BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB ΙΙ TINJAUAN PUSTAKA

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB II. Tinjauan pustaka. Jhon (2007) dalam buku 26 keys of happines menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI ANTARA PRIMIPARA DAN MULTIPARA. Siti Aisyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanda - tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda

BAB ΙΙ TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN POLA SEKSUAL IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. mendukung MDG di Denpasar, Bali pada Rabu pagi (

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUBAN PECAH DINI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

BAB IV METODE PENELITIAN

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar. R, 2002). dengan jalan pembedahan atau sectio caesarea meskipun bisa melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENELITIAN ANEMIA DAN KONTRAKSI RAHIM DALAM PROSES PERSALINAN. Novita Rudiyanti*, Diana Metti*

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan

cara mengisi partograf

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU MELAHIRKAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Plasenta Previa 2

PERDARAHAN ANTEPARTUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO LINDA FITRIANTI

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

Yayan A. Israr, S. Ked Christopher A.P, S. Ked

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP dr. Kariadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kematian Janin Dalam Kandungan. Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Ketuban Pecah Dini (KPD) a. Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Prawirohardjo, 2010). Sementara menurut Manuaba (2009) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2011). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam, belum ada tanda persalinan. waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini periode laten (Yulaikhah, 2009).

8 b. Penyebab KPD Penyebab KPD menurut Manuaba (2009) meliputi antara lain (1) Serviks inkompeten, (2) Faktor keturunan, (3) pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia), (4) overdistensi uterus, (5) malposisi atau malpresentase janin, (6) faktor yang menyebabkan kerusakan serviks, (7) riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih, (8) merokok selama kehamilan, (9) usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada usia muda, (10) riwayat hubungan seksual baru-baru ini, (11) paritas, (12) anemia, (13) polihidramnion (14) berat masa kehamilan dan keadaan sosial ekonomi. c. Tanda dan Gejala KPD Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).

9 d. Diagnosis KPD Diagnosis ketuban pecah dini masih sulit ditegakkan, apakah ketuban benar sudah pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau kecil. Penegakan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi : 1) Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina. 2) Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi. 3) Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan servikalis. 4) Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila ketuban sudah pecah. 5) Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya infeksi (Prawirohardjo, 2010). 6) Pemeriksaan laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya. a) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).

10 b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. 7) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (Manuaba, 2009). e. Komplikasi KPD Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi ; (a) mudah terjadinya infeksi intra uterin, (b) partus prematur, (c) prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009). Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu (a) peningkatan morbiditas neonatal oleh prematuritas, (b) komplikasi selama persalinan dan kelahiran, (c) risiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana risiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi (Prawirohardjo, 2010). f. Penatalaksanaan KPD Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Prawirohardjo (2010), meliputi : 1) Konservatif

11 a) Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun pada janin) dan harus dirawat di rumah sakit. b) Antibiotik diberikan (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin dan bila tidak tahan diberikan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. c) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. d) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes buss negatif beri deksametason, observasi tandatanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu. e) Jika usia kehamilan 32-7 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, f) berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. g) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi. h) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). i) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan

12 periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. 2) Aktif a) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi. Dan persalinan diakhiri. c) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea d) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang penatalaksanaan KPD adalah : (1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat. (2) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, maningitis janin, dan persalinan prematuritas. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan

13 paru janin dapat terjamin. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan (3) Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya. (4) Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru. (5) Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-24 jam bila tidak terjadi his (kontraksi) spontan. g. Patofisiologi KPD Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). High virulensi berupa Bacteroides Low virulensi, Lactobacillus Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis

14 maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktivitas dan inhibisi interleukin -1 (il-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktivitas il-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan (Manuaba, 2009) 2. Faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD) Menurut Morgan dan Hamilton (2009), Kejadian KPD dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi : a. Usia Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan. Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.

15 b. Sosial ekonomi (Pendapatan) Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005). c. Paritas Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sementara grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Winkjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini

16 lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2003). d. Anemia Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, dan mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri

17 (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat. e. Perilaku Merokok Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguangangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan risiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003). f. Riwayat KPD Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang

18 menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2006). g. Serviks yang inkompetensik Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka di tengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan oleh laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009). h. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya : 1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis 2) Gemelli

19 Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relatif kecil sedangkan di bagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifuddin, 2006). i. Polihidramnion Hidramnion atau polihidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000cc. Penambahan air ketuban ini bisa mendadak dalam beberapa hari disebut hidramnion akut, atau secara perlahan-lahan disebut hidramnion kronis. Insidennya berkisar antar 1:62 dan 1:754 persalinan, tetapi bentuk yang menyebabkan gangguan lebih jarang (1:1000 persalinan). Hidramnion yang disertai dengan kelainan konginital, terutama dari susunan saraf sentral dan traktus gastrointestinal, cukup tinggi. Di samping itu, sering ditemukan pada kehamilan ganda dan beberapa penyakit ibu seperti diabetes mellitus, pre-eklampsia (Rachimhari, 2007). Sampai sekarang etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya.

20 Dicurigai air ketuban dibentuk dari sel-sel amnion. Di samping itu ditambah oleh air seni janin dan cairan otak pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esophagus atau tumortumor plasenta (Rachimhari, 2007). Hidramnion dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya (Maria, 2007). j. Besar Masa Kehamilan (BMK) Bayi besar untuk masa kehamilan atau dalam bahasa inggris disebut Large-for-gestational-age (LGA) adalah bayi yang lahir dengan berat badan besar untuk usia kehamilan dengan berat badan terletak di atas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra uterin (Sinclair, 2010). Adapun perkembangan berat badan janin selama kehamilan akan disajikan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Pertambahan Berat Badan Janin Selama Kehamilan Pertambahan Berat Badan Janin Selama Kehamilan Usia Kehamilan 16 minggu 100 gram 20 minggu 300 gram 24 minggu 600 gram Berat Badan

21 28 minggu 1100 gram 30-31 minggu 2100 gram 36 minggu 2200-2900 gram 40 minggu 3200 gram Sumber : Indrayani, 2011. Asuhan Kehamilan Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan (Wong, 2009): a) Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB di bawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin. b) Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin. c) Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB di atas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin. Selain itu faktor risiko bayi berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan penyakit diabetes militus, ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan (Prawirohardjo, 2010) Selama kehamilan, berat lahir bayi dapat diperkirakan dengan berbagai cara yaitu : ketinggian fundus (bagian atas rahim ibu) dapat diukur dari tulang kemaluan. Pengukuran ini, dalam centimeter, biasanya sesuai dengan jumlah minggu kehamilan. Jika pengukuran tinggi untuk beberapa minggu, bayi mungkin lebih besar dari yang diharapkan. Prosedur diagnostik lainnya adalah USG (tes menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambaran struktur internal) adalah metode yang lebih akurat dalam

22 memperkirakan ukuran janin. Pengukuran dapat diambil kepala janin dan anggota badan dan dibandingkan dengan grafik pertumbuhan untuk memperkirakan berat badan janin. Ada pun grafik pertumbuhan berat badan janin dilihat pada lampiran. Kehamilan dengan berat masa kehamilan menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah (Winkjosastro, 2006). B. Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan oleh Tahir (2012) dengan Judul Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syehk Yusuf. Penelitian dilaksanakan bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain Case Control Study dengan sampel semua ibu hamil yang dirawat di ruang Kebidanan RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa saat penelitian berlangsung. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan127 kasus dan 127 kontrol. Kecenderungan penderita ketuban pecah dini berdasarkan data tahun 2007 proporsi demografi infeksi genitalia sebesar 37,50%, paritas (multipara) sebesar 37,59%, riwayat KPD sebelumnya sebesar 18,75% dan usia ibu yang lebih dari 35 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi KPD. Diperoleh p-value 0.003 dan OR= 3,2 pada variabel riwayat KPD sebelumnya.

23 Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ratnawati (2010), proporsi responden dengan riwayat KPD lebih tinggi 70,2% daripada proporsi ibu yang tidak pernah mengalami ketuban pecah dini sebelumnya sebanyak 43,6%. Penelitian oleh Fitri (2011) didapatkan hasil bahwa riwayat KPD sebelumnya (70,2%) dengan p-value = 0,002 dan OR= 3,5 dan paritas (63,8%) dapat mempengaruhi terjadinya KPD. Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab ketuban pecah dini masih banyak dan dibutuhkan usaha untuk menurunkan angka kejadian ketuban pecah dini. Penelitian yang dilakukan oleh Juwita (2007) menunjukkan hasil bahwa coitus saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3 kali seminggu, posisi coitus yaitu suami di atas dan penetrasi penis yang sangat dalam sebesar 37,50%, infeksi genitalia sebesar 37,50%, paritas (multipara) sebesar 37,59%, riwayat KPD sebesar 18,75% dan usia ibu yang lebih dari 35 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi KPD. Penelitian yang dilakukan oleh Yolanda (2015) dengan judul Faktor Penyebab Terjadinya KPD di RSUD Sleman Menggunakan uji statistik Chi Square dan desain Case Control dengan jumlah sampel 190 rekam medik yang terdiri atas 95 sampel kasus dan 95 sampel kontrol untuk faktor usia (20-35 tahun) di dapatkan p-value 0,0021 dan OR=3,6. Untu faktor paritas (>2) didapatkan p-value 0,001 dan OR=4,1 dan untuk faktor BMK diperoleh nilai p-value 0,002 dan OR=3,3.

24 Selanjutnya penelitian yang dilakukan Kusumawardani (2010) Di RSUD Prof. Dr.Margono Sorkardjo Purwakerto didapat kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara berat masa kehamilan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. ibu yang mengalami KPD di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto lebih banyak yaitu 123 ibu (72,4%) dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami KPD, yaitu 85 ibu (50%) dan terdapat hubungan antara BMK dengan kejadian KPD di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto (p-value = 0,000) dan OR=3,7. C. Kerangka Teori Kerangka teori pada penelitian ini akan dijelaskan di skema 2.1 FAKTOR BAYI : 1. Gameli 2. Malposisi janin 3. Berat masa kehamilan FAKTOR IBU : 1. Paritas 2. Anemia 3. Perilaku Merokok 4. Riwayat KPD 5. Serviks yang inkompetensi 6. Faktor keturunan 7. Infeksi 8. Usia 9. Trauma 10. Polihidramnion Kejadian KPD 11. Keadaan sosial ekonomi Skema 2.1 Kerangka Teori

25 D. Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teoritis yang telah dipaparkan maka berikut akan dikemukakan kerangka konsep yang fungsinya sebagai penuntun dan alur yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah riwayat KPD dan makrosomia dan variabel dependen adalah kejadian ketuban pecah dini. Kerangka konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini seperti yang tercantum dalam skema 2.2. Variabel Independen Variabel Dependen Faktor Ibu : Riwayat KPD Kejadian KPD Faktor Bayi : Berat masa kehamilan Skema 1.2 : Kerangka Konsep E. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya diuji. Setelah melalui pengujian dari hasil penelitian ini benar atau salah, ditolak atau gagal ditolak (Notoatmojo,2012), maka : 1. H 0 riwayat KPD : tidak ada hubungan riwayat KPD dengan kejadian ketuban pecah dini. H a riwayat KPD : ada hubungan riwayat KPD dengan kejadian ketuban pecah dini.

26 2. H 0 BMK : tidak ada hubungan BMK dengan kejadian ketuban pecah dini. H a BMK : ada hubungan BMK dengan kejadian ketuban pecah dini.