BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia. Prevalensi PJPD di 13 Negara Eropa yaitu Australia (laki-laki 12,2%, perempuan 7,3% untuk penyakit jantung, laki-laki 5,2%, perempuan 3,5% untuk stroke), Belgia (laki-laki 18,8%, perempuan 11,8% untuk penyakit jantung, laki-laki 3,9%, perempuan 4,2% untuk stroke), Denmark (laki-laki 10,8%, perempuan 7,6% untuk penyakit jantung, laki-laki 6,5%, perempuan 4,6% untuk stroke), Prancis (laki-laki 19,3%, perempuan 9,8% untuk penyakit jantung, laki-laki 3,7%, perempuan 3,5% untuk stroke), Yunani (laki-laki 14,9%, perempuan 10,7% untuk penyakit jantung, laki-laki 4,1%, perempuan 3,5% untuk stroke), Jerman (laki-laki 14,3%, perempuan 9,3% untuk penyakit jantung, laki-laki 5,6%, perempuan 3,1% untuk stroke), Italia (laki-laki 12,7 %, perempuan 9,1% untuk penyakit jantung, laki-laki 3,8%, perempuan 2,5% untuk stroke), Belanda (laki-laki 14,7%, perempuan 8,9% untuk penyakit jantung, laki-laki 5,0%, perempuan 4,8% untuk stroke), Spanyol (laki-laki 11,4%, perempuan 10,0% untuk penyakit jantung, laki-laki 2,4%, perempuan 1,8% untuk stroke, Swiss (laki-laki 9,5%, perempuan 5,4% untuk penyakit jantung, laki-laki 2,9%, perempuan 2,2% untuk stroke), Amerika Serikat (laki-laki 26,4%, perempuan 19,7% untuk penyakit jantung, laki-laki 6,6%, perempuan 5,5% untuk stroke), Inggris (laki-laki 19,0%, perempuan 16,0% untuk
penyakit jantung, laki-laki 3,2%, perempuan 2,5% untuk stroke) (Lawrence dkk, 2012) Berdasarkan laporan WHO (2005), dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 juta (30%) diantaranya disebabkan oleh PJPD, terutama oleh serangan jantung (7,6 juta) dan stroke (5,7 juta). 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik (Depkes RI, 2009). PJPD seperti stroke dan penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian di kedua negara maju dan berkembang di dunia, setengah dari populasi dunia sekarang tinggal di negara Asia. Berdasarkan data statistik pada tahun 2002, angka kematian akibat stroke dan PJK di 9 negara Asia (3 di Asia Timur, 3 di Asia Tenggara dan 3 di Asia Selatan) jika dibandingkan dengan 3 negara Barat (Amerika Serikat, Inggris dan Australia), maka angka kematian akibat stroke dan PJK di negara Asia lebih tinggi dari pada negara Barat, kecuali di negara Jepang dan Korea Selatan. Proporsi kematian akibat PJK di negara Asia dan Barat adalah sebagai berikut: Asia Timur (Jepang 35/100.000 penduduk per tahun, Korea Selatan 35/100.000 penduduk per tahun, Cina 65/100.000 penduduk per tahun), Asia Tenggara (Thailand 60/100.000 penduduk per tahun, Malaysia 105/100.000 penduduk per tahun, Indonesia 170/100.000 penduduk per tahun), Asia Selatan (India 230/100.000 penduduk per tahun, Banglades 220/100.000 penduduk per tahun, Pakistan 230/100.000 penduduk per tahun), Barat (Amerika 110/100.000 penduduk per tahun, Inggris 100/100.000 penduduk per tahun, Australia 80/100.000 penduduk per tahun (Hata dan Kiyohara, 2013).
PJK menyumbang lebih dari 450.000 kematian di Amerika Serikat pada tahun 2004. Beban PJK di Amerika Serikat sangat besar, lebih dari 13 juta orang yang terkena dampak, dan biaya perawatan kesehatan langsung melebihi Rp 150.000.000.000 pertahunnya (WHO, 2010). PJK merupakan penyebab kematian paling umum (kematian dini) di Inggris, 1 dari 5 pria dan 1 dalam 7 perempuan meninggal akibat PJK. Ada 94.000 kematian akibat PJK di Inggris setiap tahun, tingkat kematian akibat PJK mencapai sebesar 45% pada orang-orang berusia < 65 tahun dalam 10 tahun terakhir. Tingkat kematian di Inggris pada saat musim gugur lebih rendah dari pada di beberapa negara lain seperti Australia (48%) dan Norwegia (54%). Kematian akibat PJK tertinggi di Skotlandia, Inggris Utara dan terendah di Inggris Selatan. Selama lebih dari 25 tahun angka ini tertinggi di Skotlandia. Rata-rata kejadian infark miokard 600 per 100.000 penduduk pada laki berusia 30-69 tahun dan 200 per 100.000 penduduk pada wanita. Prevalensi angina sekitar 52.000 kasus baru per tahun pada pria dan 43.000 kasus baru pada wanita yang tinggal di Inggris. Sekitar 4% pada pria dan 0,5% pada wanita di Inggris mengalami serangan jantung. Prevalensi PJK di Skotlandia (4,6%), Wales (4,3%) dan Inggris (3,5%), Prevalensi lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah (British Heart Foundation, 2010). Prevalensi PJK di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya (tahun 1992 16,6%, 1995 19,0%, 2001 26,0%). Khusus di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan yaitu 2,76% pada tahun 1997, yang dirawat di rumah sakit mencapai 0,76%, dan meningkat menjadi 17,35% pada tahun 1998 dan 20,38% pada tahun
1999. Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar, tercatat jumlah kunjungan pasien di poli jantung juga meningkat dari 10.886 orang pada tahun 2006 menjadi 11.478 orang tahun 2007 (Hermansyah dkk, 2012). Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara (2000), PJK menempati urutan ketiga dari PTM (hipertensi, DM, dan PJK) dari pola penyakit penderita rawat inap di rumah sakit dengan jumlah penderita sebanyak 354 orang yang berumur > 60 Tahun dengan proporsi 2,66%. Jumlah kematian penderita PJK sebanyak 37 orang dengan CFR (Case Fatality Rate) 12,17% (Yanti, 2009). Kasus PJPD berdasarkan data rekam medik Poli klinik Kardiovaskular RSUP H. Adam Malik Medan, bulan Juni sampai Desember tahun 2010 tercatat pasien yang datang dan didiagnosa Hipertensi dan PJK sebanyak 319 orang (Malau, 2011). Dari penelitian Damanik di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2000-2004 menyebutkan bahwa jumlah penderita PJK sebanyak 230 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 13 orang CFR sebesar 5,65%. Kemudian Berdasarkan data yang ditemukan oleh Yanti (2009), jumlah penderita PJK di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2003 sebanyak 198 kasus, tahun 2004 sebanyak 274, tahun 2005 sebanyak 259 kasus, tahun 2006 sebanyak 283 kasus. Hasil Riskesdas (2007), menunjukan bahwa ada beberapa faktor risiko terjadinnya PJK seperti berat badan lebih dan obesitas (obesitas umum) 19,1%, obesitas sentral 18,8%, DM di daerah perkotaan 5,7%, 1 kali makan ikan asin 24,5%, sering makan makanan berlemak (tinggi lemak) 12,8%, kurang sayur dan buah 93,6%, kurang aktivitas fisik 48,2%, gangguan mental
emosional 11,6%, perokok setiap hari 23,7%, dan konsumsi alkohol 12 bulan terakhir 4,6% (Kepmenkes RI, 2009). Tingginya morbiditas dan mortalitas PJK, serta pembiayaan akibat waktu perawatan dan biaya pengobatan, pemeriksaan penunjangnya tentu tidak sedikit. Belum lagi keberhasilan pengobatan sangat bergantung kepada kecepatan penanganan penyakit. Oleh karena itu upaya pencegahan PJK sangat bermanfaat karena sudah pasti lebih murah dan lebih efektif, hal ini dapat ditempuh dengan cara mengenali faktor risiko penyakit dan berprilaku hidup sehat (Supriyono, 2008). Berdasarkan survei pendahuluan, dari rekam medik (medical record) RS Islam Malahayati tahun 2013, diperoleh data kunjungan pasien dengan PJK rawat jalan rata-rata 34 orang perbulan. Data rawat inap pada lima tahun terakhir mengalami peningkatan, pada tahun 2008 berjumlah 50 orang, tahun 2009 berjumlah 53 orang, tahun 2010 berjumlah 54 orang, tahun 2011 berjumlah 65 orang, tahun 2012 berjumlah 68 orang dan tahun 2013 meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu 156 orang. Pada beberapa pasien harus dilakukan usaha untuk memperbaiki aliran darah arteri koroner dengan memecah plak atau ateroma yang telah tertimbun dan mengganggu aliran darah ke jantung serta penanaman stant jantung yang di kenal dengan PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty) dengan jumlah rata-rata 12 orang perbulan yang menghabiskan biaya sampai ratusan juta rupiah, selain biaya yang cukup mahal untuk perawatan bahkan banyaknya hari produktif pada penderita dan keluarga yang hilang akibat penyakit tersebut, disamping itu juga ada beberapa orang pasien yang masih usia produktif
(<50 tahun) yang masuk ke ruang unit Gawat Darurat meninggal dalam rentang waktu < 5 menit akibat serangan jantung (sindrom koroner akut/pjk) secara tibatiba, sehingga tindakan medis yang dilakukan tidak dapat menyelamatkan jiwanya. Bertitik tolak dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh faktor risiko terhadap kejadian PJK pada pasien di RS Islam Malahayati Medan tahun 2014. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kejadian PJK pada pasien di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kejadian PJK. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengaruh merokok terhadap kejadian PJK. 2. Mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian PJK. 3. Mengetahui pengaruh diet terhadap kejadian PJK. 4. Mengetahui pengaruh dislipidemia terhadap kejadian PJK. 5. Mengetahui pengaruh obesitas terhadap kejadian PJK. 6. Mengetahui pengaruh tekanan darah tinggi terhadap kejadian PJK.
7. Mengetahui pengaruh DM terhadap kejadian PJK. 8. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian PJK. 9. Mengetahui population atributable risk PJK. 1.4. Hipotesis Penelitian Adanya pengaruh merokok, aktivitas fisik, diet, dislipidemia, obesitas, hipertensi dan DM terhadap kejadian PJK pada pasien di RS Islam Malahayati Medan tahun 2014. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi RS Islam Malahayati, pasien RS Islam Malahayati, program kesehatan dan peneliti lain. 1. RS Islam Malahayati Medan Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah bagi pihak manajemen rumah sakit dapat mengidentifikasi dan mengetahui faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien. Selain itu, hasil akhir dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak rumah sakit dalam meningkatkan kualitas layanannya khususnya berhubungan dengan PJK. 2. Pasien RS Islam Malahayati a. Agar terhindar dari PJK bagi pasien yang tidak menderita PJK b. Agar terhindar dari komplikasi PJK bagi yang sudah dan sedang menderita PJK
c. Agar meningkatkan harapan hidup bagi penderita PJK yang sudah mengalami komplikasi. 3. Program Pelayanan Kesehatan a. Memberikan informasi tentang pengaruh faktor risiko terhadap kejadian PJK. b. Memberikan sumbangan bagi program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular untuk mengurangi kejadian PJK. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan, khususnya ilmu Epidemiologi dan sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya. 5. Khusus bagi peneliti untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang pengaruh faktor risiko terhadap kejadinya PJK.