45 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling mudah dicerna dan yang terbaik bagi bayi karena dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996). Air Susu Ibu adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garamgaram anorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar mamma dari ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (Soetjiningsih,1997). Air Susu Ibu merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum ianpa ada persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi. ASI adalah pemberian Tuhan yang nilainya tidak dapat disamai oleh susu pengganti apa saja yang dibuat oleh manusia. ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi. Oleh karenanya ASI merupakan makanan terbaik dan paling baik untuk bayi (Winarno, 1987). 2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa terjadwal dan tanpa memberikan makanan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua tahun (Purwanti, 2004).
46 Mengapa pengenalan makanan tambahan dimulai pada usia 6 bulan dan bukan 4 bulan? Pertama, dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada kenyataannya, 60 % bayi belum 4 bulan sudah mendapat tambahan susu sapi. Kedua, bayi pada saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya mulai matur. Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya sepsrti saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan tertutup rapat setelah bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian usus bayi setelah berumur mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk. Pemberian makanan padat / tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI Eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan tambahan sebelum 4 atau 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya. ( Roesli, 2008). 2.1.2 Komposisi ASI ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan
47 biokimia yang sangat tepat ini bagai suatu simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia. (Roesli, 2008). Berdasarkan komposisi dari hari ke hari laktasi dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Kolostrum (Susu jolong ) ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke 4 / ke 7 (Roesli, 2008) a. Berwarna kekuning kuning dan lebih kental dari pada susu yang dihasilkan kemudian dan mengandung lebih banyak antibody dan sel darah putih yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai usia 6 bulan ( King, 1993). b. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matang mengandung zat anti infeksi 10 17 kali lebih banyak dibanding dengan ASI yang matang. Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dibandingkan dengan ASI matang. Total energi lebih rendah dibandingkan dengan susu matang (Roesli, 2008). c. Volume kolostrum antara 150 300 ml / jam d. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. 2. ASI Transisi / Peralihan a. ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. b. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi. c. Volume semakin meningkat.
48 d. Disekresi dari hari ke- 4 sampai hari ke- 10 dari masa laktasi (Soetjiningsih, 1997). 3. ASI Matang / Mature a. Merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke- 14 dan seterusnya. b. Para ibu yang sehat dengan produksi yang cukup, ASI merupakan makanan satu satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Roesli, 2008). c. Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning kuningan akibat dari warna garam Ca-caseinat, Ribovlafin dan karoten yang terdapat didalamnya. 2.1.3. Volume ASI Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama bayi lahir biasanya besar, tetapi setelah itu sekitar 450 sampai 650 ml. Seorang bayi memerlukan sebanyak 600 ml ASI per hari. Jumlah tersebut dapat tercapai dengan menyusui bayinya selama 4 6 bulan pertama. Karena itu, selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan akan mendapat makanan tambahan (Winarno, 1987). Dalam keadaan produksi ASI normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah lima menit pertama penyedotan/pengisapan oleh biasanya berlangsung sampai 15 25 menit. Perhitungan sederhana mengenai berapa jumlah Air Susu Ibu yang diperlukan oleh bayi menurut Winarno (1987) adalah bahwa bayi normal memerlukan 160 165
49 ml ASI/KgBB/hari. Dengan demikian, bayi dengan berat badan 4 kg memerlukan 660 ml ASI per hari dan 825 ml per hari dengan bayi berat 5 kg. 2.2. Produksi ASI. Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau diransang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut meransang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengendalikan air susu.. Proses pengeluaran air susu tergantung juga pada let down reflex, isapan puting susu dapat meransang kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang meransang serabut otot halus didalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar (Winarno, 1987). Air Susu Ibu dihasilkan oleh kelenjar jaringan susu yang sangat banyak jumlahnya didalam payudara, kemudian dialirkan oleh saluran-saluran menuju putting susu. Kemampuan jaringan payudara ini dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang kadarnya meningkat setelah ibu melahirkan. Kadar prolaktin juga dipengaruhi oleh faktor emosi, kondisi kesehatan dan kecukupan gizi ibu. Selain itu ransangan pada putting susu ibu berupa isapan mulut bayi juga akan meningkatkan hormon oksitosin dalam darah yang mengatur pengeluaran air susu melalui putting susu. Ini berarti bahwa untuk memperoleh ASI yang cukup dan sehat, perlu adanya kerjasama yang baik antara ibu dan bayi. (Roesli, 2008).
50 2.3. Manfaat Pemberian ASI. 2.3.1. Manfaat Bagi Bayi Beberapa manfaat pemberian ASI yang diperoleh bayi antara lain (Soetjiningsih, 1997) : 1. Sebagai nutrisi 2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, Kolostrum mengabdung zat kekebalan 10 17 kali lebih banyak dari susu matang. 3. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan, karena ASI mengandung taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang. 4. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang. 5. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan sampai usia enam bulan. 6. Melindungi anak dari serangan alergi. 7. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara. 8. Membantu pembentukan rahang yang bagus. 9. Mengurangi resiko terkena kencing manis, kanker pada anak dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung. 10. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI Eksklusif akan lebih cepat bisa berjalan. 2.3.2. Manfaat bagi Ibu 1. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan. 2. Mengurangi terjadi anemia.
51 3. Menjarangkan kehamilan. 4. Mengecilkan rahim 5. Mengurangi kemungkinan menderita kanker. 6. Lebih ekonomis / murah, tidak perlu dibeli. 7. Tidak merepotkan dan hemat waktu. 8. Memberi kepuasan bagi ibu. 9. Lebih cepat lansing. 10. Tidak pernah basi. 2.4. Pola Pemberian Makanan Pada Bayi. Tahun pertama khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang sangat kritis dalam kehidupan bayi. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang berlangsung dengan cepat, tetapi juga pembentukan psikomotor dan akulturasi terjadi dengan cepat. Air Susu Ibu ( ASI ) harus merupakan makanan utama pada masa ini, dan tidak perlu diberi makanan lain, kecuali bila ada tanda-tanda produksi ASI tidak mencukupi. Adapun cara pemberian ASI pada bayi umur 0-6 bulan adalah sebagai berikut: a. Susui bayi segera setelah lahir ( 30 menit ) Kontak fisik dan isapan bayi akan meransang produksi ASI. Pada priode ini ASI saja sudah dapat memenuhi gizi balita. b. Berikan kolostrum.
52 c. Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian tiap kali sampai payudara terasa kosong. d. Berikan ASI setiap bayi meminta/menangis tanpa dijadwal. ASI harus merupakan makanan satu satunya (eksklusif) untuk bulan pertama sampai bulan ke enam kehidupan bayi. Makanan tambahan pertama diberikan setelah bayi berumur 6 bulam terutama untuk memberikan tambahan energi serta untuk memulai proses pendidikan dan akulturasi. Kemudian akan terdapat kebutuhan makanan tambahan yang meningkat agar supaya campuran ASI dan makanan tambahan tersebut dapat memberikan energi dan protein yang diperlukan bayi. Pada suatu saat makanan tambahan secara keseluruhan menggantikan peranan ASI, dalam hal ini berarti si bayi disapih atau tidak meyusui lagi pada ibunya (sebaiknya hal ini dilakukan bila si bayi telah berumur dua tahun). Memperkenalkan makanan tambahan pada usia tersebut disebabkan karena alasan psikologis dan psikososial (Whitehead, 1986). Gambar 2.1. Pola Pemberian ASI / MP ASI Menurut Golongan Umur. Umur Jenis Frekuensi Contoh Komposisi (bln) 0-6 ASI Sekehendak 6-9 ASI Buah Makanan lumat Telur 9-12 ASI Buah Makanan lumat Makanan lunak Makanan lembek Telur Sumber : Suhardjo, 1992 Sekehendak 1 2 kali 1 kali 1 kali 2 kali 1 2 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali Jeruk,pisang,apel Nasi Tim Nasi lembek + ikan Tepung-tepungan dibubur, beras, kentang, wortel Beras, kentang, wortel, mie, bihun, telur, ikan, daging, sayur, dll.
53 2.5. Laktasi Laktasi adalah pembentukan, penyimpanan dan pengeluaran ASI. ASI merupakan makanan pokok bagi bayi, makanan yang terbaik bagi bayi, makanan yang bersifat alamiah, bagi tiap ibu yang melahirkan akan tersedia makanan bagi bayinya dari ibu sendiri. Dengan demikian bagi ibu yang menyusui akan selalu dekat dengan anaknya, dan bagi si anak akan lebih merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa tentram, aman, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor bagi perkembangan jiwa anak selanjutnya. Menyusui tampaknya tidak begitu penting, tetapi bila ditinjau secara psikologis, akan sangat memberikan keuntungan yang bersifat psikologis, walaupun ada keuntungan material : 1. Keuntungan material, dengan menyusui anak berarti lebih murah, ekonomis, karena ibu tidak usah membeli dan membuat susu buatan, dan tentu saja harus menyediakan biaya dan waktu. Dengan menyusui biaya akan lebih berkurang, cukup untuk makanan yang baik. Bagi ibu tidak usah membuatnya, memanaskan, jadi lebih praktis. 2. Mudah didapatkan, karena merupakan makanan alamiah, sudah dibawa sejak lahir, dan tidak didapat ditempat lain. 2.5.1. Proses Laktasi Pada waktu menyusu, bayi akan memeras ASI dari sinus kemudian acini akan memproduksi lagi dan menambah ASI kedalam saluran, selanjutnya ke sinus.
54 Keseluruhan proses ini dipengaruhi oleh system neuro hormonal yang kompleks. Secara singkat ada dua hormon yang berperan, yaitu prolaktin yang dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar hipophise didasar otak dan oksitosin yang dihasilkan oleh bagian posterior kelenjar hipophise. Prolaktin berfungsi meransang terbentuknya ASI didalam acinus, sedangkan oksitosin mempunyai peran untuk meransang sel myoepithel mengeluarkan ASI dari acinus. Keluarnya hormon hormon tersebut terjadi karena adanya ransangan pada putting susu ibu berupa isapan bayi (Hamid, 1997 ). Isapan bayi terhadap putting susu ibu yang terjadi segera setelah dilahirkan merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses menyusui. Isapan bayi tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses menyusui. Isapan bayi tersebut merupakan ransangan pada serabut saraf sensoris yang ada pada puting susu. Rangsangan ini diteruskan ke kelenjar hipophise bagian anterior untuk mengeluarkan prolaktin. Selain itu pada bagian posterior kelenjar hipophise juga diransang untuk menghasilkan oksitosin. Dengan melalui darah kedua hormon tersebut sampai ke payudara untuk menghasilkan dan mengeluarkan ASI. Dengan demikian menyusukan yang sering dan pengosongan payudara yang baik merupakan cara yang paling baik untuk mendapatkan ASI yang banyak.
55 2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif 2.6.1. Umur Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu sewaktu hamil yang sangat penting untuk siibu maupun janin dalam pembentukan ASI. Usia 16 20 tahun dianggap masih berbahaya meskipun lebih kurang resikonya dibandingkan umur sebelumnya namun secara mental psikosologis dianggap masih belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan dan kelahiran. Umur 20 30 tahun adalah kelompok umur yang peling baik untuk kehamilan sebab secara fisik sudah cukup kuat juga dari segi mental sudah cukup dewasa. Umur 31 35 tahun dianggap sudah mulai bahaya lagi sebab secara fisik sudah mulai menurun apalagi jika jumlah kelahiran sebelumnya cukup banyak atau lebih dari tiga (Depkes RI, 1999). Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI dibanding ibu yang sudah tua. Produksi ASI akan mengalami perubahan pada kenaikan jumlah paritas walaupun tidak bermakna dimana pada anak pertama jumlah ASI sebanyak 580 ml per 24 jam, anak kedua 654 ml per 24 jam, anak ke tiga 602 ml per 24 jam, anak keempat 600 ml per 24 jam, anak kelima 506 ml per 24 jam dan anak ke enam 524 ml per 24 jam. (Winarno, 1987). 2.6.2. Pendidikan Menurut Tobing (2002), pendidikan memiliki peranan yang penting dalam menentukan kualitas manusia dengan kata lain bahwa pendidikan ibu yang lebih tinggi akan membuat pemahaman akan pentingnya dan manfaat kolostrum dan ASI
56 eksklusif akan semakin baik serta dapat merawat dan memelihara kesehatan bayi sehabis melahirkan. Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam pola pemberian ASI, makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin rendah prevalensi menyusui. Dalam penelitian Sanjaya (1999) diperoleh kecenderungan ibu-ibu berpendidikan sekolah lanjut atas di Jakarta untuk tidak lagi memberikan ASI kepada bayinya. Pendidikan bertujuan untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menenemkan tingkah laku/kebiasaan yang baru pada pendidikan rendah serta meningkatkan pengetahuan yang cukup/kurang bagi masyarakat yang masih memakai adapt istiadat lama (Notoatmodjo, 1993). 2.6.3. Pekerjaan Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap orang lain. Pekerjaan yang diberikan merupakan kepuasan pada seseorang, dengan demikian ibu pekerja memiliki kaitan dalam pemberian ASI karena bekerja berat akan berpengaruh terhadap ASI yang diberikan pada bayi. Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan orang tua yang bersifat menghasilkan uang sehingga pendapatan keluarga dapat memadai kebutuhan anak guna pertumbuhan dan perkembangan anak. 2.6.4. Pendapatan Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pemberian ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini tidak cukup nyata, namun sebaliknya
57 di daerah perkotaan keadaan ini cukup nyata. Semakin tinggi tingkat ekonomi maka akan semakin berkurang prevalensi menyusui. Namun di Negara-negara industri frekuensi menyusui lebih tinggi dikalangan tingkat sosial atas. Menurut penelitian Sanjaya (2000), ada perbedaan bermakna dalam pemberian ASI dan penyapihan dengan penghasilan atau pendapatan keluarga, jadi, semakin tinggi pendapatan keluarga, maka anak akan semakin cepat disapih. Orang yang berpenghasilan tinggi akan lebih mudah untuk menggantikan ASI dengan susu formula. Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu untuk tidak menyusui bayinya, terutama ibu yang tinggal di daerah perkotaan, antara lain : a. Di perkotaan ibu-ibu lebih mudah dan cept mendapatkan informasi mengenai susu botol daripada menyusui. b. Umumnya diperkotaan, ibu melahirkan di RS atau RB yang tidak menganjurkan menyusui dan menerapkan pelayanan rawat gabung serta tidak menyediakan fasilitas klinik laktasi, pojok laktasi, dan sejenisnya. c. Pengaruh kemajuan teknologi pada perubahan sosial budaya mengakibatkan ibuibu diperkotaan umumnya bekerja diluar rumah dan semakin meningkat daya belinya. d. Semakin meningkat jumlah angkatan kerja wanita di berbagai sektor, sehingga semakin banyak ibu yang harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 6 bulan, setelah habis cuti bersalin. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif.
58 2.6.5. Kesehatan Ibu. Kehamilan yang baik adalah kehamilan yang tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan jasmani, rohani dan sosial baik untuk ibu maupun bayi yang akan dilahirkannya. Ibu yang melahirkan sesar dapat menyusui segera setelah ibu pulih (sesuai petunjuk dokter), demikian juga halnya bagi ibu yang sakit pada umumnya dapat terus menyusui bayinya. Bagi ibu yang menderita infeksi saluran pernafasan bagian atas harus menggunakan masker untuk mencegah penularan. Ibu hamil (kesundulan) juga dapat meneruskan menyusui bayinya dan jangan lupa untuk makan lebih banyak. Bayi sebaiknya disapih secara bertahap agar anak tidak merasa ditelantarkan ibu karena akan ada adik baru yang memerlukan perhatian ibu. Pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat menyibukan ibu dan anak menjadi rewel. Usahakan agar ibu lebih banyak istirahat dan santai, sehingga ibu dapat menyusui lagi dan memeuhi kebutuhan bayi. Dukungan dan pengertian keluarga (suami dan orang tua) sangat diperlukan untuk ketentraman ibu dalam menyusui bayinya, disamping itu nasihat dari mereka yang lebih berpengalaman akan membantu keberhasilan menyusui. Ada alasan yang cukup sering bagi ibu untuk berhenti menyusui adalah karena kesehatan ibu yang kurang baik, diantaranya karena ibu sakit. Tetapi, sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui dan jauh lebih berbahaya untuk memulai memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibu sakit. ( King, 1993). ASI mengering karena bayi berhenti mengisap dan bukan karena penyakit atau ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu ibu dianjurkan memeras ASI selama sakit
59 dan biarkan bayi menyusu lagi secepat mungkin setelah sembuh sehingga ASI tidak mengering. Bila ibu demam dan kehilangan banyak cairan karena berkeringat pasokan ASI bisa turun, ibu dianjurkan banyak minum air waktu sakit (King, 1993 ). 2.6.6. Konsumsi Obat dan Jamu Ada beberapa cara yang umumnya dilakukan ibu baik secara turun temurun maupun dari informasi yang diperoleh ibu setelah diketahui bahwa ASI tidak lancar, diantaranya : mengkonsumsi obat, jamu, dan cara alami dengan mengkonsumsi sayur katuk atau cara lainnya untuk meningkatkan produksi ASI. Pemakaian alat kontrasepsi diduga dapat mempengaruhi produksi ASI, namun khusus jenis pil yang mengandung estrogen tinggi akan menurunkan produksi ASI. Keadaan psikis ibu juga amat menentukan dalam keberhasilan menyusui. Ibu yang mengalami kecemasan akan lebih sedikit mengeluarkan ASI dibandingkan yang tidak. Ibu yang kurang percaya diri / tidak yakin bahwa ia mau menyusui dengan baik, adanya tekanan batin, takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, kesemua itu dapat mempengaruhi kegiatan menyusui. Maka untuk menghilangkan kecemasan tersebut ibu mengkonsumsi obat dan jamu agar tetap sehat, dan tetap bisa memberikan ASI kepada bayinya. Seperti halnya obat-obatan, pil kontrasepsi bisa mengurangi produksi ASI dalam waktu 2-3 minggu setelah penggunaannya. Bila ibu tampak tidak memiliki ASI yang cukup, kemungkinan pengaruh kontrasepsi yang digunakan (King, 1993). Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan produksi ASI, contohnya pil Klorpropamasin, Metoklopropamida. Bila ibu telah mencoba semua cara untuk
60 meningkatkan produksi ASI, maka ibu boleh meminta obat pada petugas kesehatan (King, 1993 ). 2.7. Kerangka Konsep Karakteristik Ibu 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Penghasilan keluarga Pemberian ASI Eksklusif Faktor ibu dalam pemberian ASI Eksklusif 1. Kesehatan Ibu 2. Konsumsi Obat 3. Konsumsi Jamu