BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dapat berupa pembentukan kata dengan afiksasi, reduplikasi, frasa, idiom, dan pemajemukan. Pembentukan kata dengan afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks (Harimurti Kridalaksana, 2009:28). Selama ini pengkajian afiksasi bahasa Indonesia dianggap sudah mantap karena persoalan tentang afiksasi telah dianggap paten dan tidak perlu dikaji lagi. Akan tetapi, ada beberapa aspek yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai afiksasi, terutama pada kata majemuk karena pada kata majemuk hanya terdapat beberapa jenis afiks. Harimurti Kridalaksana (2009:104) menjelaskan, bahwa pemajemukan merupakan proses penggabungan kata antara dua kata atau lebih. Kata-kata tersebut bergabung dan memiliki makna baru namun masih dapat ditelusuri makna kata pembentuknya. Kata majemuk dalam bahasa Indonesia memiliki variasi bentuk kata, yakni kata majemuk yang memiliki afiks, kata majemuk dalam bentuk perulangan, dan kata majemuk yang tidak mengalami afiksasi dan perulangan. Kata majemuk yang memiliki afiks dalam bahasa Indonesia menjadi objek penelitian ini karena memiliki beberapa aspek yang menarik untuk diteliti. Aspekaspek dalam kata majemuk tersebut commit berupa: to user (i) kata majemuk hanya memiliki 1
2 beberapa jenis-jenis afiks dan tidak semua afiks dalam bahasa Indonesia dapat menempel pada kata majemuk, (ii) proses afiksasi pada kata majemuk dapat mempengaruhi perubahan kategori kata dan tidak dapat mempengaruhi perubahan kategori kata, (iii) proses afiksasi pada kata majemuk dapat mempengaruhi perubahan makna dan tidak dapat mempengaruhi perubahan makna. Bauer (1988:80) menyatakan, bahwa morfologi dapat dipilah berdasarkan dua cabang, yaitu morfologi derivasional dan morfologi infleksional. Infleksi merupakan bagian dalam sintaksis karena bersifat melengkapi bentuk-bentuk leksem dan derivasi menjadi bagian dari leksis karena menyediakan leksem baru. Sejalan dengan Bauer, Verhaar (2004:143) juga menjelaskan, bahwa infleksi adalah perubahan morfemis dengan mempertahankan identitas leksikal dari kata dan derivasi adalah perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain. Dengan demikian, kajian morfologi infleksi dan derivasi bermanfaat terhadap penelitian ini. Manfaat tersebut berupa penjelasan perubahan morfemis yang mempertahankan identitas leksikal dan perubahan morfemis yang menghasilkan identitas leksikal pada proses afiksasi kata majemuk dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia termasuk dalam tipe bahasa aglutinatif. Tipe bahasa aglutinatif merupakan tipe bahasa yang hubungan gramatikalnya dan struktur katanya dinyatakan dengan kombinasi unsur-unsur bahasa secara bebas. Pada tipe ini, pembentukan kata dapat dilakukan dengan afiksasi (pembentukan kata melalui pengimbuhan), komposisi (pembentukan kata melalui pemajemukan), dan reduplikasi (pembentukan kata melalui pengulangan). Oleh karena itu, objek penelitian ini berupa kata majemuk berafiks dalam bahasa Indonesia. Adapun
3 alasan lain mengapa bahasa Indonesia menjadi kajian penelitian ini karena bahasa Indonesia merupakan ranah kajian dari studi linguistik di Indonesia. Saat ini terdapat penelitian yang membahas tentang kata majemuk dalam bahasa Indonesia. Penelitian kata majemuk terutama pada afiksasi kurang mantap karena hanya meneliti proses afiksasi pada kata majemuk. Hal itu dikarenakan jenis afiks, jenis kategori, dan makna kata majemuk setelah proses afiksasi belum diperhatikan. Penelitian kata majemuk berafiks dalam bahasa Indonesia memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada afiksasi dan jenis-jenis afiks yang dapat bergabung pada kata majemuk, perubahan makna pada kata majemuk setelah mengalami afiksasi, dan penambahan kategori pada kata majemuk. Dengan demikian, perlu adanya penelitian afiksasi kata majemuk dalam bahasa Indonesia lebih lanjut. Beberapa afiksasi pada kata majemuk dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada contoh berikut. (1) Saat ini, perwira tinggi Polri yang berbintang tiga adalah Kepala Bareskrim Polri Komjen Sutarman(Kompas/ 1 Agustus 2013/ h.4). (2) Pebulutangkis junior dari berbagai klup di kota Solo berlaga dalam Kejuaraan Kota Bulu Tangkis di Gor Rahma, Lemah Abang, Kadipiro, Solo (180/SP/ 17 April 2014/10). Pada data (1), berbintang tiga (V) merupakan kata majemuk berafiks yang berasal dari dasar majemuk bintang tiga. Kata majemuk tersebut mendapat prefiks {ber-} sehingga menjadi berbintang tiga. Bintang tiga (Nom) yang semula berkategori nomina dan kemudian mendapat prefiks {ber-} berubah kategori, yaitu verba. Prefiks {ber-} juga mempengaruhi perubahan makna pada dasar kata majemuk. Kata majemuk bintang tiga yang semula memiliki makna tanda/pangkat perwira berupa bintang yang berjumlah tiga maka setelah menjadi
4 berbintang tiga memiliki makna memakai/memiliki pangkat bintang berjumlah tiga. Pada data (2), pebulutangkis (Nom) merupakan kata majemuk berafiks yang berasal dari dasar majemuk bulu tangkis. Kata majemuk tersebut mendapat prefiks {pe-} sehingga menjadi pebulutangkis. Bulu tangkis (Nom) yang semula berkategori nomina dan kemudian mendapat prefiks {pe-} tidak berubah kategori. Prefiks {pe-} mempengaruhi perubahan bentuk morfologis dan makna pada dasar kata majemuk. Kata majemuk bulu tangkis yang semula memiliki makna cabang olahraga menggunakan raket dan kok maka setelah menjadi pebulu tangkis memiliki makna pemain/atlet bulu tangkis. Berdasarkan hal-hal di atas, morfologi terutama dalam perspektif infleksi dan derivasi untuk mengetahui perubahan kategori dan makna pada kata. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif. Data penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang mengandung afiksasi pada kata majemuk bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data lokasional. Data primer terdiri dari afiksasi kata majemuk yang ditemukan dalam surat kabar. Surat kabar yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah surat kabar lokal, yakni Solopos, surat kabar regional, yakni Suara Merdeka, dan surat kabar nasional, yakni Kompas. Data dalam penelitian ini diperoleh dari keseluruhan berita yang terdapat dalam surat kabar tersebut. Adapun alasan pemilihan surat kabar tersebut sebagai sumber data, yaitu di dalam surat kabar tersebut terdapat banyak fenomena kebahasaan berupa afiksasi kata majemuk dalam bahasa Indonesia. Pengambilan data pada surat kabar tersebut dilakukan pada bulan Maret-Mei 2014. Data lokasional dalam
5 penelitian ini adalah data lisan berupa tuturan yang dibangkitkan oleh peneliti kemudian dicek atau dikonsultasikan kepada ahli bahasa. Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini diberi judul Kata Majemuk Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap kajian morfologi khususnya afiksasi kata majemuk dalam bahasa Indonesia. Manfaat tersebut berupa pemahaman tentang jenis afiks pada kata majemuk bahasa Indonesia, pemahaman tentang macam kategori pada kata majemuk bahasa Indonesia, dan pemahaman tentang perubahan makna afiksasi kata majemuk dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan dapat dikembangkan oleh peneliti berikutnya. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam suatu penelitian perlu diadakan untuk memudahkan pembahasan dan menghindari penguraian yang terlalu luas sehingga penelitian tidak menyimpang dari masalah yang telah ditentukan. Penelitian afiksasi dalam kata majemuk bahasa Indonesia memerlukan adanya pembatasan masalah supaya penelitian dapat lebih mendalam dan terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, penelitian ini dibatasi pada afiksasi kata majemuk dalam bahasa Indonesia yang terdapat pada koran Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas.
6 C. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini ada tiga masalah yang akan dibahas, yaitu: 1. Bagaimanakah jenis afiks kata majemuk dalam bahasa Indonesia? 2. Bagaimanakah proses pembentukan kata majemuk berafiks dalam bahasa Indonesia setelah mengalami afiksasi ditinjau dari perspektif infleksi dan derivasi? 3. Bagaimanakah makna kata majemuk berafiks dalam bahasa Indonesia? D. Tujuan Penelitian Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mendeskripsikan jenis afiks kata majemuk dalam bahasa Indonesia. 2. Mendeskripsikan proses pembentukan kata majemuk berafiks dalam bahasa Indonesia setelah mengalami afiksasi ditinjau dari perspektif infleksi dan derivasi. 3. Mendeskripsikan makna kata majemuk berafiks dalam bahasa Indonesia. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat praktis maupun manfaat teoretis sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan wawasan pengetahuan afiksasi kata majemuk dalam bahasa Indonesia. b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi disiplin ilmu linguistik, khususnya morfologi.
7 2. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau referensi tambahan dalam menganalisis afiks kata majemuk. b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperkaya khasanah pengetahuan tentang afiks kata majemuk derivasi secara lebih mendalam. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitiian ini diperlukan agar penelititan ini dapat dilakukan secara runtut dan sistematis. Sistematika penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab satu berupa pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah yang mendeskripsikan alasan penulis mengapa melakukan penelitian ini. Pembatasan masalah merupakan pengidentifikasian masalah secara lebih terperinci agar penelitian yang dilakukan lebih fokus. Rumusan masalah yang berupa pertanyaan yang berisi uraian tentang masalah-masalah yang hendak dipecahkan melalui penelitian. Tujuan penelitian merupakan kalimat pernyataan dari rumusan masalah yang berisi uraian tentang tujuan penelitian secara spesifik yang ingin dicapai dari penelitian yang hendak dilakukan. Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoretis dan manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini. Sistematika penulisan, yakni gambaran umum dari masing-masing bab yang ada di dalam penelitian ini.
8 Bab dua, yakni kajian pustaka dan kerangka pikir. Pada bab ini dipaparkan tinjauan studi terdahulu berupa uraian secara sistematis tentang penelitian yang mirip dengan penelitian ini dan sudah ada sebelumnya, serta landasan teori berupa kutipan teori-teori relevan yang digunakan dalam penelitian ini. Bab tiga, yakni metode penelitian. Pada bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, data dan sumber data, teknik penyajian data, klasifikasi data berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang mengarah pada kepentingan analisis dan pencapaian tujuan penelitian, metode dan teknik analisis data, serta teknik penarikan simpulan. Bab empat, yakni analisis data yang berisi bentuk-bentuk kata majemuk berafiks dalam bahasa Indonesia serta proses pembentukannya, bentuk infleksi dan derivasi kata majemuk berafiks dalam bahasa Indonesia, dan makna kata majemuk berafiks dalam bahasa Indonesia. Bab lima adalah penutup yang berisi simpulan dan saran. Simpulan, yakni jawaban atas rumusan masalah. Saran, yakni berupa rekomendasi atau tindak lanjut dari penelitian ini maupun tindak tanjut terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini.