Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. biasanya seseorang menjadi mahasiswa pada kisaran usia tahun. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. struktur nilai dan norma-norma pada masyarakat. Salah satunya, terjadi pada

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-21 yaitu dimana remaja tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Pada masa ini seseorang sudah bisa memisahkan mana yang baik dan buruk berdasarkan norma dan nilai yang berlaku sejak dulu. Sudah bisa memilih jalan hidup sendiri.seperti yang di kemukakan oleh saifurrahman (2015) Pada masa remaja seseorang dapat menentukan dan menilai tindakannya sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianutnya sesuai dengan hati nurani. Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasannya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya dan mana yang dapat di putuskan sendiri. Salah satu tugas perkembangan remaja akhir adalah memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan. Masa remaja merupakan masa dimana banyak permasalahan terjadi karena terjadinya perubahan seseorang menuju tahap yang lebih matang. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Hurlock (1999) bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh dengan masalah-masalah karena pada masa ini seseorang mengalami peralihan dari tahap satu ke tahap lainnya dimana seseorang mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, dan pola perilaku. Maka dari itu remaja dapat memiliki kecenderungan mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. (Pedoman Umum Tim Pembina, 2002)

Salah satu permasalahan tersebut adalah perilaku seksual. Saat ini kita hidup dizaman dimana ketika seseorang yang sendirian atau tidak memilki pasangan dianggap seseorang yang kuper atau kurang pergaulan. Sering kali kita melihat di berbagai media sosial seperti instagram dan facebook banyak orang yang membuat lawakan tentang seseorang yang jomblo dan biasanya ada juga sedikit unsur hinaan.orang jomblo dianggap sebagai orang yang tidak gaul dan kurang banyak teman, sehingga membuat seseorang menjadi minder dengan lingkungan sosialnya. Padahal tidak selamanya pergaulan dengan teman sebaya adalah baik, karena seringkali kenakalan remaja berawal dari pengaruh teman sebaya. Dampak negatif yang terjadi pada pergaulan dengan teman sebaya salah satunya adalah pornografi dan pergaulan bebas. Masa remaja merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Dimana masa ini menentukan pribadi macam apa yang akan di milikinya ketika dewasa, serta bagaimana dia bisa menumbuhkan life skill nya demi menghindari sesuatu yang negatif seperti perilaku seksual.hal ini didukung oleh pendapat cholisna (2018) yang mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali seks. Menurut Sarwono (2007) masalah seks pada remaja seringkali mengakibatkan kecemasan para orang tua, pendidik, penjabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Adapun pengertian perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis (Sarwono P. W., 2007). Sedangkan pengertian menurut (Chaplin, 2005) perilaku seksual adalah tingkah laku, perasaan atau emosi yang berasosiasi dengan perangsangan alat kelamin, daerah-daerah erogenous, atau dengan proses

perkembangbiakan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual adalah suatu kegiatan yang melibatkan suatu pasangan dengan merangsang daerah-daerah sensitif demi mendapatkan kepuasan seksual. Menurut penelitian sebelumnya tentang perilaku seksual di kost jatinangor pada mahasiswa yang mempunyai hubungan heteroseksual (pacaran) hasilnya 100% dari 100 mahasiswa melakukan beberapa perilaku seksual pada pasangannya (Wanti Mutiara, 2017). Sedangkan di Bandung, dari hasil polling yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) selama tahun 2000 2002 menyebutkan dari sekitar 1000 remaja responden terdapat 44,8% mahasiswa dan remaja Kabupaten Bandung telah melakukan perilaku seksual, sebagian besar dari mereka tinggal di sekitar PTN dan PTS besar di Bandung. Lalu, sebanyak 51,5% peserta melakukan hubungan intim di tempat kost. (Wanti Mutiara, 2017). Perilaku seksual remaja dalam berpacaran adalah manifestasi dorongan seksual yang diwujudkan mulai dari melirik ke arah bagian sensual pasangan sampai bersenggama yang dilakukan oleh remaja yang sedang berpacaran. Aktivitas seksual seolah-olah sudah menjadi hal yang lazim dilakukan oleh remaja maupun mahasiswa yang berpacaran. Hal ini senada dengan pendapat Hurlock (1999) yang mengungkapkan bahwa aktivitas seksual merupakan salah satu bentuk ekspresi atau tingkahlaku berpacaran dan rasa cinta (Fridya Mayasari, M. Noor Rochman Hadjam, 2000). Sedangkan pengertian pacaran itu sendiri menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 112 dalam Hana Zahab, 2017) Pacaran adalah menjalankan suatu hubungan di mana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat mengenal satu sama lain. Berpacaran atau mempunyai hubungan romantis biasanya melibatkan proses mencari orang spesial yang akan menemani dan kelak menjadi pasangan dalam pernikahan". Dapat disimpulkan bahwa berpacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang

diwarnai keintiman serta adanya ketertarikan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah. (Utami, 2017). Indonesia merupakan negara yang berada di bagian timur. Dimana dalam budaya timur perilaku seksual merupakan hal yang sangat sensitif untuk dibicarakan, karena di negara timur perilaku seksual hanya bisa dilakukan oleh pasangan suami istri yang sudah menikah dan sah secara agama maupun negara. Namun nyatanya kita lihat sekarang ini budaya barat sudah banyak mengikis nilai-nilai ketimuran yang berlaku di negara kita. Hal tersebut terjadi karena era globalisasi sehingga budaya barat mudah masuk dan di anggap sebagai trend, sehingga terkadang masyarakat timur yang melanggar norma atau nilai-nilai yang berlaku di lingkungan sekitar mengatasnamakan trend untuk membenarkan perilakunya. Beberapa hal di atas menyebabkan penurunan moral masyarakat timur zaman sekarang. Akibatnya, menjadi orang bermoral sudah tidak lagi di junjung tinggi semua orang yang penting hanyalah kesenangan dan gaya hidup.padahal menurut T.Jacob (1999) dalam jurnal ketahanan nasional mengemukakan bahwa menurut sebagian ahli, moral mempunyai basis biologis; ia diperlukan untuk bertahan hidup. Ada dua pengaruh yang bekerja pada makhluk hidup, yaitu egoisme dan altruisme atau individualisme dan kolektivisma, yang kedua-duanya diperlukan untuk bertahan hidup. Helden dan Richards (dalam Sjarkawi,2008) yang mengemukakan bahwa moral sebagai suatu kepekaan dalam pikiran dan perasaan dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan. Altruisma ini memerlukan moral untuk mengimbangi egoisma dan sebaliknya. Kehidupan ini memiliki banyak sisi. Ada sisi baik dan buruknya. Dalam keadaan seperti ini kita di tuntut untuk bisa memilih sisi mana yang akan kita ikuti. Hanya seseorang dengan

integritas moral tinggi yang bisa memilih sisi terbaik dengan mempertimbangkan moral yang berlaku. Sedangkan pengertian integritas moral adalah perilaku seseorang yang konsisten dengan nilai yang dianut, jujur, dan dapat dipercaya (Yukl dan Van Fleet dalam Dunn, 2009). Menurut Miller & Schlencker (dalam Dunn, 2009) terdapat tiga dimensi dalam integritas moral diantaranya adalah: (1) mengutamakan pentingnya keberadaan prinsip sebagai bagian dari konsep dirinya; (2) menggambarkan diri sendiri berperilaku lebih konsisten dengan prinsipprinsip mereka; (3) secara lebih kuat akan lebih memilih karakter yang berprinsip melampaui segalanya Pada bulan oktober peneliti melakukan studi awal dengan membagikan sejumlah kuesioner pada beberapa mahasiswa universitas negeri x. Karena pada dasarnya hubungan berpacaran diawali dengan jatuh cinta maka peneliti menanyakan apa yang mereka rasakan ketika jatuh cinta. Beberapa diantaranya mengatakan bahwa ketika mereka merasa jatuh cinta jantung mereka berdebar, merasa senang dan salah tingkah. Lalu ketika mereka merasakan hal tersebut beberapa ada yang ingin semakin tahu tentang lawan jenis dicintainya ada juga yang malah enggan bertemu dengan lawan jenis yang dicintainya karena malu dan merasa takut. Lalu selanjutnya, peneliti menanyakan adakah ketertarikan untuk menjalin hubungan lebih jauh. Seperti berpegangan tangan, berpelukan dan berpacaran. tujuh dari lima belas responden menjawab ada. Walaupun beragam jawabannya ada yang menyatakan bahwa mereka ingin berpacaran. Ada yang menyatakan ingin berpegangan tangan, hanya sekedar dekat dan ada juga yang menjawab pernah berpelukan dan saling kontak fisik satu sama lain dengan kekasihnya. Namun, beberapa mengatakan mereka justru tidak mau berhubungan lebih jauh karena beberapa alasan. Pertama, merasa takut di tolak dan lebih baik tidak mendekati. Kedua, karena perasaan

cinta ini menautkan dua jenis kelamin yang berbeda, beberapa menyebutkan tidak ingin berhubungan lebih jauh karena bukan mukhrim. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Integritas Moral dengan Perilaku Seksual Pra-Nikah pada Mahasiswa di Kota dan Kabupaten Bandung. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan bahwa hal yang menjadi permasalahan utama pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran Integritas Moral pada Mahasiswa di Kota dan Kabupaten Bandung? 2. Bagaimana gambaran Perilaku Seksual Pra-Nikah pada Mahasiswa di Kota dan Kabupaten Bandung? 3. Apakah terdapat hubungan antara Integritas Moral dengan Perilaku Seksual Pra-Nikah pada Mahasiswa di Kota dan Kabupaten Bandung? Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh data empirik mengenai Integritas Moral pada Mahasiswa Bandung. 2. Untuk memperoleh data empirik mengenai Perilaku Seksual di Luar Nikah pada Mahasiswa Bandung. 3. Untuk memperoleh data empirik mengenai hubungan antara Integritas Moral dengan Perilaku Seksual di Luar Nikah pada Mahasiswa Bandung.

Kegunaan Penelitian Kegunaan teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengetahuan khususnya pada bidang ilmu psikologi perkembangan mengenai integritas moral dengan perilaku seksual, sehingga dapat menjadi informasi bagi penelitian selanjutnya. Kegunaan praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi orang tua, pendidik, dan pemerintahan tentang kondisi moral dan perilaku seksual di kalangan mahasiswa. Agar menjadi perhatian khusus sebagai tindakan perventif demi mengurangi dampak negatif dari perilaku seksual di luar nikah.