BAB I PENDAHULUAN. baik. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga masyarakat juga mempunyai peran

dokumen-dokumen yang mirip
Lembaga Kemasyarakatan

Modul ke: Sosiologi INSTITUSI SOSIAL. Fakultas Psikologi. Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T. Program Studi Psikologi.

LEMBAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN STRUKTUR SOSIAL

LEMBAGA SOSIAL. Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

NORMA & LEMBAGA SOSIAL. fitri dwi lestari

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

Lembaga Kemasyarakatan. Yesi Marince, S.IP., M.Si

NORMA-NORMA MENGALAMI PROSES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

February 6, 2012 MK. ASKEB KOMUNITAS II : KONSEP DASAR MASYARAKAT : IG. DODIET ADITYA S, SKM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pembinaan merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

CIRI-CIRI LEMBAGA SOSIAL A. Ciri utama lembaga sosial (J.B. Chitambar) Merupakan seperangkat pola perilaku yg diterima termasuk peranan-peranan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

PRANATA SOSIAL. Daftar Isi. Pengertian Tujuan & Fungsi Karakteristik / Ciri-ciri Jenis-jenis Kategori Pranata Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan salah satu sarana pokok dalam ikut serta. dalam pembangunan mental, karena agama memberikan pedoman dan

I. PENDAHULUAN. perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDENREPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dapat memenuhi keutuhan atau tujuan yang dimilikinya.

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan era yang ditandai dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

2018, No.2-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III LEMBAGA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangkatan anak merupakan suatu kebutuhan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Panti Asuhan Dalam Perspektif PLS / PNF. Hartini (2005:12) mengatakan bahwa panti asuhan merupakan lembaga

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisiologis: makan, minum, kebutuhan rasa aman, rasa kasih sayang,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang

PERLINDUNGAN HAK ANAK

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI PONDOK ASIH SESAMI KECAMATAN BATURETNO KAPUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

perbuatan buruk disebut akhlak tercela sesuai dengan pembinaannya masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh dan bangunnya, sejahtera dan rusaknya

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

PENDAHULUAN Latar Belakang

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB IV ANALISA TERHADAP PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA PUNCAK HARI ANAK NASIONAL TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah aset bangsa yang harus dijaga dan di perhatikan dengan baik. Tidak hanya dalam lingkungan keluarga masyarakat juga mempunyai peran tersebut. Anak adalah generasi penerus yang akan menghadapi tantangan masa depan dalam arti bahwa suatu bangsa menginginkan kemajuan, masyarakat yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta disiplin. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 menegaskan bahwa pertanggung jawaban orang tua, keluarga dan masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkesinambungan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental, spritual maupun sosial. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia. Dalam kenyataanya tidak semua anak memperoleh hak-hak dan kesempatan yang sama. Berbagai permasalahan sering dihadapi oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada anak. Permasalahan Anak merupakan pekerjaan yang tiada henti-hentinya mulai dari kasus tracffingking, anak terlantar, anak jalanan, anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu, anak nakal, pekerja anak, 1

permasalahan anak akibat kecacatan dan jenis permasalahan anak karena kondisi ekonomi misalnya pengemis, dan gelandangan. Anak sebagai masa depan bangsa yang menjadi generasi penerus cita-cita bangsa meliputi hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dari perlakuan diskriminasi serta hak partisipasi. Upaya tercapainya hak-hak tersebut perlu diwujudkan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk mendapatkan pendidikan, pembinaan dan dukungan dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan diri. Permasalahan anak dari tahun ketahun semakin meningkat hal ini berkaitan erat dengan kondisi dan faktor lingkungan, ekonomi yang terhimpit, kurangnya perhatian orang tua menyebabkan anak menjadi liar, nakal, bebas, jika hal tersebut dibiarkan maka kasus penelantaran anak semakin meningkat. Dalam suatu keadaan normal anak dapat mendedikasikan dirinya dengan baik untuk bangsa karena berada dalam keluarga yang harmonis, dimana anak diberikan pembinaan yang terbaik dari keluarga. Pembinaan anak pada umumnya dilakukan oleh keluarga, oleh karena itu keutuhan keluarga sangat diperlukan bagi anak. Namun tidak semua anak beruntung untuk menjadikan diri mereka sebagai aset bangsa yang sehat. Masih banyak anak dalam keadaan tidak normal seperti, anak korban perceraian, anak yaitim piatu, anak dengan keluarga tidak mampu, dan masih banyak latar belakang yang lain yang mempengaruhi pembinaan anak yang kurang baik. Maka salah satu cara yang dapat dilakukan oleh anak-anak yang telah kehilangan satu ataupun dua orang tua mereka serta orang tua yang kurang mampu dengan memasukkan mereka ke dalam suatu lembaga sosial. 2

Lembaga sosial adalah keseluruhan dari sistem norma yang terbentuk berdasarkan tujuan dan fungsi tertentu dalam masyarakat. Banyak sekali macam lembaga sosial di masyarakat saat ini dan jenis-jenisnya di klasifikasikan dalam tipe-tipe lembaga sosial. Ada beberapa tipe lembaga sosial, dapat di klasifikasikan sebagai berikut: (dalam Soekanto, 1995). 1. Crescive institutions dan enacted institutions yang merupakan klasifikasi dari sudut perkembangannya. Crescive institutions di sebut juga lembaga-lembaga paling primer, merupakan lembaga yang tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Misalnya lembaga perkawinan. Enacted institutions dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu. Misalnya lembaga pendidikan yang semua berakar pada kebiasa-kebiasaan dalam masyarakat.pengalaman melakasanakan kebiasaan tersebut kemudian disistematisasi dan diatur untuk kemudian dituangkan ke dalam lembaga yang disahkan oleh Negara. 2. Dari sudut nilai-nilai yang diterima masyarakat timbul Basic Institution dan Subsidiary Institutions. Basic Institution klasifikasi atas dianggap sebagai lembaga sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan masyarakat. Misalnya keluarga, sekolah. Sedangkan Subsidiary Institutions dianggap kurang penting seperti misalnya lembaga hiburan untuk rekreasi. 3. Approved atau social sanctioned-institustions yang di pandang dari sudut penerimaan masyarakat. Social sanctioned-institustions adalah 3

lembaga yang diterima masyarakat seperti misalnya sekolah, perusahaan dagang dan lain-lain. 4. General institutions dan restricted institutions yang dipandang dari sudut faktor penyebarannya. Misalnya lembaga agama. 5. Operative institutions dan regulative institutions yang dilihat dari fungsinya. Operative institutions berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, misalnya lembag industri. Regulative institutions berfungi untuk mengawasi adat-istiadat atau tata-kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri. Seperti misalnya lembaga hukum. Dari beberapa tipe di atas, maka lembaga sosial mengasilkan lima jenis lembaga sosial,yaitu: 1. Lembaga keluarga. 2. Lembaga pendidikan, 3. Lembaga politik 4. Lembaga ekonomi, 5. Lembaga agama Dalam pembinaan anak dengan latar belakang kondisi sosial yang kurang normal maka diperlukan lembaga sosial dan panti asuhan termasuk dalam klasifikasi lembaga pendidikan. Ada jenis-jenis panti asuhan di Indonesia ini, seperti panti asuhan anak dan remaja, panti asuhan khusus balita, dan panti asuhan werda. 4

Panti asuhan anak membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara membina, mendidik, membimbing, mengarahkan, memberikan kasih sayang serta keterampilan-keterampilan. panti asuhan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik pada mereka dan menggantikan peranan keluarga bagi anak. Panti asuhan tersebut bertujuan memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak yatim, piatu, yatim piatu dan anak terlantar dengan pemenuhan kebutuhan baik fisik, psikologi, mental dan ketrampilan. Dalam hal ini pembinaan mental agama dan kepribadian merupakan suatu pendidikan pokok pada anak, karena dengan pembinaan agama dan kepribadian pribadi anak akan terbentuk dengan sendirinya, yaitu bisa mengetahui mana yang salah dan mana yang benar. Keberadaan panti juga diatur oleh pemerintah dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2009 Bab IV tentang sumber daya penyelanggaraan kesejahteraan sosial pasal 35. Berdasarkan pada data penelitian tahun 2008 jumlah panti asuhan Indonesia diperkirakan mencapai 5.000 s.d. 8000 panti yang membina anak-anak di seluruh Indonesia. Sedangkan yang tercatat oleh kementerian sosial RI jumlah panti asuhan di Indonesia berjumlah 6.570 panti. Pemerintah sendiri hanya memiliki dan menyelenggarakan sedikit dari panti tersebut, lebih dari 99% panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat, terutama organisasi keagamaan salah satunya Muhammadiyah.(www.depsos.co.id) Di jawa timur Panti Asuhan Muhammadiyah berjumlah 29 panti di seluruh jawa timur. Salah satunya adalah Malang. jumlah panti asuhan Muhammadiyah di Malang berjumlah 4 yang terbagi menjadi panti asuhan putra 5

Muhammadiyah, panti asuhan putri Aisyiyah, panti asuhan K.H. Mas Mansyur,dan panti asuhan Al-Munawaroh. Panti asuhan putra Muhammadiyah ditanggani oleh pimpinan cabang Muhammadiyah, sedangkan panti asuhan Muhammadiyah khusus puteri dilimpahkan kepada kumpulah ibu-ibu atau istri-istri dari pimpinan Muhammadiyah yang berada dalam perkumpulan Aisyiyah, sehingga panti asuhan khusus putri berada dalam pengawasan pimpinan Aisyiyah yang tidak lepas pula dari pengawasan pimpinan daerah Muhammadiyah. Pendirian panti asuhan putri Aisyiyah tidak selalu mengalami kemulusan ada kendala-kendala yang dialami oleh panti ini selama pendirian hingga saat ini. Seperti sebagai berikut: (dalam Profil Panti Asuhan Putri Aisyiyah Malang) 1. Kurangnya kamar untuk menampung anak lebih banyak lagi 2. Kurangnya tenaga asuh atau pembina yang menangani anak-anak asuh dalam panti asuhan putri Aisyiyah, 3. Tidak adanya tenaga ahli yang dapat membantu anak dalam hal-hal yang sulit mereka hadapi secara psikologi maupun sosial misalnya seperti psikolog ataupun pekerja sosial. 4. Peran pembina di sana dianggap tidak bisa membantu mereka dalam hal tersebut. Sehingga anak-anak cenderung menutup diri untuk mengungkapkan sesuatu. Dengan kendala-kendala tersebut panti asuhan putri Aisyiyah berusaha memperbaiki dari segi manajemen dan pembinaan agar dapat menghasilkan anakanak asuh yang dapat memajukan bangsa lebih baik lagi. Dengan melakukan 6

peninjauan kembali atau reorientasi pada pola pembinaannya saat ini agar menghasilkan anak asuh yang lebih berkualitas pada asaat mereka sudah tidak berada dalam panti asuhan. Saat ini pembinaan dalam panti asuhan yang diberikan oleh para pengasuh mengalami perubahan, namun tidak dengan pembinaan seperti pemberian sanksi, peneguran, serta perintah kepada anak asuh. Maupun asuhan yang diberikan pihak panti kepada anak, tidak juga mengalami perubahan. Para pengasuh memberikan asuhan seperti peraturan dan sanksi serta bimbingan terhadap anak sama. Walaupun anak-anak tersebut memiliki kasus atau masalah yang berbeda. Seperti, anak ketika mengalami masalah pribadi dalam diri mereka, para pengasuh hanya dapat memberikan nasihat yang membuat anak menjadi tidak bisa kembali kepada pengasuh bila terkena masalah lagi. Adapula ketika anak itu dalam masalah para pengasuh melihat kondisi yang biasa dalam diri anak tersebut. Sehingga pengasuh tidak mengerti anak asuh tersebut bermasalah atau tidak. Penanganan yang diberikan untuk anak yang membuat kasus pun kurang baik untuk membina anak asuh, seperti, ketika anak itu melanggar suatu peraturan yang kecil para pengasuh langsung bertindak keras terhadap anak tersebut. Tidak ada panggilan lembut yang diberikan untuk anak yang melanggar peraturan tersebut. Selain masalah pembinaan anak dan penangan kasus anak. Adapula peran pengasuh dimana sebagai pengganti dari orangtua kandung kurang berperan. Karena terlihat dalam pengasuhan puluhan anak pengasuh memberikan jarak pada mereka. Sehingga anak berada dekat dengan pengasuh menjadi takut. 7

Adapun pandangan dan cara pengasuhan yang berbeda dari pemimpin panti asuhan dan pengasuh, membuat pembinaan panti asuhan menjadi berbeda dan dapat menimbulkan masalah. Seperti pengasuh yang hanya 7 jam dalam membina panti asuhan khususnya anak asuh berbeda dengan pengasuh yang 24 jam bersama anak asuh. Hal ini sangat buruk jika tidak ada kekompakan dan tujuan yang sama dalam membina anak asuh. Karena pengasuhan menjadi tidak harmonis. Di ketahui bahwa tujuan pembinaan panti asuhan adalah mensejahterakan anak asuh tidak hanya secara fisik, psikologi, maupun sosial. Namun ketika para pembina(pengasuh) tidak dapat bekerja sama dengan harmonis maka tujuan dalam pembinaan panti tidak berjalan seperti yang diharapkan, yaitu kesejahteraan terhadap anak. Melihat permasalahan tersebut, maka panti melakukan peninjauan kembali untuk memperbaiki sistem dan pola pembinaan pada panti asuhan ini. Re-orientasi adalah suatu peninjaun kembali atau peninjauan ulang yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki sesuatu hal. (dalam Tim Prima Pena, 2006). Peninjauan ini juga didasarkan dengan Undang-undang No. 11 Tahun 2009 Bab VII Tentang Peran Masyarakat pada pasal 38 yaitu masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan pasal 41 Pemerintah memberikan penghargaan dan dukungan kepada masyarakat yang berperan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan sosial anak, Panti Asuhan Putri Aisyiyah berusaha memperbaiki segala kekurangan yang ada dalam panti. 8

Melihat permasalahan diatas tentang pola pembina anak asuh yang berada dalam panti asuhan dan secara khusus melihat perubahan dalam pembinaan panti asuhan yang dilakukan oleh panti asuhan putri aisyiyah membuat peneliti menyusun skripsi dengan judul RE-ORIENTASI POLA PEMBINAAN PANTI ASUHAN (Study Kasus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru, Malang). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana re-orientasi pola pembinaan anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru Malang? 2. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap re-orientasi pola pembinaan anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru Malang? C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengelola panti asuhan. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 9

a. Untuk mendiskripsikan atau mengungkapkan pembinaan anak asuh di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokaru Malang. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola pembinaan anak di Panti Asuhan Aisyiyah Putri Cabang Lowokwaru Malang. D. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Keilmuan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang khususnya mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Panti Asuhan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak pengelola panti asuhan tentang pola pengembangan guna mewujudkan panti asuhan yang berkualitas. b. Bagi penelitian yang lain hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian sejenis. E. Ruang lingkup penelitian ialah, Berdasarkan rumusan masalah diatas ruang lingkup untuk penelitian ini 10

1. Bagaimana re-orientasi pola pembinaan anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru Malang, - Profil Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru, Malang. - Metode pembinaan anak yang dilakukan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru, Malang. - Pelayanan sosial yang diberikan oleh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru, Malang. 2. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap re-orientasi pola pembinaan anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru, Malang? - Pembina Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru, Malang. - Anggaran Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Lowokwaru, Malang. 11