PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR

Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Fatima Hannum dan Nurdin Bukit Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN PENGUKURAN KELAS VII SEMESTER I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Fitria Sakinah dan Purwanto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

Inna Sakinah Manik dan Nurdin Bukit Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

Makmur Sirait dan Euodia Siaen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

Nova Rina Setia Sari Sinaga dan Sehat Simatupang Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

Wirakaryati dan Jurubahasa Sinuraya Jurusan Fisika FMIPA Unimed)

Fadhli dan Togi Tampubolon Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SEDERHANA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA FISIKA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Ida Wahyuni 1) dan Siti Maysarah 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 MEDAN T.P 2012/2013

Ema Yesha Sinaga dan Abd. Hakim Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRACT

Yosico Indagiarmi 1 and Abd Hakim S 2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI SMA NEGERI 16 MEDAN

Derlina dan Bintang Nainggolan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Nora Hawari Daulay dan Usler Simarmata Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

Julianti Saragih dan Ida Wahyuni Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Helastrin Hutagaol dan Sehat Simatupang Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI I PERCUT SEI TUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

Nita Pani dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE INKUIRI DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS PADA SISWA SMA

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI CAHAYA DI KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 10 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINNING

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GAYA DAN HUKUM NEWTON T.

Fernando Lumban Batu dan Nurdin Siregar Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed ABSTRAK

Rappel Situmorang Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Jln. Willem Iskandar Pasar V, Medan 20221

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTU MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Anton Jahuda Parhusip dan Eva Marlina Ginting Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Yehuda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Saintech Vol. 08 No.03 September 2016 ISSN No

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

The Effects of Inquiry Training Learning Model Assisted Mind Map for Conceptual Knowledge and Science Process Skills

(The Influence of Advance Organizer Learning Model Based Concept Map on Students Learning Achievement in Human Excretion Subject) ABSTRACT

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN METODE SEMINAR SOCRATES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI KALOR KELAS X

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Sartika Sari Rambe dan Sahyar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MAN TANJUNG BALAI

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan, Sumatera Utara

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBANTU MEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

Ida Wahyuni dan Khairil Irfan Lubis Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Ridwan Abdullah Sani dan Maryono Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

Yosi Farah dan Ratna Tanjung Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SYNERGETIC TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN MTsN 2 PONTIANAK

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika (INPAFI)

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR THE APLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL ON HEAT AND TEMPERATURE

PENGARUH MODEL PEMBELEJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

Shinta Surya Lasmita dan Sondang R. Manurung

OLEH: SITI FATIMAH NIM. E1M

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Nita Ariany Purba nita.ariany15@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa dan mengetahui aktivitas siswa. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan two group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X Semester II yang terdiri dari 5 kelas berjumlah 235 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling sebanyak 2 kelas yaitu kelas X-1 yang berjumlah 39 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas X-4 yang berjumlah 35 orang sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu tes hasil belajar berbentuk pilihan berganda dengan jumlah 15 soal dan lembar observasi aktivitas siswa yang diamati oleh dua observer. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t setelah data berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan analisis data dan uji hipotesis diperoleh bahwa ada pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor dan aktivitas siswa dikategorikan aktif. Kata kunci : inquiry training, hasil belajar, aktivitas belajar. ABSTRACT The purpose of this research is to know the effect of inquiry learning model training on student learning outcomes and student s activity. The type of research is experimental research with desain is two group pretest-posttest design. Population in the study were all students of class X semester II consisting of 5 class numbered 235 people. Sampling was done by cluster random sampling two classes of class X-1 which amounts to 39 people s as the experimental class and the class X- 4 which amounts to 35 people s as the control class. The instruments used are shaped achievement test with 15 multiple-choice questions and student activity observation sheet was observed by two observers. Data analysis technique used was the t test after the data were normally distributed and homogeneous. Based on data analysis and hypothesis testing showed that there is influence of inquiry learning model training on learning outcomes of students in the subject matter and the temperature of the heat and activity of students categorized as active. Keywords : inquiry training, learning outcomes PENDAHULUAN Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah proses pembelajaran yang lemah. Pada proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas di arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untu memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungknannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2007). 242

Mata pelajaran fisika sebagai salah satu cabang dari sains yang mempelajari gejalagejala alam dan peristiwa alam baik yang dapat dilihat maupun bersifat abstrak. Hal ini merupakan tantangan bagi guru yang berperan sebagai moderator dan fasilitator harus mampu merancang pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memahami gejalagejala alam dan peristiwa alam baik yang dapat dilihat ataupun yang bersifat abstrak. Pembelajaran fisika perlu disesuaikan dengan cara fisikawan terdahulu dalam memperoleh pengetahuan. Pembelajaran fisika harus diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam (Permendiknas, 2006). Berdasarkan pernyataan di atas, dalam pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan berpusat pada siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA PAB 8 Saentis Deli Serdang dengan menyebarkan angket kepada siswa dan wawancara kepada guru bidang studi fisika juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu diketahui bahwa hasil belajar fisika yang diperoleh siswa masih rendah atau masih di bawah dari nilai ketuntasan minimal. Dari hasil pembagian angket kepada 46 siswa, 84,78 % atau 39 siswa tidak menyukai pelajaran fisika dengan alasan fisika itu tidak terlepas dari rumus-rumus atau perhitungan yang rumit dan menjenuhkan. Hal ini dikarenakan 82,60 % atau 38 siswa menyatakan bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Kemudian ditambah lagi 84,78 % atau 39 siswa mengatakan bahwa metode mengajar guru di kelas kurang bervariasi sehingga mereka kurang termotivasi untuk mempelajari fisika, karena guru lebih sering menyuruh siswa mencatat dan mengerjakan soal- soal. Dari hasil angket juga diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa yang diperoleh masih di bawah KKM yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Rendahnya hasil belajar siswa sedikit banyaknya dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa yang kurang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahwa aktivitas siswa ketika proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) salah satunya siswa tidak antusias, misalnya ketika dibuat tugas kebanyak siswa tidak mengerjakan, tidak ada satu orang pun yang bertanya jika kurang jelas, ketika dibuat metode praktikum siswa kebanyakan jalan-jalan mengganggu kelompok lain, dan tidak jarang guru menegor siswa yang bercerita ketika guru menjelaskan. Berdasarkan kondisi diatas perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang sesuai, mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa, dan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran (student centered) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator (membimbing). Mengingat fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang mempelajari gejala-gejala dan fenomena-fenomena alam yang sering terjadi dalam kehidupan seharihari. Fisika berusaha mengungkapkan konsep yang sederhana mengenai gejala dan fenomena yang terjadi dikehidupan seharihari. Konsep ini dapat ditemukan siswa melalui eksperimen yang langsung dilakukan siswa itu pembelajaran digunakan salah satunya adalah model pembelajaran inquiry training. Menurut Joyce, dkk (2011) model pembelajaran inquiry training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Penelitian-penelitian yang relevan dengan model pembelajaran inquiry training sudah dilakukan dalam penelitian sebelumnya diantaranya diteliti oleh Sihombing dan Banjarnahor (2015) 243

menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Suhu dan Kalor. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMA PAB 8 Saentis Deli Serdang Jalan Kaliserayu PTPN II Saentis Kabupaten Deli Serdang dan waktu pelaksanaannya pada Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester II. Populasi dalam penelitianadalah seluruh siswa kelas X SMA PAB 8 Saentis Deli Serdang T.P 2014/2015 berjumlah 5 kelas dengan jumlah siswa 235 orang. Pada penelitian sampel terdiri dari dua kelas yang dipilih dengan teknik cluster random sampling yaitu kelas X1 yang berjumlah 39 orang sebagai kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran inquiry training dan kelas X4 yang berjumlah 35 orang sebagai kelas 244ontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah observasi aktivitas siswa selama pembelajaran dan tes hasil hasil belajar sebanyak 20 soal pilihan berganda dengan 5 option sebelum divalidasi. Setelah divalidasi tes hasil belajar menjadi 15 soal yang akan diberikan pada pretes dan postes. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian yaitu validitas isi dan validitas ramalan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan yaitu two group pre test-pos test design seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Two group pretest-postest design Tes awal Perlakuan (Y1) (X) Y1 X1 Y2 Kontrol Y1 X2 Y2 Tes Akhir Keterangan : X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training pada materi pokok suhu dan kalor. X2 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi pokok suhu dan kalor Y1 : Pretes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum perlakuan. Tes yang diberikan berupa tes hasil belajar Y2 pada materi pokok suhu dan kalor. : Postes diberikan setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal menggunakan uji Lilliefors, uji varians untuk mengetahui homogenitas, uji t untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran terhadapa hasil belajar siswa dan rata-rata aktivitas belajar untuk mengetahui peningkatannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil belajar siswa sebagai berikut : Tabel 2. Data Nilai Pretes dan Kontrol No Nilai kontrol F F 1. 13,33 0 3 2. 20,00 6 5 3. 26,67 6 5 4. 33,33 11 10 5. 40,00 9 8 6. 46,67 7 4 Jumlah 39 35 Sesuai Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai pretes untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, hal ini berarti bahwa kemampuan awal pada kedua kelas sama karena nilai pada kedua kelas merata. 244

Data nilai postes diperoleh dari nilai tes yang diberikan kepada masing-masing kelas sampel setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Data nilai postes dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Postes dan Kontrol No Nilai kontrol f f 1. 46,67 0 4 2. 53,33 4 4 3. 60,00 4 7 4. 66,67 9 10 5. 73,33 8 6 6. 80,00 8 3 7. 86,67 6 1 Jumlah 39 35 Sesuai Tabel 3 diperoleh bahwa nilai-nilai tinggi banyak diperoleh dikelas eksperimen dibanding kelas kontrol, sedangkan nilai-nilai rendah sedikit dikelas eksperimen tetapi banyak diperoleh dikelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inquiry training dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data pretes dan data postes menggunakan uji Lilliefors dengan α = 0,05. Hasil uji normalitas data pretes dan data postes kedua kelas ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Uji Normalitas Data Pretes dan Data Postes No Data L hitung L tabel Kesimpulan 1 Pretes 0,0897 Normal 0,1419 2 Pretes 0,1135 Normal 0,1498 Kontrol 3 Postes 0,1274 Normal 0,1419 4 Postes Kontrol 0,1002 0,1498 Normal Uji homogenitas menggunakan uji F dari data pretes dan data postes. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Uji Homogenitas Data Pretes dan Data Kontrol No 1 2 Data Pretes Pretes Kontrol Postes Postes Kontrol F hitung F tabel 1,17 1,74 1,10 1,75 Kesimp ulan Homoge n Homoge n eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional, untuk melihat adanya pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar fisika pada materi pokok suhu dan kalor, maka dilakukan uji hipotesis satu pihak dengan menggunakan uji t. Hasil perhitungan uji hipotesis ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Hipotesis Data Postes No Data Postes thitung ttabel Kesimpulan 1 2 Kontrol 3,385 1,668 Ada pengaruh yang signifikan Berdasarkan Tabel 6, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training memperoleh nilai rata-rata hasil belajar adalah 71,97 dan kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional memperoleh hasil belajar dengan rata-rata 63,81. Data di atas menunjukkan bahwa thitung > ttabel (3,385 > 1,668), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X semester II SMA PAB 8 Saentis Deli Serdang. 245

Observasi dimaksudkan untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry training. Pengamatan observasi aktivitas siswa dilakukan empat kali pertemuan setelah melakukan pretes. Jenis aktivitas yang diamati dalam penelitian adalah (1) listening activities, (2) oral activities, (3) motor activities, (4) mental activities, (5) writing activities. Aspek-aspek tersebut diberi skor 1 sampai 3 dengan berpedoman pada penskoran observasi aktivitas siswa. Hasil observasi aktivitas para observer untuk kelas eksperimen ditunjukkan pada gambar 1. Observasi Aktivitas Siswa 59,40 63,42 67,95 73,33 Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Pertemuan IV Gambar 1. Diagram Batang Data Aktivitas Siswa Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa terdapat persentase aktivitas belajar siswa dari pertemuan pertama sampai keempat dengan rata-rata nilai seluruhnya adalah 66,02 (kategori aktif). Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X semester II SMA PAB 8 Saentis Deli Serdang, ditunjukkan dengan nilai rata-rata postes di kelas eksperimen yaitu 71,97 dan nilai rata-rata postes di kelas kontrol yaitu 63,81. Hal ini didukung karena model inquiry training menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan mengajak siswa untuk menyelidiki secara langsung mengenai masalah yang telah disampaikan pada awal pembelajaran. Model pembelajaran ini menghadapkan siswa pada situasi yang membingungkan sehingga siswa tergugah untuk mencari tahu sendiri jawaban dari permasalahan yang ada. Model pembelajaran inquiry training terdiri dari 5 tahapan yaitu : menghadapkan siswa pada masalah, mengumpulkan data verifikasi yaitu dengan mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan atas permasalahan yang telah dipaparkan dan dijawab dengan ya atau tidak, kemudian mengumpulkan data melalui eksperimen, selanjutnya mengolah data hasil eksperimen, dan tahap yang terakhir adalah menganalisis proses inkuiri. Pada tahap pertama, peneliti menghadapkan siswa pada masalah dengan seperti memperlihatkan visualisasi berupa video kepada siswa atau langsung memberikan pertanyaan berupa masalah yang akan diselidiki, kemudian siswa diminta untuk memperhatikan dengan seksama. Namun pada pertemuan I hanya sedikit siswa yang memberikan jawaban namun belum disertai alasan yang tepat. Pada pertemuan ke II dan III, ada peningkatan siswa yang memberikan jawaban dan memberikan alasannya dengan tepat. Pada tahap kedua, peneliti mendorong siswa untuk bertanya seputar masalah yang sudah dipaparkan. Tetapi pada awalnya siswa masih kurang mengerti untuk mengajukan pertanyaan yang harus dapat dijawab dengan ya ataupun tidak. Pada pertemuan selanjutnya, siswa semakin terlatih untuk membuat pertanyaan seperti yang diharapkan. Kemudian peneliti membentuk siswa kedalam 5-6 orang dalam satu kelompok dan siswa diminta untuk duduk bersama teman-teman sekelompoknya. 246

Selanjutnya peneliti membagikan LKS, dan meminta siswa untuk memaparkan hipotesis mereka mengenai masalah yang sudah ada didalam LKS tersebut sebelum dilakukan eksperimen untuk membuktikan hipotesis mereka. Setelah itu peneliti membagikan alat dan bahan kepada masingmasing kelompok dan setiap kelompok diminta melakukan percobaan sesuai dengan LKS yang telah dibagikan. Pada pertemuan I, siswa masih kurang terbiasa dalam melakukan eksperimen atau menganalisis sehingga siswa membutuhkan banyak bimbingan dalam melakukan praktikum. Tetapi pada pertemuan selanjutnya siswa mulai terbiasa melakukan eksperimen atau menganalisis dan kegiatan percobaan menjadi lebih terarah serta siswa semakin memahami tugas yang harus mereka kerjakan seperti yang tertera pada LKS. Setelah memperoleh data hasil eksperimen, peneliti membimbing siswa untuk mengolah dan menganalisis data hasil percobaan dan menarik kesimpulan dari eksperimen yang telah mereka lakukan. Pada tahap terakhir, siswa mempresentasikan hasil diskusi yang telah mereka lakukan didepan kelas. Nilai rata-rata postes pada kelas eksperimen tergolong dalam kategori tidak tuntas sebab belum melewati batas KKM yaitu 75. Hal ini dikarenakan KKM sekolah yang tergolong tinggi sehingga tidak sesuai dengan kemampuan awal siswa. Selain itu dalam penelitian, instrumen yang digunakan seperti LKS lebih menekankan siswa ke arah teori saja namun pada instrumen kognitif lebih banyak menekankan siswa dalam perhitungan, sehingga masih ada siswa yang sulit untuk menjawab dari instrumen kognitif tersebut. Tetapi model pembelajaran inquiry training ini memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas eksperimen yang mana hasil pretes 33,33 dan hasil postesnya menjadi 71,97 sedangkan untuk kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional memiliki hasil pretes 32,00 dan hasil postesnya menjadi 63,81. Sehingga diperoleh peningkatan hasil belajar di kelas eksperimen sebesar 38,64 % sedangkan di kelas kontrol sebesar 31,81 % maka dapat diketahui bahwa peningkatan hasil belajar di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan di kelas kontrol. Namun jika melihat dari nilai masing-masing siswa diperoleh 14 siswa dari seluruh jumlah siswa 39 orang atau 35,89% siswa yang mencapai KKM dan 25 orang siswa atau 64,10 % siswa yang belum mencapai KKM. Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata postes sebesar 63,81 dengan kriteria penilaian tidak tuntas ataupun belum melewati batas KKM. Dilihat dari masing-masing siswa diperoleh 4 orang siswa dari seluruh jumlah siswa 35 orang atau 11,42% siswa yang mencapai KKM dan 31 orang siswa atau 88,57% siswa yang belum mencapai KKM. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa lebih banyak siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah siswa pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol. Seperti penelitian terdahulu yaitu Tumanggor (2012) menyatakan bahwa nilai rata-rata hasil belajar di kelas yang menggunakan model pembelajaran inquiry training adalah 74,63 sedangkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata 68,13. Hasil penelitian ini terlihat bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar yang cukup signifikan. Begitu juga dalam penelitian oleh Sucita (2013) menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training siswa mengalami peningkatan nilai hasil belajar sebesar 75,43 sedangkan menggunakan model pembelajaran konvensional hasil belajar siswa sebesar 64,42. Pada dasarnya, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry 247

training terhadap hasil belajar siswa. Namun, peneliti juga ingin melihat dan menilai bagaimana aktivitas siswa selama dilaksanakan model pembelajaran inquiry training, maka perlu dilakukan pencatatan terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer di kelas eksperimen pada pertemuan pertama rata-rata aktivitas siswa sebesar 59,40 dengan kategori cukup aktif. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan model inquiry training dikarenakan pada siswa kurang mengerti instruksi atau arahan yang diberikan peneliti yang sesuai dengan tahapan proses pembelajaran inquiry training sehingga peneliti tetap berusaha memberikan instruksi atau arahan kepada siswa, namun dipertemuan kedua rata-rata aktivitas sebesar 63,42 dengan kategori aktif hal ini dikarenakan siswa mulai memahami instruksi atau arahan yang diberikan guru pada proses pembelajaran dan berikutnya di pertemuan ketiga rata-rata aktivitas sebesar 67,95 dengan kategori aktif sampai dengan pertemuan keempat rata-rata aktivitas sebesar 73,33 dengan kategori aktif, hal ini dikarenakan siswa mulai terbiasa dan memahami instruksi atau arahan yang diberikan guru pada proses pembelajaran tersebut serta siswa sudah semakin tertarik oleh kejadian nyata yang unik yang mereka alami dengan adanya praktikum ataupun menganalisis dimana mereka tidak hanya sekedar mengetahui teori dari penjelasan peneliti tetapi mereka dapat menemukan sendiri melalui praktikum maupun menganalisis. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh rata-rata aktivitas siswa secara keseluruhan sebesar 66,02 termasuk ke dalam kategori aktif. Ternyata, aktivitas siswa yang dikategorikan sejalan dengan peningkatan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, aktivitas siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap hasil belajar. Nilai aktivitas dapat dilihat pada lampiran. Hal ini didasarkan dalam banyak hal, diantaranya model pembelajaran inquiry training ini menekankan siswa untuk terlibat secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dengan menghubungkannya pada situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk mampu mengingat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung dengan pendapat Joyce (2011), yang menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry training menawarkan pembelajaran yang aktif dan otonom, terutama saat siswa merumuskan pertanyaan dan menguji gagasan. Pada fase ketiga dalam model pembelajaran inquiry training yaitu mengumpulkan data eksperimentasi digunakan alat percobaan atau bahan analisis sehingga siswa termotivasi untuk melakukan eksperimen maupun analisis dan menggugah rasa ingin tahunya dalam menemukan pemecahan masalah. Awal dari tahap ini peneliti memberikan penjelasan kepada siswa tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran serta memotivasi siswa agar lebih aktif dalam belajar. Sulit bagi siswa untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik apabila belum mengetahui jelas tentang apa dan mengapa melakukan suatu kegiatan ataupun jika hal yang dituntut untuk keberhasilan belum diberitahukan atau dijelaskan secara terbuka. Pada tahap selanjutnya peneliti menghadapkan siswa pada masalah dengan cara memperlihatkan visualisasi berupa video yang unik ataupun mendemonstrasikan di depan kelas sehingga siswa tertarik untuk segera mencari jawaban dari permasalahan tersebut. Siswa juga diberi kesempatan untuk mengajukan 248

pertanyaan untuk mengumpulan data (hipotesis sementara) namun bentuk pertanyaannya hanya bisa dijawab ya atau tidak oleh guru. Setelah itu peneliti mengarahkan siswa untuk bekerja secara kelompok, dengan membagikan kelompok menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 5-6 orang. Kemudian peneliti memberikan LKS dan membagikan alat percobaan maupun literatur untuk masing-masing kelompok. Peneliti terlebih dahulu memberikan instruksi atau arahan sebelum siswa melakukan hal tersebut agar siswa lebih paham dalam pengerjaan LKS. Langkah selanjutnya siswa mengolah data dan membuat pembahasan serta menyimpulkan hasil dari percobaan atau analisis dan kemudian mempresentasikannya. Pada tahap presentasi siswa dituntut untuk saling bekerja sama dan memberikan pendapat atau masukan kepada siswa lain agar siswa yang kurang mengerti akan lebih mengerti. Hal ini juga berkaitan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dikutip dari jurnal dikfis pascasarjana unimed milik Sirait (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol. Hal yang sama juga dapat dilihat dari jurnal online pendidikan fisika milik Nasution dan Derlina (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry training dimulai dengan menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki kepada siswa. Siswa yang menghadapi hal tersebut akan termotivasi menemukan jawaban masalah yang diberikan guru sehingga siswa lebih aktif dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inquiry training dapat menguntungkan karena memberi peluang yang sama kepada semua siswa, baik siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang maupun tinggi untuk berhasil. Oleh karena itu siswa yang berkemampuan rendah, sedang maupun tinggi ditantang untuk dapat menemukan materi melalui praktikum atau analisis. Dengan model pembelajaran inquiry training siswa terlatih untuk dapat mengungkapkan pendapat ataupun berbicara didepan kelas. Berdasarkan penelitian ini penggunaan model pembelajaran inquiry training dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas, tetapi dalam pembelajaran masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu tidak semua siswa berperan aktif dalam kegiatan kelompok, sehingga kegiatan kelompok selalu didominasi oleh siswa yang sama. Peneliti juga mengalami kendala dalam mengawasi siswa dalam setiap kelompok karena observer yang dilibatkan masih terbatas. Selain itu kendala yang dihadapi peneliti yaitu kurang pahamnya siswa membuat pertanyaan yang harus mengandung jawaban ya atau tidak. Sehingga peneliti berusaha memberikan arahan kepada siswa mengenai jenis pertanyaan yang digunakan dalam pembelajaran. Peneliti juga mengalami kesulitan dalam pengalokasian waktu yang masih sedikit dimana pada saat kelompok mempresentasikan hasil diskusi tidak semua kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusinya. Model ini akan lebih baik jika peneliti mampu membagi waktu untuk setiap fasenya secara efisien terkhusus pada fase mengolah dan merumuskan penjelasan karena pada tahap ini hamper semua siswa ingin menampilkan semua hasil diskusinya untuk memberikan masukan-masukan pada siswa dikelompok lain. 249

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training dan aktivitas belajar siswa rata-rata telah meningkat menjadi kategori aktif setelah menerapkan model pembelajaran inquiry training. DAFTAR PUSTAKA Hakim, A., Nasution, H., dan Derlina, (2012), Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Inquiry Training Dan Konvensional Pada Materi Pokok Gaya Dan Hukum Newton Di VIII SMP Negeri 17 Medan, Jurnal Online Joyce, B., Weil, M. dan Calhoun, E., (2011), Models Of Teaching: Model-Model Pembelajaran Edisi Kedelapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Sirait, R., dan Sahyar, (2013), Analisis Penguasaan Konsep Awal Fisika Dan Hasil Belajar Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Training Pada Materi Listrik Dinamis,Jurnal Online Pendidikan Fisika2: 1-8 Sucita, E., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis X Semester II SMAN 1 Percut Sei Tuan T.P. 2012/2013., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan Tumanggor, M., (2012), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor Di kelas X Semester II SMA Negeri 1 Pancur Batu T.P 2011/2012., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan Permendiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta Sihombing, E dan Banjarnahor, P. U. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis X Semester II SMA St. Yoseph Medan T.P 2014/2015. Jurnal Inpafi 3 (4) : 43-50 Sirait, R., (2012), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Usaha dan Energi VIII MTS N-3 Medan, Jurnal Pendidikan Fisika1: 21-26 250