I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau dengan garis pantai sepanjang km, merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman kayu putih sebagai salah satu komoditi kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. ekologi maupun sosial ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

Ekologi Padang Alang-alang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

EVALUASI ALIH FUNGSI TANAMAN BUDIDAYA TERHADAP POTENSI DAERAH RESAPAN AIRTANAH DI DAERAH CISALAK KABUPATEN SUBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. jenis salak yang terdapat di Indonesia, yakni : salak Jawa Salacca zalacca

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

2.7.6 Faktor Pembatas BAB III METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat Bahan Lokasi Penelitian...

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. potensial dapat mensubstitusi penggunaan kayu. Dalam rangka menunjang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

PENGERTIAN PERTANIAN 10/24/2007 ARTI PENTING SEKTOR PERTANIAN. PERTANIAN : Pertanian, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Perkebunan

BUKU RENCANA MANAJEMEN PLAN SUB DAS GOPGOPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

Evaluasi lahan. Pengertian lahan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

Secara umum pembagian wilayah berdasarkan pada keadaan alam (natural region) dan tingkat kebudayaan penduduknya (cultural region).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak lingkungan, secara ekonomi produktif dan menguntungkan dan serta secara sosial dapat diterima masyarakat (FAO, 1992). Program ketahanan pangan nasional berupaya memantapkan kondisi ketersediaan bahan pangan yang cukup sepanjang waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. Krisis pangan, energi, lingkungan dan keanekaragaman hayati secara keseluruhan menjadi masalah utama dalam pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia (Suryanto et al., 2012). Pertumbuhan penduduk dan kenaikan pendapatan mengakibatkan peningkatan permintaan bahan pangan dan produk pertanian lain, dan akan berlanjut pada masa depan. Peningkatan permintaan tersebut sebagian terjadi di negara-negara sedang berkembang, termasuk daerah tropik basah yang dihuni 33% penduduk dunia (Tohari, 2002). Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan permintaan seiring dengan kenaikan pertumbuhan penduduk adalah cengkeh, kakao dan kapulaga (Anonim, 2012). Cengkeh merupakan bahan baku bagi industri rokok, minyak atsiri maupun untuk obat-obatan. Kakao menjadi bahan dasar utama dalam produk cokelat, sedangkan kapulaga merupakan bahan campuran dalam pembuatan obat alami dan jamu tradisional. 1

Salah satu alternatif pilihan untuk meningkatkan potensi produksi tanaman dalam rangka memenuhi permintaan pasar tanpa perluasan area sekaligus sebagai konservasi adalah intensifikasi kawasan agroforestri yang menjadi sentra produksi tanaman cengkeh, kakao dan kapulaga. Agroforestri sebagai salah satu wujud sinergis strategis antara sektor pertanian, kehutanan dan lingkungan sangat penting untuk pembaharuan pengelolaan sumberdaya alam yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian dan sekaligus percepatan pencapaian kemakmuran (Sabarnurudin et al., 2011). Agroforestri sebagai suatu nama kolektif untuk sistem dan penggunaan lahan, dimana tanaman keras berkayu (pepohonan, perdu, palem, bambu, dll) ditanam secara bersamaan dalam unit lahan yang sama dengan tanaman pertanian dan atau ternak, dengan tujuan tertentu, dalam bentuk pengaturan ruang atau urutan waktu, dan di dalamnya terdapat interaksi ekologi dan ekonomi di antara berbagai komponen yang bersangkutan (ICRAF, 2003). Pegunungan Menoreh, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta merupakan sentra pengembangan cengkeh, kakao dan kapulaga dalam sistem agroforestri. Secara umum praktek agroforestri yang dikembangkan masyarakat di Pegunungan Menoreh masih belum produktif dan inovatif. Praktek-praktek agroforestri yang berkembang pada berbagai pola tersebut ada yang baik ( best practice) dan ada juga yang kurang baik. Hal tersebut terlihat dari status Kabupaten Kulonprogo yang masih termasuk daerah miskin ke dua di Yogyakarta setelah dari Kabupaten Gunungkidul (Suryanto, 2013). 2

Pembudidayaan cengkeh, kakao dan kapulaga yang diterapkan masyarakat belum memperhatikan faktor kesesuaian ekologi dengan menggunakan pendekatan fisiologis untuk mendapatkan produktivitas yang mendekati potensi hasilnya masing-masing. Hal tersebut wajar karena Pegunungan Menoreh mempunyai Topolithosequen yang sangat beragam. Topolithosequen adalah rangkaian tanah yang berhubungan tetapi berbeda ketinggian tempat satu dengan lainnya karena pengaruh topografi dan perbedaan batuan induk, sedangkan topografi adalah bentuk permukaan bumi berupa ketinggian tempat, kecuraman lereng, kemiringan lereng terhadap cahaya dan arah rangkaian gunung (Arsana, 2012). Pegunungan Menoreh dibagi menjadi 3 zona ketinggian yaitu zona bawah (300-500 mdpl), zona tengah (500-700 mdpl) dan zona atas (700 >900 mdpl) (PPE Jawa, 2012). Ketinggian yang beragam menyebabkan terjadi variasi faktor lingkungan baik sumber di dalam tanah maupun sumber di atas tanah. Sumber di bawah tanah seperti jenis batuan, jenis tanah, kelerengan, kemiringan, ketinggian akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah fisik, kimia maupun biologis. Variasi sumber diatas tanah seperti suhu udara, radiasi matahari, kelembaban relatif, curah hujan, kecepatan angin, lama penyinaran yang semuanya akan berpengaruh terhadap dinamika iklim makro dan iklim mikro. Atas dasar pertimbangan ini maka sangat penting untuk menyusun suatu inovasi teknologi yang mengintegrasikan antara faktor ekologi, sosial dan produksi berorientasi ekonomi. Pendekatan dari faktor ekologis mutlak diperlukan karena Pegunungan Menoreh memiliki keragaman dalam hal faktor ekologis 3

lingkungan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman cengkeh, kakao dan kapulaga dalam sistem agroforestri. Kajian mengenai karakteristik sosial masyarakat juga harus diperhatikan dalam upaya melakukan usaha inovasi teknologi untuk pengelolaan agroforestri. Hal ini penting untuk menghindari adanya penolakan inovasi teknologi dari masyarakat. Raintree (1983) dalam Suryanto (2013) menjelaskan bahwa ada lima sifat penting inovasi teknologi yang mendorong petani untuk mengadopsinya yaitu: 1) keuntungan relatif yang didapatkan, 2) kesesuaian dengan budaya setempat, 3) kesederhanaan teknis, 4) kemudahan dalam uji coba (biasanya petani melakukan uji coba pada skala kecil sebelum mengadopsi secara utuh) dan 5) bukti nyata (untuk melihat keuntungan dari adopsi inovasi tersebut). Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu kajian yang mengintegrasikan aspek ekologis, produksi dan fisiologis yang dipadukan faktor sosial masyarakat. Rangkaian penelitian yang digunakan untuk mengkaji faktor ekologis, produksi dan fisiologis, serta sosial di Pegunungan Menoreh adalah 1) evaluasi lahan agroforestri cengkeh, kakao dan kapulaga di Pegunungan Menoreh, 2) identifikasi karakteristik vegetasi agroforestri di Pegunungan Menoreh, 3) gatra ekofisiologi tanaman cengkeh, kakao dan kapulaga pada musim kemarau dan hujan di Pegunungan Menoreh, 4) identifikasi dukungan faktor sosial masyarakat di Pegunungan Menoreh. Informasi deskriptif dan data kuantitatif yang dikoleksi dari hasil serangkaian kajian selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menyusun rekomendasi paket teknologi yang akan diimplementasikan pada sistem 4

agroforestri berbasis cengkeh, kakao dan kapulaga dalam program optimasi sistem menuju kelestarian ekologis sekaligus dapat diterima masyarakat. B. Tujuan Penelitian Optimasi pengelolaan sistem agroforestri cengkeh, kakao dan kapulaga mendasarkan pada indikator ekologis, fisiologis dan produksi tanaman serta karakter sosial masyarakat di Pegunungan Menoreh, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Untuk mencapai tujuan umum ini maka perlu diurai menjadi tujuan khusus yaitu: 1. Mengetahui jenis tanah dan tingkat kesesuaian lahan di setiap zona ketinggian Pegunungan Menoreh bagi pengembangan komoditas cengkeh, kakao dan kapulaga. 2. Mengetahui karakteristik vegetasi pada sistem agroforestri di setiap zona ketinggian Pegunungan Menoreh. 3. Mengetahui faktor fisiologis yang berpengaruh terhadap hasil dan faktor ekologis yang berpengaruh terhadap faktor fisiologis tanaman cengkeh, kakao dan kapulaga sistem agroforestri di setiap zona ketinggian Pegunungan Menoreh. 4. Mengetahui dukungan faktor sosial masyarakat di setiap zona ketinggian Pegunungan Menoreh. 5. Merumuskan paket teknologi agronomis yang komprehensif mendasarkan pada keseluruhan aspek yang telah dikaji untuk optimasi pengelolaan faktor ekologi, produksi dan sosial untuk cengkeh, kakao dan kapulaga dalam sistem agroforestri di setiap zona ketinggian Pegunungan Menoreh. 5

START C. Alur Pikir Penelitian OPTIMASI SISTEM AGROFORESTRI CENGKEH,KAKAO DAN KAPULAGA DI PEGUNUNGAN MENOREH Konsep P(H) = f (G*E*M) Evaluasi Lahan Cengkeh, Kakao dan Kapulaga Kajian Karakter Vegetasi Gatra Ekofisiologi Cengkeh, Kakao dan Kapulaga Identifikasi Faktor Sosial Masyarakat Pertumbuhan dan Hasil Identifikasi Masalah Strategi Pengelolaan No Yes Rekomondasi Optimasi Pengelolaan Cengkeh, Kakao dankapulaga FINISH Gambar 1. Diagram alur pikir penelitian 6

Evaluasi Lahan Agroforestri Cengkeh, Kakao dan Kapulaga di Pegunungan Menoreh Analisis Topografi Pegunungan Menoreh Persyaratan Tumbuh Tanaman Peta Peta Peta Peta Peta KON CH PL JT GEO Analisis Peta (Overlay) Analisis Laboratorium Analisis Matching (Mempautkan) Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial Gambar 2. Alur pikir penelitian tahap I 7

Identifikasi Karekteristik Vegetasi Agroforestri di Pegunungan Menoreh Pemahaman Struktur Agroforestri Potensi Agroforestri Fungsi Ekologis Jumlah Tanaman Sebaran Diameter Diameter Batang Volume Heterogenitas Kelimpahan Jenis Tipologi Agroforestri Menoreh Gambar 3. Alur pikir penelitian tahap II 8

Gatra Ekofisiologi Tanaman Cengkeh, Kakao dan Kapulaga pada Musim Kemarau dan Musim Hujan di Pegunungan Menoreh Faktor Ekologis Faktor Fisiologis Ekofisiologi Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gambar 4. Alur pikir penelitian tahap III 9

Identifikasi Faktor Sosial Masyarakat di Pegunungan Menoreh Identifikasi Tingkat Ketergantungan Penduduk Terhadap Lahan Identifikasi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Baru Konservasi Identifikasi Keberadaan dan aktivitas kelembagaan yang ada Karakteristik Masyarakat Pegunungan Menoreh Arah Pengembangan Gambar 5. Alur Pikir Penelitian Tahap IV 10