatukan pendapatnya mengenai jawaban pertanyaan yang diajukan guru dan memastikan bahwa tiap anggota kelompoknya/timnya sudah mengetahui jawabannya. Sedangkan sebagai langkah yang terakhir yaitu guru memanggil satu nomor dan siswa dari tiap kelompok yang nomornya sesuai, mengangkat tangannya dan mencoba untuk menjawab seluruh pertanyaan untuk satu kelas. Saat ini belum ada pedoman penilaian Numbered Heads Together (NHT). Pada evaluasi/penilaian dan memberi penghargaan pada kelompok, penulis menggunakan metode penilaian dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menggunakan langkah-langkah dalam Slavin (2008:151). Langkah-langkah penilaian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menghitung skor individu Langkah 1 : Menetapkan skor dasar Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor yang lalu atau skor diambil dari kuis yang pertama kali diadakan oleh guru. Langkah 2 : Menghitung skor terkini Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini. Rusman (2010:216) Langkah 3 : Menghitung skor peningkatan/perkembangan Siswa memperoleh poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah kuis

12 melampoi skor dasar mereka atau bahkan menurun dengan menggunakan skala yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 1 Perhitungan Perkembangan skor individu No Nilai Tes Skor Perkembangam 1. Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar/awal 0 poin 2. 10 sampai 1 poin dibawah skor dasar/awal 10 poin 3. Skor 0 sampai 10 poin diatas skor dasar/awal 20 poin 4. Lebih dari 10 poni diatas skor dasar/awal 30 poin 5. Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar atau awal) 30 poin Rusman (2010:216) 2) Menghitung skor kelompok Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok tersebut. Tabel 2. Penghargaan tim No Rata-rata Skor Kelompok Penghargaan 1 0-5 - 2 6-15 Tim Baik (Good Team) 3 16-20 Tim Baik Sekali ( Great Team) 4 21-30 Tim Istimewa (Super Tim) Rusman (2010:216) c. Kelebihan dan Kelemahan NHT Menurut A la (2010:100) pembelajaran kooperatif tipe NHT mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: 1) Kelebihan a. Setiap siswa dalam belajar menjadi siap semua b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

13 Kesiapan siswa untuk menerima materi pelajaran akan mempengaruhi berlangsungnya proses belajar mengajar apalagi dalam pembelajaran menyimak. Kesiapan siswa sangat diperlukan untuk mendengarkan materi simakan, misalnya mempersiapkan alat tulis untuk mencatat hal penting. Setelah guru memberikan materi simakan maka siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh karena kesiapannya terhadap informasi yang telah diperoleh. Keuntungan dari Numbered Heads Together (NHT) yang selanjutnya yaitu siswa yang pandai khususnya dalam materi menyimak dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Disini diperlihatkan betul bagaimana keaktifan siswa dalam bekerja sama kaitannya dengan rekan-rekan dalam kelompok masing-masing. 2) Kekurangan a) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. Salah satu prinsip pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah menjawab pertanyaan (answering). Dalam hal ini peranan guru sangatlah penting. Kemungkinan yang terjadi yakni pengulangan pemanggilan nomor oleh guru. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidaktelitian seorang guru. Oleh karena itu perlu adanya ketelitian dan kecermatan guru dalam pemanggilan nomor. b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil guru. Hal seperti ini kemungkinan bisa terjadi salah satunya karena faktor waktu. Oleh karena itu, guru harus sebisa mungkin dalam membagi waktu agar dari keempat prinsip pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat terlaksana semua. Khususnya ketika tahap menjawab pertanyaan (answering). Hendaknya semua anggota pada tiap-tiap kelompok memiliki kesempatan dipanggil guru. Hal ini bertujuan agar semua anggota

14 kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat jawabannya. Dari kelebihan dan kekurangan di atas dapat disimpulkan guru harus lebih hati-hati dan teliti agar tidak ada kesalahan dalam memanggil kelompok.untuk mengingat siapa saja siswa yang telah dipanggil, seorang guru juga bisa membuat catatan kecil. Semua siswa mempunyai hak yang sama dalam menjawab pertanyaan, sehingga hendaknya guru memanggil semua siswa untuk mengajukan pendapat jawabannya. Namun demikian, dalam proses pembelajaraan siswa tidak hanya sekedar paham dengan konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya dengan suasana kelas yang menyenangkan dan tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan karena menyimak merupakan kegiatan individu. C. Pembelajaran Kemampuan Menyimak Cerpen dengan Model NHT Menurut Trianto (2010:82) langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut: 1. Penomoran (Numbering) 2. Pengajuan pertanyaan (Questioning) 3. Berpikir bersama (Heard Togerher) 4. Pemberian jawaban (Answering) Guru melakasanakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaraan kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran menyimak cerpen yang telah disepakati sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang telah direncanakan

15 dalam 2 siklus penepatan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut: a. Kegiatan awal Penomoran: 1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok. Pembuatan nama kelompok berdasarkan nama gelombang televisi (Indosiar, RCTI, MNCtv, SCTV, Tvone, GlobalTV, TVRI). Penamaan kelompok yang demikian itu karena disesuaikan dengan materi pembelajaran yaitu menyimak. Guru menjelaskan bahwa menyimak tidak hanya dapat dilakukan melalui media rekaman seperti yang diterapkan dalam pembelajaran, tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan media audio-visual. Setiap kelompok terdiri dari empat siswa, kemudian setiap siswa dalam masing-masing kelompok diberi label nomor 1, 2, 3, dan 4. 2) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas serta mengaitkan dengan materi pelajaran sebelumnya. 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan model pembelajaran secara rinci. 4) Guru memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang materi pelajaran yang akan dibahas. b. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan materi pelajaran secara singkat. 2) Guru memperdengarkan rekaman cerpen Berlibur Bersama Teman Sekolah karya Alvin Syah D.R dan Sahabatku karya Fajar D.S. Pengajuan pertanyaan: 3) Guru mengajukan pertanyaan sesuai kisi-kisiuntuk seluruh kelompok.

16 Berpikir bersama: 4) Seluruh siswa dalam kelompoknya masing-masing memikirkan jawaban yang diajukan guru. 5) Guru mengarahkan diskusi kelas. Pemberian jawaban: 6) Setelah seluruh siswa menjawab pertanyaan, guru memanggil nomor dari kelompok secara acak dan memastikan setiap siswa dalam kelompok mengungkapkan jawabannya. 7) Siswa yang dipanggil nomornya mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. 8) Guru menegaskan jawaban siswa yang paling tepat dalam masing-masing kelompok. c. Kegiatan Akhir Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran. D. Kerangka Berpikir Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar secara profesional dan terampil dalam menggunakan metode dan media yang tepat dalam proses belajar mengajar yang menarik. Demikian juga peserta didik harus mempunyai kemauan dan kemampuan belajar yang tinggi serta harus berperan aktif dalam mengikuti proses belajar sehingga menjadi pribadi yang berkualitas. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar mengakibatkan keinginan dan minat yang baru, partisipasi belajar meningkat, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan metode

17 pembelajaran yang bervariatif akan sangat membantu keefektifan proses belajar mengajar dalam menyampaikan pesan da misi pelajaran pada saat itu. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mendukung. Salah satu faktor yang memiliki peran dalam rangka mencapai tujuan adalah ketepatan mengorganisir peserta didik. Guru sebagai pemegang kendali di kelas, mempunyai tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mencari model atau metode pembelajaran yang dapat membawa pengaruh besar pada pola pikir siswa dalam peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa, yaitu dengan menggunakan variasi model pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Togerher) merupakan suatu pendekatan yang berorintasi pada kerjasama, diskusi kelompok atau berpikir bersama, dengan cara melibatkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi yang tercakup dalam pelajaran serta mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Mengacu pada pendapat Lie Lie (2011:59) Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dengan pembelajaran menyimak cerpen model Numbered Head Together(NHT) diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi siswa. Menyimak merupakan kegiatan individu maka dari itu pendapat mengenai materi yang disimak dari masing-masing siswa tentu berbeda-beda. Guna menyamakan pendapat maka perlu diadakan diskusi mengenai isi cerpen antar siswa. Untuk mempermudah dalam diskusi maka dilakukan pembagian kelompok kecil dalam kelas. Kelompok tersebut dibentuk berdasarkan

18 model pembelajaran NHT, yaitu didalamnya terdiri dari 3-4 siswa dengan memberikan label nomor 1-4 pada tiap kelompok. Setiap kelompok diberi nama yang berbeda. Dalam hal ini peran guru sebagai penegas jawaban yang benar. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dimaksudkan untuk meningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. E. HipotesisTindakan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan antara lain: 1. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerpen siswa di kelas VIIA SMP Negeri 4 Purwanegara Kabupaten Banjarnegara. 2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan partisipasi atau aktivitas belajar siswa pada materi pelajaran menyimak cerpen di kelas VII A SMP Negeri 4 Purwanegara Kabupaten Banjarnegara.