BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di sini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung dalam perumusan hipotesis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Teori Agensi adalah hubungan antara pemilik (principal) dan manajer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Publik, Debt to

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan yang merupakan salah satu sarana untuk

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengantindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2015 tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB I PENDAHULUAN. optimal bagi perusahaan. Kinerja manajemen dapat tercermin dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. iklim investasi. Emiten ramai-ramai mengalihkan portofolionya ke saham

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer). Adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekaligus menganalisis faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suwito dan Herawaty (2005) pasar modal memiliki peranan penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena praktik perataan laba terjadi juga di pasar modal Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. keuntungan yang dihasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menampilkan citra perusahaan yang baik agar bisa menarik minat investor

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Definisi Earnings Management (manajemen Laba)

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan menyajikan data keuangan termasuk catatan yang. selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. optimal bagi perusahaan. Kinerja manajemen dapat tercermin dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II LANDASAN TEORI. yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

BAB I PENDAHULUAN. PT Bank Lippo tahun PT Bank Lippo melakukan pemalsuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pemerintah, pelanggan, kreditur.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB I PENDAHULUAN. Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa. perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi,

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. atau laba yang sebesar-besarnya yang mengandung konsep bahwa perusahaan harus

ABSTRAK. Kata Kunci: Ukuran Perusahaan, Dividen Payout Ratio, Financial Leverage, Profitabilitas, Tipe Industri Dan Perataan Laba.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. rekayasa, melalui tindakan oportunis manajemen (agent) untuk memaksimumkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. karena baik buruknya kinerja perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan, Jaminan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat persaingan di dalam dunia bisnis memaksa. perusahaan untuk mempunyai keunggulan kompetitive untuk terus

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Di sini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung dalam perumusan hipotesis penelitian ini serta membantu dalam menganalisis hasil penelitian yang di dapat dalam penelitian. Sedangkan telaah pustaka yang berasal dari penelitian terdahulu, akan menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian yang didapat oleh penelitian terdahulu yang berkaitan dengan praktek perataan laba yang dilakukan perusahaan. Berikut ini landasan teori dan penelitian terdahulu yang berkaitan: 2.1.1 Income Smoothing( Perataan Laba ) Income Smoothing adalah proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan terlihat stabil. Menurut Jatiningrum (dalam Abiprayu, 2011;61), alasan adanya perataan laba antara lain, pertama rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan dapat mengurangi hutang pajak. Kedua, tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan laba dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan. Ketiga, tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan, karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah/gaji oleh karyawan/pekerja. Keempat, tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, dimana kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat ditekan, serta biasanya perusahaan lebih memilih untuk melaporkan pertumbuhan laba yang stabil daripada menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau menurun terlalu drastis. Berbagai metode yang digunakan dalam perataan laba diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi melalui kebijakan manajemen itu sendiri (accrual), misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. 19

Selain itu banyak juga perusahaan yang menerapkan kebijakan diskon dan kredit sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada akhir bulan terakhir tiap kuarter, sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu. 2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan dan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjulan meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan penelitian serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk mensabilkan laba. 3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam katagori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan operasi sulit untuk didefenisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non operasi. Dalam hal ini dapat digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan laba melihat kondisi pendapatan periode itu. Klasifiksi unsur-unsur laporan keuangan yang dijadikan dalam praktik perataan laba, yaitu; 1. Unsur Penjualan Saat pembuatan faktur. Misalnya: penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini. Pembuatan pesanan atau penjulan fiktif. Downgrading (penurunan) produk. Misalnya dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak kedalam kelompok produk yang rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya. 2. Unsur Biaya 20

Memecah faktur. Misalnya faktur untuk sebuah pembelian/pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian/pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi. Mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun ini. Berikut juga dijelaskan beberapa teori terkemuka yang berkaitan dengan perataan laba: 1. Teori Akuntansi Positif Tiga hipotesa yang dijelaskan, adalah sebagai berikut : Hipotesa Rencana Bonus (bonus plan hypothesis) Manajemen yang diberikan janji untuk mendapatkan bonus sehubungan dengan performa perusahaan terkait dengan laba perusahaan yang diperolehnya akan termotivasi untuk mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi bagian dimasa mendatang, diakui menjadi laba perusahaan pada tahun berjalan. Hipotesa Perjanjian Utang (debt covenant hypothesis) Dalam melakukan perjanjian utang, perusahaan diwajibkan untuk memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan oleh kreditur agar dapat mengajukan pinjaman. Beberapa persyaratan tersebut adalah persyaratan dari kondisi tertentu mengenai keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat tercermin dari rasio-rasio keuangan. Kreditur memiliki persepsi bahwa perusahaan yang memiliki nilai laba yang relatif tinggi dan stabil merupakan salah satu kriteria perusahaan yang sehat. Hipotesa Biaya Politik (political cost hypothesis) 21

Scott (2000) mengidentifikasikan ada beberapa pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan laba sebagai berikut : (a) Taking a bath, yaitu ketika perusahaan melaporkan adanya kerugian, maka manajemen melakukan kebijakan untuk melaporkan kerugian dengan jumlah yang besar sekaligus; (b) Income minimization, kebijakan ini dilakukan ketika laba yang diperoleh perusahaan tinggi atau meningkat. Hal umum yang dilakukan manajemen dalam praktek ini adalah dengan meminimalkan laba, contohnya adalah dengan membebankan beban penelitian dan pengembangan lebih besar di periode berjalan; (c) Income maximization, kebijakan ini dilakukan ketika laba yang diperoleh perusahaan rendah atau menurun. Hal umum dilakukan manajemen dalam praktek ini adalah dengan memaksimalkan laba, contohnya dengan mengalokasikan pendapatan tahun mendatang di periode tahun berjalan. 2. Teori Agensi Konsep perataan laba sejalan dengan konsep manajemen laba yang pembahasannya menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory). Menurut Jensen dan Meckling (1976;156), teori agensi adalah hubungan antara manajer dan pemilik dalam kerangka hubungan keagenan. Teori ini menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya, maka teori ini juga dapat memunculkan bahaya moral. Manajemen perusahaan yang melakukan praktek perataan laba dapat menyebabkan pengungkapan laba di dalam laporan keuangan menjadi tidak memadai yang mengakibatkan investor tidak memiliki informasi yang akurat mengenai laba, sehingga investor gagal dalam menaksir risiko investasi mereka. Ketika manajer mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak 22

dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya (Abiprayu, 2011;46). 2.1.2 Profitabilitas Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu, dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai rasio pengukurannya. ROA diukur dengan cara perbandingan antara laba bersih dengan total aset. ROA menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan kedalam bentuk total aktiva untuk menghasilkan laba. Profitabilitas berhubungan secara langsung dengan laba yang dihasilkan perusahaan, maka profitabilitas sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya perataan laba. Semakin tinggi kemampuan perusahaan menghasilkan laba, maka semakin tinggi pula kecenderungan melakukan perataan laba, seperti yang telah di jelaskan sebelumnya melalui teori agensi. Selain teori agensi, kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba didukung juga oleh teori akuntansi positif yang telah di jelaskan juga sebelumnya. 2.1.3 Leverage Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari hutang atau modal, sehingga dengan rasio ini dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap kepada pihak lain serta keseimbangan nilai aktiva tetap dengan modal yang ada. Leverage di ukur menggunakan Debt To Asset (DTA) sebagai rasio pengukurannya. DTA diukur dengan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Suranta & Merdistusi (2004;107), berpendapat bahwa semakin besar leverage maka akan lebih besar pula kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. Ini disebabkan jika rasio leverage semakin besar maka nilai hutang perusahaan semakin besar atau dengan kata lain semakin tinggi leverage berarti 23

proporsi hutang perusahaan lebih tinggi dibandingkan proporsi aktivanya, sehingga resiko perusahaan akan besar juga. Leverage berkemungkinan berhubungan langsung dengan perataan laba karena dengan semakin tingginya resiko yang dihadapi oleh investor perusahaan, maka ia menginginkan tingkat keuntungan yang tinggi pula, karena hal ini manajemen melakukan manipulasi laba dalam bentuk perataan laba. Penelitian yang dilakukan Ashari dkk. (1994;297) membuktikan bahwa leverage merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya perataan laba. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Zuhroh (1996;34) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perataan laba adalah leverage perusahaan. 2.1.4 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan, dimana pada penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari logaritma natural dari total nilai aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Ada beberapa cara dalam mengukur ukuran perusahaan antara lain: total aset, nilai pasar saham, dan lain-lain. Menurut jama an (2008;131) teori sinyal adalah upaya manajer menyampaikan informasi kepada pengguna laporan keuangan. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan berusaha mengirim sinyal kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan yang buruk, sehingga semakin besar suatu perusahaan akan semakin besar pula keinginan pemilik untuk memberikan sinyal yang baik pada pengguna laporan keuangan dan masyarakat agar mereka dapat melihat bahwa perusahaan tersebut memiliki keuangan yang stabil melalui laporan keuangan dengan laba yang stabil dari waktu kewaktu, sehingga nilai perusahaan tersebut pun akan semakin meningkat. Penentuan ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan kepada total aset perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Irsyad (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. 24

2.1.5 Dividend Payout Ratio Menurut Agus Sartono (2001;98) rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividend dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham. Dividen yang terlalu besar bukan tidak diinginkan oleh investor maupun perusahaan, tetapi semakin besar laba dan dividen yang diberikan maka hal itu tidak akan menguntungkan bagi perusahaan, Sedangkan jika dividen yang dibagikan kepada para investor terlalu kecil dapat menyebabkan pelepasan lembar saham yang dapat mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan tersebut. Demi menghindari hal-hal tersebut maka perusahaan akan cenderung terdorong untuk melakukan income smoothing. Uswati (2012) menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Pratama (2012) yang menyatakan hal serupa. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai praktik perataan laba (Income Smoothing) telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yang menghasilkan temuan yang bermacam-macam dan dengan variabel yang berbeda-beda.hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Made Yustiari Dewi dan I Ketut Sujana Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Pada Praktik perataan Laba Dengan Jenis Industri sebagai Variabel Pemoderasi di Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas. Hasil dari penelitian adalah ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan jenis industri tidak dapat memoderasi ukuran perusahaan dan profitabilitas pada praktik perataan laba 25

2. Andy Sri Haryadi (2011) 3. H Sandres Daniel. (2011) 4. Diastiti Okkarisma Dewi (2010) Bursa Efek Indonesia. Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan dan Komisaris Independen Terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin terhadap perataan laba (income smoothing) pada perusahaan property, real estate and building construction yang terdaftar di BEI. Pengaruh Jenis Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Profitabilitas, size perusahaan, komisaris indenpenden. Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Net Profit Margin, Operating Profit Margin. Jenis usaha, ukuran perusahaan, financial leverage. Profitabilitas, size perusahaan, dan komisaris independen secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing). Uji-t yang dilakukan menyimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan dan operating profit margin berpengaruh secara parsial terhadap perataan laba (income smoothing). Sedangkan financial leverage dan net profit margin tidak berpengaruh secara parsial terhadap perataan laba (income smoothing). Hasil pengujian Uji-F yang dilakukan menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin berpengaruh secara simultan terhadap perataan laba (income smoothing). Variabel jenis usaha dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tindak perataan laba pada perusahaan manufaktur dan keuangan. Sedangkan variabel financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tindak perataan laba pada 26

5 Dhamar Yudho dan Farah (2010) Aji Aria Mita 6 Dika Fajar Pratama (2012) Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba : Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI. 7 Ani Uswati Pengaruh Financial Leverage, Return On dan Asset Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Property, Real Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan. Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan, dan Dividend Payout Ratio. Financial Leverage, Return On Asset, Dividend Payout Ratio. perusahaan manufaktur tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap tindak perataan laba pada perusahaan keuangan. Hasil uji hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap praktek perataan laba, Besarnya kepemilikan publik serta keberadaan kepemilikan manajemen juga terbukti tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba yang dilakukan perusahaan, Sedangkan risiko perusahaan dan nilai perusahaan terbukti berpengaruh positif terhadap praktek perataan laba. Hasil uji hipotesis dari penelitian ini adalah profitabilitas,resiko keuangan,nilai perusahaan dan Dividend payout ratio tidak berpengaruh secara positif terhadap perataan laba. Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hasil dari penelitian ini adalah Return On Asset dan Dividend Payout Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan propert, real estate dan building contruction, sedangkan Financial Levrage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap income 27

Estate dan Building Construction Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008 2010. smoothing pada perusahaan property, real estate dan building construction. Beragamnya pendapat dari peneliti terdahulu yang dapat dilihat dari tabel diatas menjadi suatu fenomena menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian dalam topik ini. 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, maka penulis menyusun kerangka konseptual (theoretical framework) yang tercantum pada gambar 2.1 Profitabilitas (X1) H1 Leverage (X2) H2 Ukuran Perusahaan (X3) H3 Perataan Laba (Income Smoothing) (Y) Dividend Payout Ratio (X4) H4 H5 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 28

2.4 Hipotesis Penelitian Profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba sebab profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan maka, semakin besar pula pajak perusahaan tersebut, oleh karena itu meningkat pula kecenderungan perusahaan untuk melakukan perataan laba demi meminimalisir pajak yang akan di bayarkan oleh perusahaan. Profitabilitas yang stabil pun penting bagi perusahaan demi mendapatkan kepercayaan para investor, karena tentu saja para investor akan lebih yakin dengan perusahaan yang memiliki laba yang stabil daripada perusahaan dengan fluktuasi laba yang drastis. Penelitian ini pun didukung oleh teori agensi, dimana manajer yang memiliki kepentingan dengan naik atau turunnya laba cenderung akan melakukan perataan laba, contohnya, jika di perusahaan tersebut memberikan bonus apabila laba perusahaan meningkat maka manajer tentu ingin laba perusahaan, peningkatan yang konsisten akan lebih menguntungkan bagi manajer, maka jika ada satu periode perusahaan mendapat laba yang tinggi, manajer akan meratakan laba dengan mengalokasikan laba tersebut ke periode berikutnya. Selain teori agensi, kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba didukung juga oleh teori akuntansi positif yang telah di jelaskan juga sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1:Profitabilitas berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Leverage berpengaruh terhadap perataan laba karena semakin besar leverage maka akan lebih besar pula kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba. Jika rasio leverage semakin besar maka nilai hutang perusahaan semakin besar atau dengan kata lain semakin tinggi leverage berarti proporsi hutang perusahaan lebih tinggi dibandingkan proporsi aktivanya, sehingga resiko perusahaan akan besar juga. Semakin 29

tingginya resiko yang dihadapi oleh investor perusahaan, maka ia menginginkan tingkat keuntungan yang tinggi pula, karena hal ini manajemen melakukan manipulasi laba dalam bentuk perataan laba. Ashari dkk. (1994;301) menyatakan bahwa leverage merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2:Leverage berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba karena perusahaan yang besar biasanya mendapatkan perhatian yang lebih besar dari berbagai pihak.akibatnya perusahaan perusahaan tersebut cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari naik turun laba yang darstis, juga karena fluktuasi laba dapat berpengaruh pada pajak, saham dan investor. Penelitian ini juga didukung oleh teori sinyal (signaling theory) yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung ingin memberikan sinyal kepada masyrakat tentang keadaan perusahaan dengan tujuan agar masyarakat dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk, sehingga semakin besar suatu perusahaan tentu akan besar keinginan pemilik untuk menunjukkan bahwa perusahaannya stabil dengan memberikan sinyal kepada masyarakat dan pengguna laporan keuangan berupa laba yang stabil dari waktu kewaktu, salah satu jalan untuk merealisasikan hal ini adalah dengan melakukan perataan laba. Gordon dalam dasar-dasar manajemen keuangan Husnan (2006;136) menyatakan kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmuran yang dapat dilihat dari size perusahaan, dimana semakin besar suatu perusahaan dengan laba yang stabil akan memberikan efek yang lebih baik bagi perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3:Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) 30

Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap income smoothing karena investor akan lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki laba yang stabil dengan dividen yang stabil juga. Dengan melakukan praktik perataan laba (income smoothing) maka perusahaan dapat mencegah fluktuasi laba dan menghindari memberikan dividen yang terlalu besar maupun yang terlalu kecil kepada investor yang di kemudian hari dapat mencegah masalah-masalah seperti kesulitan likuiditas keuangan atau menurunnya harga saham yang dikarenakan terlalu besar atau kecil dividen yang diberikan di masa yang akan datang. Beidelman (1973;68) mengatakan salah satu alasan yang digunakan manajemen untuk melakukan income smoothing adalah untuk mengantisipasi pola fluktuasi laba periodik dan mengurangi/menambahkan kembalian (dividend) yang diharapkan dari perusahaan berdasarkan laba tahun bersangkutan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H4: Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Berdasarkan kesimpulan sementara diatas hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen,peneliti berasumsi bahwa secara simultan profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba (Income smoothing). Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H5: Profitabilitas,Leverage,Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio berpengaruh baik secaraparsial maupun simultan terhadap Perataan Laba (Income Smoothing). 31