BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian dan batasan anak usia prasekolah. b. Perkembangan anak usia prasekolah

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini berjudul Terjemahan cerita anak Churiippu Hoikuen,

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini Anasya Firdha Intan P

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Lingkungan yang mendukung perkembangan individu adalah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak Usia Prasekolah. a. Pengertian dan batasan anak usia prasekolah Anak usia prasekolah atau yang dikenal dengan masa kanakkanak awal (early childhood) berada dalam rentang usia antara 3-5 tahun. Disebut masa prasekolah karena anak mulai mempersiapkan diri memasuki dunia sekolah memalui kelompok bermain dan taman kanak-kanak (Gustian, 2001). b. Perkembangan anak usia prasekolah Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skiil) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan system organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan ini termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998). Anak usia prasekolah (3-5 tahun) mulai diarahkan untuk belajar di taman kanak-kanak oleh orangtuanya. Menurut Gustian (2001), taman kanak-kanak mendesain program-programnya dengan tujuan 11

agar anak mencapai kematangan dalam memasuki masa sekolah. Kematangan-kematangan tersebut menurut Gustian (2001) adalah sebagai berikut : 1) Kematangan fisik. Kematangan fisik dapat terlihat dari pencapaian anak dalam kemampuan menggunakan organ fisiknya, seperti telah siapnya otot-otot tangan dalam menggunakan alat tulis atau koordinasi yang baik antara indera mata dan tangan. Kematangan fisik juga berarti anak telah siap berada dalam kelas tanpa merasa letih sehingga anak memiliki kesiapan untuk menerima proses belajar mengajar di sekolah. 2) Kematangan emosional Kematangan emosional menunjukan anak telah siap.secara mental untuk menjalani waktu-waktunya di sekolah. Ia harus siap berpisah dengan orang tuanya dalam jangka waktu yang cukup lama, mampu memilih kegiatan sendiri dan menyelesaikan kegiatan yang dipilihnya. Anak juga harus memiliki cukup keuletan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

3) Kematangan intelektual. Pada aspek ini anak sudah mulai dapat berpikir secara teratur. Hal ini terlihat dari kemampuannya untuk memahami sebab-akibat. 4) Kematangan sosial. Kematangan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang yang ada disekolah seperti guru, dan rekan-rekannya. Anak harus mulai terbiasa untuk bergaul dan menjadi bagian dari kelompok. c. Karakeristik Anak Usia Prasekolah Karakteristik anak usia prasekolah adalah sebagai berikut (Laili,2005) : 1) Usia. Usia prasekolah merupakan saat yang tepat bagi anak untuk tumbuh mencapai puncak kemampuan anak-anak. Usia 3-5 tahun merupakan masa usia prasekolah. Usia prasekolah merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat (Laili, 2005)

2) Jenis Kelamin. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki motivasi belajar yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan anak perempuan (Laela, 2008). Untuk karakter anak usia prasekolah menurut Yusriana (2012) adalah sebagai berikut : 1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar. Anak usia prasekolah sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada usia 3-5 tahun anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mulai gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana. 2) Merupakan pribadi yang unik. Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia prasekolah, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan juga lingkungan. 3) Suka berfantasi dan berimajinasi. Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Imajinasi

adalah kemampuan anak untuk menciptakan obyek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata. Anak usia prasekolah sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. 4) Masa paling potensial untuk belajar. Masa itu sering juga disebut sebagai golden age atau usia emas. Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek. 5) Menunjukkan sikap egosentris. Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya terpenuhi. 6) Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek. Anak usia prasekolah memiliki rentang perhatian yang sangat pendek. Pehatian anak akan mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik perhatiannya.

7) Sebagai bagian dari makhluk sosial. Anak usia prasekolah mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi sosial ini anak membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajar untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia mulai merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. 2. Pendidikan Anak Usia Dini a. Definisi Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselennggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal (Depdiknas, 2002). Pendidikan Anak Usia Dina (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan

suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsang pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan informal (Suripto, 2008). b. Fungsi PAUD dan Menu Pembelajaran PAUD Wijana (2010) menyebutkan fungsi dari pembelajaran di PAUD yang terdiri dari fungsi adaptasi, fungsi sosialisasi, fungsi perkembangan dan fungsi bermain. Fungsi adaptasi berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri. Fungsi sosialisasi berperan dalam membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana ia berada. Fungsi perkembangan berperan dalam pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuh kenbangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang

bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya. Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan dengan mengeksplorasi lingkungannya dan melakukan interaksi yang aktif dengan teman sebaya, orang dewasa dan lingkungannya. Sedangkan fungsi bermain melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya sendiri. Melalui bermain anak dapat berlatih, meningkatkan cara berpikir dan mengembangan kreativitas. Dengan merancang pembelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain maka anak belajar sesuai dengan tuntunan taraf perkembangannya (Wijana, 2010). c. Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah Wong (2000) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Jadi pertumbuhan berhubungan dengan kuantitas yang maknanya terjadi pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukan dengan peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh. Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk

berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran. Proses tersebut terjadi secara terus menerus dan saling berhubungan serta ada keterkaitan antara satu komponen dan komponen yang lain. Jadi jika tubuh anak semakin tinggi dan besar, maka kepribadiannyapun akan semakin matang (Supartini, 2004). Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat suatu peristiwa yang dialaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan. Masa tersebut akan berlainan dalam satu organ tubuh, percepatan dan pertumbuhan tersebut merupakan suatu kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh, akan tetapi masih saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besarnya jumlah, ukuran, didalam tingkat sel, organ, maupun individu. Sedangkan peristiwa perkembangan anak dapat terjadi pada pertumbuhan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional dan intelektual (Hidayat, 2005). Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran besar

kecilnya fungsi organ, mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan secara intelektual dapat dilihat dari kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain sebagainya, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku sosial dilingkungan anak (Hidayat, 2005). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal apabila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan (Soetjiningsih, 1998). Hurlock (2005) menyebutkan setiap individu dalam setiap jenjang kehidupannya memiliki tugas perkembangannya masingmasing. Anak prasekolah memilki tugas perkembangan yang harus dipenuhi pada masanya. Tugas perkembangan anak prasekolah di antaranya adalah :

1) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum. 2) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. 3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya 4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. 5) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. 6) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. 7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai. 8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga. 9) Mencapai kebebasan pribadi. Hurlock (2005) mengemukakan ada beberapa tingkat perkembangan anak diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Perkembangan Fisik Anak Prasekolah Perkembangan fisik dipandang penting untuk dipelajari karena baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari - hari. Secara langsung perkembangan fisik

seorang anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak, sedangkan secara tidak langsung pertumbungan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan bagaimana anak memandang orang lain (Hurlock, 2005). Aspek fisik setiap anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejalan bertambahnya usia mereka. Kemudian terjadi peningkatan fungsi dari berbagai aspek fisik tersebut. Dengan ini terjadi perkembangan yang bersifat psikis yang meliputi aspek psikologis dan sosial. Indikatornya adalah anak lebih bertanggung jawab, mandiri, mampu beradaptasi, keinginan berkreasi, mengembangkan kemampuan diri hingga kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri serta keinginan untuk dihargai (Murmanto, 2007). 2) Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Perkembangan emosi terkait erat dalam proses perkembangan social. Respon yang nyaman menimbulkan penerimaan social yang baik, begitu pula sebaiknya. Kemampuan anak dalam perkembangan mental juga dipengaruhi oleh berbagai factor yang sebenarnya adalah bagian dari dimensi perkembangan sosial (Bahiyatun, 2008).

Karena emosi sangat berperan penting dalam kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan social (Hurlock, 2005) 3) Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah Perkembangan kognitif atau proses berpikir adalah proses menerima, mengolah sampai memahami informasi yang diterima. Perkembangan kognitif ditandai dengan kemampuan intelegensi, kemampuan memecahkan masalah serta kemempuan berpikir logis (Hurlock, 2005) 4) Perkembangan Psikososial Anak Prasekolah Perkembangan psikososial dimulai pada awal bayi. Bayi tersenyum dapat dianggap sebagai respon sosial. Pada usia prasekolah anak mempunyai minat yang nyata untuk melihat anak lain dan melakukan kontak sosial dengan anak. Anak akan melakukan komunikasi yang lebih sering dengan orang tua (Hurlock, 2005) Beberapa tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson (Santrok 2002), adalah sebagai berikut : a. Kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust versus mistrust) Adalah suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta

kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan. b. Otonomi dengan rasa malu dan keragu-raguan (autonomy versus shame and doubt) Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan (1-3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan keraguraguan. c. Prakarsa dan rasa bersalah (initiative versus guilt) Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka.anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas.

3. Kecerdasan Emosi a. Definisi Emosi Kata emosi berasal dari bahasa latin yaitu emovere yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal yang mutlak dalam emosi. Menurut Goleman emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, yaitu suatu keadaan biologis, psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Hurlock (2004) mengemukakan emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak adalah sebagai berikut : 1) Amarah. Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa amarah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, mengerlak, menendang, melompat-lompat atau memukul. 2) Takut Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalammenimbulkan rasa takut seperti cerita - cerita, gambar - gambar. Pada mulanya

reaksi rasa takut adalah panik, kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar dan bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang menakutkan. 3) Cemburu. Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orangtua beralih kepada oranglain didalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Anak yang cemburu dapat menunjukan perilaku seperti mengompol, pura-pura sakit atau menjadi nakal. Perilaku itu semua untuk menarik perhatian. 4) Ingin tahu. Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru yang dilihatnya. Juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh oranglain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukuman, ia bereaksi dengan bertanya. 5) Iri hati. Iri hati diungkapkan dalam bermacam-macam cara yang paling umum adalah mengeluh tentang baranngnya sendiri dengan mengungkapkan keinginannya untuk memiliki barang yang dimiliki orang lain.

6) Gembira. Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum, tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia. 7) Sedih. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya termasuk makan. 8) Kasih sayang. Anak-anak mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium obyek kasih sayangnya. Hurlock (2005) mengemukakan 3 faktor yang dapat mempengaruhi emosi kerja yaitu: 1) Kondisi Fisik. Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan maka orang akan mengalami emosionalitas yang meninggi. Biasanya orang berada pada keadaan lelah akan menjadi cepat tersinggung atau marah apabila ada yang mengusiknya.

2) Kondisi Psikologi. Kondisi psikologi yang penting antara lain intelegensi, tingkat aspirasi dan kecemasan. Tingkat intelegensi seseorang berhubungan dengan kemampuannya mengendalikan emosi. Kegagalan mencapai tingkat aspirasi yang timbul berulang dapat membuat keadaan cemas dan tidak berdaya. Kecemasan setelah pengalaman emosional tertentu sangat kuat akan membuat mereka takut kepada setiap situasi yang dirasakan mirip dan mengancam. 3) Kondisi Lingkungan. Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan emosi antara lain ketegangan yang terus menerus, jadwal yang terlalu ketat, dan terlalu banyak pengalaman menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan. b. Definisi Kecerdasan Emosi Goleman (2004) mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Kecerdasan emosi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan kecerdasan emosional tersebut, seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Kecerdasan emosi adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Salovey dan Mayer (dalam Stein & Book, 2002) mengemukakan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Adapun diantaranya kecerdasan emosi yang bisa dikembangkan anak usia prasekolah yaitu mandiri dan tanggung jawab, mengendalikan emosi, hormat dan santun, suka bekerja sama atau saling menolong, semangat dan tekun (Tussubha, 2008). c. Komponen-Komponen Kecerdasan Emosi Goleman (2004) menyebutkan lima wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari yaitu: 1) Mengenali emosi diri atau kesadaran diri (Self-Awareness)

Mayer (dalam Goleman, 2004) menyebutkan kesadaran diri adalah waspada baik terhadap suasana hati maupun pikiran kita tentang suasana hati. Individu cenderung memiliki cara-cara tersendiri dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, di antaranya adalah sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, pasrah. Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu kewaktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah. 2) Mengelola emosi atau pengendalian diri (Self-Control) Mengelola emosi atau pengendalian diri adalah menangani perasaan agar dapat mengungkapkannya dengan tepat, sehingga terjadi keselarasan antara emosi dan lingkungan. Individu dapat mengungkapkan emosinya dengan cara dan waktu yang tepat (Goleman, 2004).

Tujuan pengendalian diri adalah keseimbangan emosi, karena setiap perasaan memiliki nilai dan makna tersendiri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada perilaku maladaptif yang merugikan dirinya sendiri (Goleman, 2004). 3) Memotivasi diri (Self-Motivation) Goleman (2004) menyebutkan motivasi diri merupakan upaya dari diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu. Individu dengan motivasi diri yang baik akan memiliki emosi yang matang. Cara individu memotivasi diri berbeda dengan individu yang lain. Keberhasilan individu sangat tergantung pada cara memotivasi diri. Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat diketahui melalui cara mengendalikan dorongan hati, derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang, harapan, optimisme, dan keadaaan flow (keterlibatan pada suatu masalah). Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorangakan

cenderung memiliki pandangan yang posiif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. 4) Mengenali emosi orang lain (Emphaty) Mengenali emosi berarti kemampuan menangkap sinyal-sinyal sosial secara tersembunyi yang mengisyaratkan hal-hal yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain atau lebih dikenal dengan empati. Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri Goleman (2004). Interaksi sosial sangat berpengaruh pada kemampuan individu dalam berempati kepada orang lain. Interaksi sosial yang baik akan memudahkan individu mengetahui permasalahan apa yang sedang dialami oleh individu lain. Emosi di antara individu akan saling terikat sehingga seseorang dapat merasakan permasalahan yang sedang terjadi (Goleman, 2004). 5) Membina hubungan dengan orang lain atau keterampilan sosial (Social Skill) Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Untuk menangani emosi orang lain dibutuhkan dua keterampilan

emosi yaitu pengendalian diri dan empati. Keterampilan emosi ini menjadi landasan ini keterampilan berhubungan dengan orang lain akan menjadi matang dan tidak akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya ketrampilanketrampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan (Goleman,2004). d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Goleman (2004) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah: 1) Keluarga Kehidupan keluarga merupakan hal yang paling berpengaruh dalam membangun kecerdasan emosi. Goleman (2004) mengatakan bahwa keluarga merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi. 2) Pengalaman Semakin anak bertambah dewasa, semakin sedikit waktu yang dihabiskan dalam keluarga. Pengalaman-pengalaman di luar rumah akan memperkaya kecerdasan emosi anak. Hal-hal yang ditemui di luar rumah ada yang dapat meningkatkan kecerdasan emosi atau

justru mengurangi kecerdasan emosi. Teori Bandura mengenai belajar sosial mengatakan seseorang akan mempelajari perannya dari kontak sosial. Kecerdasan emosi yang dapat dipelajari dari adanya kontak sosial dengan orang lain (Goleman, 2004).

B. Kerangka Teori Berdasarkan kajian teori PAUD menurut Depkniknas (2002), teori kecerdasan emosi menurut Goleman (2004), teori perkembangan anak usia prasekolah menurut Hurlock (2005) dan karakteristik anak usia prasekolah menurut Yusriana (2012) dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut: Karakteristik Anak Usia Prasekolah a. Usia b. Jenis Kelamin c. Karakter anak usia prasekolah Perkembangan anak prasekolah Perkembangan emosi: Kecerdasan emosi a. Mengenali emosi diri atau kesadaran diri. b. Mengelola emosi atau pengendalian diri. c. Memotivasi diri. d. Mengenali emosi orang lain. e. Membina hubungan dengan orang lain atau keterampilan Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi: a. Keluarga b. Pengalaman (lama pendidikan) Perkembangan fisik a. Motorik b. Psikologis c. Sosial Perkembangan kognitif a. Kemampuan intelegensi b. Kemampuan memecahkan masalah c. Kemampuan berpikir logis Perkembangan psikosoial Bersosialisasi dengan temen sebaya, orang dewasa dan lingkungan Gambar 2.1. Kerangka teori (Goleman, 2004; Hurlock, 2005; & Yusriana, 2012)

C. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori, maka dapat digambarkan suatu kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Variabel bebas Karakteristik anak usia prasekolah a. Usia b. Jenis Kelamin c. Karakter anak usia prasekolah Variabel terikat Kecerdasan emosi Faktor yang mempengaruhi: a. Keluarga b. Pengalaman (lama pendidikan) Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian Keterangan: : Yang diteliti : Yang tidak diteliti D. Hipotesis Menurut Arikunto (2002), hipotesis diartikan sebagai suatu teori sementara, yang kebenarannya perlu diuji. Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian atau dalil sementara yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2002). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan karakteristik anak usia prasekolah dengan kecerdasan emosi di PAUD kecamatan Sigaluh, Banjarnegara.