BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses transmisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Mengingat persaingan didunia sangat sengit dalam bidang ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak aspek yang harus diperbaiki secara terus-menerus. Diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan. keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 2

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. 2 Matematika adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (Undang-Undang Guru

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berasal dari Bahasa Yunani, yaitu paedagogik. Pais artinya anak,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA KELAS III SEMESTER II MELALUI METODE EKSPERIMEN DI MI MIFTAHUL HUDA SELANDAKA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, persoalan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses transmisi pengetahuan dari satu orang kepada orang lainnya atau dari generasi satu ke generasi lainnya. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input peserta didik untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan. Sebagai sebuah proses sengaja maka pendidikan harus dievaluasi hasilnya untuk melihat apakah hasil yang di capai telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan apakah proses yang dilakukan efektif untuk mencapai hasil yang diiginkan. Dalam UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian di atas pendidikan ialah proses transmisi pengetahuan dari seseorang ke orang lain atau dari kelompok ke kelompok lain dengan tujuan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

2 Belajar adalah bagian dari pendidikan, belajar merupakan istilah kunci yang paling penting. Sehingga tanpa belajar, maka hakikatnya tidak ada pendidikan. Belajar merupakan sebuah proses. Karena itu belajar hampir selalu mendapat porsi yang cukup besar dalam berbagai disiplin ilmu, terutama yang berkaitan dengan upaya kependidikan. Pendidikan, bagi setiap orang dipahami sebagai pengajaran, karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Islam sebagai agama rahmah lil- alamin sangat mewajibkan umatnya untuk selalu belajar. Bahkan Allah mengawali menurunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad Saw untuk membaca dan membaca (iqra ). Iqra merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas belajar. Dalam arti yang luas, dengan iqra pula manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kehidupannya. Betapa pentingnya belajar, karena itu dalam Allah berjanji akan meningkatkan derajat orang belajar daripada yang tidak. Firman Allah dalam (QS: 58: 11) Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS: 58: 11)

3 Dengan melihat penjelasan di atas, maka setiap orang harus selalu belajar khususnya bagi peserta didik. Sebagai seorang peserta didik harus giat belajar karena dengan belajar akan menambah pemahaman dan wawasan, sehingga perubahan sebagai hasil dari belajar dapat diperoleh peserta didik. Hal ini ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti hasil belajar yang bagus, sikap dan tingkah laku yang baik, kecakapan dan keterampilan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada setiap individu yang belajar. Pendidik dan peserta didik sama-sama merupakan subjek pendidikan. Keduanya sama penting. Pendidik tidak boleh beranggapan bahwa peserta didik merupakan objek pendidikan, begitu juga pendidik tidak boleh merasa berkuasa yang bisa berbuat sesuka hati atas peserta didik. Sebaliknya juga peserta didik tidak boleh dianggap sebagai seorang dewasa dalam bentuk kecil, anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Beranjak dari sifat kodrat kekanak-kanakan inilah maka pendidikan diperlukan. Indikasi pendidikan di Indonesia, kita mendapatkan keadaan yang sangat tidak kondusif untuk mewujudkan Indonesia maju dalam bidang pendidikan. Hal tersebut karena sampai saat ini, pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi belajar. Untuk itu, diperlukan strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan peserta didik

4 menghafal fakta-fakta, tetapi mendorong peserta didik mengkontruksikan di benak mereka. Kualitas pendidikan, merupakan masalah yang dihadapi di Indonesia. Masyarakat dan para ahli pendidikan banyak yang mensinyalir bahwa mutu pendidikan dewasa ini belum seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang mungkin melatarbelakangi hal tersebut. Selain masih kurangnya sarana dan fasilitas belajar yang tersedia, adalah karena faktor guru. Guru harus menyiapkan materi dan metode dengan baik untuk memberikan yang terbaik bagi peserta ddidik. Menyiapkan materi pelajaran dengan baik sangat penting agar seorang guru dapat memberikan penjelasan dengan baik kepada anak didiknya. Tidak jarang seorang guru merasa tidak bisa memberikan penjelasan dengan baik kepada anak didiknya. Hal ini bisa terjadi karena ia tidak menguasai materi pembelajaran dengan baik pula. Setelah menguasai materi pelajaran dengan baik, seorang guru yang ingin memberikan terbaik untuk anak didik dituntut dapat mengggunakan metode secara tepat dan menarik. Disinilah kunci penting apakah penguasaan materi pelajaran dengan baik yang dimiliki oleh seorang guru dapat diterapkan dengan menarik dalam proses belajar mengajar. Dengan metode yang tepat dan menarik, akan membuat anak didik senang mengikuti pelajaran yang diampu oleh sang guru. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu badan pengetahuan tentang benda-benda di alam, yang diperoleh dengan cara-cara tertentu. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dimulai dengan fakta dan berakhir

5 dengan fakta. Teori merupakan suatu bagian penting dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Teori dibuat untuk menjelaskan hukum dan meramalkan sesuatu yang baru. Teori ialah konstruksi imajinatif atau suatu abstraksi. Teori adalah suatu sistem pemikiran mengenai bagaimana terjadinya sesuatu, sebab hakekat dari kejadian alam sering tidak terjangkau dengan observasi langsung. Teori selalu mengandung suatu unsur dugaan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejalagejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar, guru kelas selain menjadi pendidik juga sebagai pengajar. Sebagaimana diketahuai bahwa pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik agar

6 anak didik memiliki kedewasaan dan kemampuan dalam memahami pelajaran. Untuk menjadi guru kelas tidak hanya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja yang harus dikuasai seorang guru kelas, tetapi semua mata pelajaran harus dikuasi oleh guru kelas. Karena peserta didik tidak hanya belajar satu mata pelajaran saja. Untuk menjadi guru yang baik tidak hanya dibutuhkan penguasaan materi pelajaran saja, tetapi harus dibarengi kemampuan untuk menguasai kompetensi psikologis. Guru harus menguasai dan memahami kondisi peserta didiknya, karena jika materi sudah dikuasai tetapi guru tidak memahami kondisi psikologis peserta didiknya maka hasil yang dicapai tidak akan maksimal. Dengan memahami dan menguasai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta penguasaan secara psikologis terhadap peserta didik, maka guru dapat menentukan metode yang tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan alam (IPA). Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik kelas IV di SDI Al- Munawwar Tulungagung ditemukan bahwa: (1) Peserta didik kurang memperhatikan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini terbukti masih ada beberapa peserta didik yang ramai sendiri dan membuat gaduh. (2) Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah. (3) Ada beberapa peserta didik yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu kurang dari 70, dari 30 peserta didik hanya 13 anak yang nilainya di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini

7 sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan ustadzah Diana selaku guru kelas IV tentang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut penuturan dari ustadzah Diana selaku guru kelas IV SDI Al- Munawwar Tulungagung yang sekaligus mengajar Ilmu Pengetahuan Alam mengatakan, peserta didik kelas IV yang sebagaian besar cenderung kinestetis sehingga sering gaduh dan ramai. Mereka lebih suka praktek, jika diberikan sebuah konsep, sulit menangkap. Rata-rata nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam 60% di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Winarsih mengungkapkan dari beberapa kenyataan di lapangan dan studi literatur yang telah dilakukan, dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran, yaitu: (1) Kegiatan belajar mengajar yang masih kurang efektif oleh guru, dikarenakan guru kurang mengkaitkan antara permasalahan di lingkungan sekitar dengan pembelajaran di Sekolah. (2) Model pembelajaran yang masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. (3) Kurangnya refleksi dan evaluasi kemampuan. Model pembelajaran sangatlah dibutuhkan oleh guru untuk memecahkan permasalahan pembelajaran tersebut. Tujuannya agar peserta didiknya bisa menerima informasi atau pesan dengan baik, karena melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan sistem pembelajaran yang

8 memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran secara berkelompok. Pembelajaran kooperatif ini lebih dari sekedar belajar kelompok, karena pembelajaran ini harus ada struktur dan dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok. Untuk itu, peneliti mencoba memberikan solusi dari permasalahan tersebut dengan menerapkan model kooperatif tipe make a match dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Model pembelajaran tipe make a match ini dapat memupuk kerja sama peserta didik dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan Nampak sebagian pesera didik lebih antusias mengikuti proses pembelajaran dan keaktifan peserta didik tampak sekali pada saat peserta didik mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan salah satu ciri dari pembelajaran kooperatif. Kelebihan model pembelajaran kooperaif tipe make a match adalah: (1) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam pembelajaran; (2) Kerjasama antar sesama peserta didik terwujud dengan dinamis; (3) Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh peserta didik. Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah: (1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan pembelajaran;

9 (2) Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain; (3) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai. Hasil kesimpulan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di atas, peneliti merasa tertarik dan perlu untuk mencari solusi lebih dengan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Peserta didik Kelas IV SDI Al-Munawwar Tulungagung. B. Rumusan Masalah Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana proses melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan energi dan penggunaannya bagi peserta didik kelas IV SDI Al- Munawwar Tulungagung? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan energi dan penggunaannya setelah proses melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match bagi peserta didik kelas IV SDI Al-Munawwar Tulungagung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

10 1. Mendeskripsikan dan menganalisis proses model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan energi dan penggunaannya bagi peserta didik kelas IV SDI Al-Munawwar Tulungagung. 2. Mendeskripsikan dan menganalisis peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan energi dan penggunaaannya melalui proses model pembelajaran kooperatif tipe make a match bagi peserta didik kelas IV SDI Al-Munawwar Tulungagung. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan teoritis maupun praktis. Adapun lebih jelasnya peneliti paparkan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan khasanah ilmiah tentang upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala SDI Al-Munawwar Tulungagung

11 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kebijakan dalam menyusun program pembelajaran yang lebih baik dan sebagai motivasi dalam proses pembelajaran. b. Bagi Guru SDI Al-Munawwar Tulungagung Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan proses pembelajaran di dalam kelas, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). c. Bagi peserta didik SDI Al-Munawwar Tulungagung Dengan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat: (1) Menumbuhkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar lebih giat dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (2) Meningkatkan penguasaan dan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (3) Mengurangi kejenuhan peserta didik dalam belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). d. Bagi peneliti selanjutnya atau pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat : (1) Menambah pengetahuan yang dimiliki peneliti selanjutnya atau pembaca dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya menyangkut penelitian ini; (2) Menyumbang pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan; (3) Menambah wawasan dan sarana tentang berbagai model pembelajaran yang kreatif dan tepat untuk anak

12 usia sekolah dasar dalam meningkatkan kemampuan dan kualitas peserta didik. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Jika model pembelajaran kooperatif tipe make a match diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi energi dan penggunaannya dengan baik, maka hasil belajar peserta didik Kelas IV di SDI Al-Munawwar Tulungagung akan meningkat. F. Definisi Istilah a. Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. b. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match Model pembelajaran kooperatif tipe make a match berarti mencari pasangan. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran. Ciri utama model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah peserta didik

13 diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran. c. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya. d. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau biasa disebut dengan sains. Kata sains berasal dari kata latin scientia yang berarti saya tahu. Dalam bahasa Inggris kata science mula-mula berarti pengetahuan, tetapi lama kelamaan bila orang berkata tentang sains, maka pada umumnya yang dimaksud ialah apa yang dulu disebut natural sciences. Natural sciences dalam bahasa Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Alam atau dengan singkat sekarang biasa dikenal dengan sebutan IPA. G. Sistematika Penulisan Skipsi Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Dengan rincian sebagai berikut:

14 1. Bagian Awal Bagian awal, terdiri dari halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, moto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan halaman abstrak. 2. Bagian Inti Bagian inti, terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi subsub bab, antara lain: Bab I Pendahuluan, terdiri dari: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) hipotesis tindakan, (f) definisi istilah, (g) sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian pustaka, terdiri dari: (a) landasan teori(konsep belajar dan pembelajaran, hakikat model pembelajaran kooperatif, hakikat model pembelajaran kooperatif tipe make a match, hakikat pembelajaran IPA, implementasi model pembelajaran kooperatif tipe make a match, hasil belajar), (b) penelitian terdahulu, (c) kerangka pemikiran. Bab III Metode penelitian, yang memuat antara lain: (a) jenis penelitian: PTK, (b) lokasi dan subjek penelitian, (c) prosedur penelitian, (d) teknik pengumpulan data, (e) teknik analisis data, (f) pengecekan keabsahan data, dan (g) indikator keberhasilan. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari: (a) paparan data tiap siklus, (b) temuan penelitian, dan (c) pembahasan hasil penelitian.

15 Bab V Pentup, terdiri dari: (a) kesimpulan, dan (b) saran atau rekomendasi. 3. Bagian Akhir Bagian akhir terdiri dari: (a) daftar rujukan, (b) lampiran-lampiran, (c) surat pernyataan keaslian tulisan dan (d) daftar riwayat hidup.