digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena manusia setiap hari tidak lepas dari zat-zat kimia. Ilmu kimia termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan zat yaitu komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dina-mika dan energetika zat. Ilmu Kimia meliputi produk, proses, dan sikap. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsipprinsip kimia (Depdiknas, 2006). Pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Namun kenyataannya, pembelajaran kimia yang berlangsung hanya memperhatikan kimia sebagai produk tanpa mempelajari kimia sebagai proses dan sikap terlebih dahulu, sehingga pelajaran kimia sering dianggap sulit oleh siswa. Kimia merupakan salah satu kelompok mata pelajaran adaptif. Kimia di SMK Bidang Keahlian Agrobisnis dan Agroteknologi sangat diperlukan sebagai mata pelajaran penunjang untuk mempelajari pelajaran produktif. Pembelajaran di SMK lebih mengarahkan siswa kepada keterampilan sehingga dalam memahami materi pelajaran kimia harus dikaitkan dengan Program Studi Keahlian yang akan didalami. Materi reaksi redoks sangat erat hubungannya dengan Bidang Keahlian Agrobisnis dan Agroteknologi yaitu reaksi pada pengolahan dan pengawetan bahan pangan. Siswa memerlukan dasar pengetahuan mengenai reaksi redoks sebagai bekal untukl dikembangkan pada mata pelajaran produktif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada bulan Maret 2015 dengan guru kimia yang mengajar di SMK N Kebonagung menunjukkan bahwa siswa menganggap ilmu kimia sebagai sesuatu yang abstrak dan rumit sehingga minat belajar mereka rendah. Hal ini menyebabkan hasil belajar yang dicapai rendah bahkan sebagian siswa tidak tuntas. Hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya siswa yang nilainya berada dibawah KKM. Salah satu materi kimia yang nilainya rendah adalah materi reaksi redoks. Hasil belajar yang rendah dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran kimia materi commit redoks to pada user tahun pelajaran 2013/2014. Dari
digilib.uns.ac.id 2 hasil nilai ulangan harian pada materi reaksi redoks diperoleh bahwa hanya 30% siswa yang nilainya berada diatas KKM. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di SMK N Ngadirojo. Di sekolah tersebut masih terdapat ketidaktuntasan nilai mata pelajaran kimia pada materi Reaksi Redoks sebesar 32,14%. Materi Reaksi Redoks di SMK dianggap pelajaran yang abstrak, dan menyangkut reaksi-reaksi kimia. Siswa diberi fakta-fakta dan konsep-konsep yang kelihatannya tidak berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari (Brist, 2012). Hasil wawancara dengan guru kimia pada bulan Maret 2015 di SMK N Kebonagung dan SMK N Ngadirojo menyebutkan bahwa pembelajaran yang dilakukan saat ini masih cenderung menggunakan metode konvensional. Proses pembelajaran juga terkendala dengan sulitnya memperoleh sumber belajar yang sesuai untuk SMK, baik berupa buku teks maupun LKS, sehingga siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya, belajar yang sesungguhnya (the real learning) perlu adanya sumber belajar yang sesuai. Sementara di lapangan sumber belajar khususnya SMK sangat terbatas. Dalam forum MGMP para guru juga mengeluhkan adanya sumber buku yang terbatas untuk mata pelajaran kimia SMK. Melihat kondisi tersebut maka perlu adanya sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa. Salah satunya adalah tersedianya modul. Modul yang dibutuhkan oleh SMK adalah modul yang tidak hanya berisi konsep-konsep sains, tetapi modul yang mendukung materi produktif yang mereka terima dan dapat mengakomodasi pengalaman siswa, sehingga siswa dapat mengkontruksi konsep sendiri dan melatih mereka untuk dapat memecahkan masalah serta mampu menghubungkan konsep yang diperoleh dengan kehidupan nyata. Sehingga diperlukan inovasi dalam mengembangkan modul yang digunakan dalam pembelajaran kimia. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara materi yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan dalam kehidupan (Bern and Erickson, 2001). Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode konvensional. Para pesetra didik juga mengalami kesulitan dalam menstransfer pengetahuan dan konsep untuk suatu kondisi yang baru (King et al., 2008, Brist, 2012). Hal ini menyebabkan minat belajar siswa terhadap pelajaran kimia kurang. Kurikulum SMK mempersiapkan siswa untuk
digilib.uns.ac.id 3 mendapatkan ilmu yang sifatnya aplikatif, maka diperlukan suatu pembelajaran yang dapat menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan mereka tinggal sehingga konsep yang diterima akan lebih mudah untuk dipahami. Menyikapi fenomena tersebut, maka perlu dilakukan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Pembelajaran harus memberikan pengalaman belajar, melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan siswa dengan sumber belajar. Di dalam pembelajaran, perlu adanya variasi media, sumber belajar, metode, strategi dan pendekatan yang tepat agar menumbuhkan semangat peserta didik, membantu peserta didik untuk belajar dengan menyenangkan, mengurangi kebosanan dan menumbuhkan ketertarikan, sehingga belajar itu menjadi suatu hal yang menyenangkan bukan menjadi beban bagi peserta didik. Salah satu alternatif pembelajaran yang berorentasi pada keaktifan siswa adalah pembelajaran yang mengaitkan materi dengan apa yang terdapat di lingkungan sekitar siswa itu sendiri. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah Contextual Teaching and Learning (CTL). Dari analisis kebutuhan akan sumber belajar dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses maupun hasil belajar peserta didik, peneliti melakukan penelitian pengembangan untuk menghasilkan produk yang dapat di manfaatkan di sekolah. Produk yang dikembangkan berupa modul kimia untuk SMK. Dengan adanya pengembangan modul ini diharapkan dapat menjadi suatu alternatif sumber belajar mandiri bagi peserta didik Dalam pengembangannya, modul dikolaborasikan dengan model pembelajaran yang sesuai. yaitu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa agar berperan aktif dalam proses belajar mengajar di sekolah. Model pembelajaran CTL mempersiapkan peserta didik belajar di lingkungan yang kompleks dan sebagai persiapan mereka untuk menghadapi masa depan (Glynn et al., 2004). Berdasarkan permasalahan diatas maka dilakukan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Modul Kimia SMK Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Materi Reaksi Redoks
digilib.uns.ac.id 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan urutan dan batasan masalah yang akan diteliti di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengembangan modul kimia pokok bahasan Reaksi Redoks berbasis pendekatan Contextual Teaching and Learning? 2. Bagaimana kelayakan modul kimia pokok bahasan Reaksi Redoks digunakan sebagai sumber belajar SMK kelas X semester 2? 3. Bagaimana efektifitas modul kimia pokok bahasan Reaksi Redoks digunakan sebagai sumber belajar kimia SMK kelas X semester 2? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengembangan modul kimia SMK berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pokok bahasan Reaksi Redoks. 2. Menguji kelayakan modul kimia SMK berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pokok bahasan Reaksi Redoks sebagai bahan ajar untuk siswa SMK kelas X. 3. Mengetahui efektifitas modul kimia SMK berbasis Contextial Teaching and Learning (CTL) pokok bahasan Reaksi Redoks digunakan sebagai sumber belajar kimia SMK kelas X. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi peserta didik : Dapat digunakan sebagai sumber belajar penunjang untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran Reaksi Redoks, mendalami konsep yang telah dimiliki serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bagi guru : Dapat digunakan sebagai sarana penunjang dalam kegiatan pembelajaran kimia materi pokok Reaksi Redoks di sekolah.
digilib.uns.ac.id 5 3. Bagi sekolah : Dapat membantu menyediakan sumber belajar bagi peserta didik sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Bagi ilmu pengetahuan : Dapat mendukung perkembangan ilmu kimia dengan menyediakan modul untuk mempelajari ilmu kimia pokok bahasan Reaksi Redoks. E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Produk pengembangan ini memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Modul Kimia SMK kelas X semester 2 materi pokok Reaksi Redoks disusun berdasarkan kurikulum KTSP 2006. 2. Modul Kimia SMK kelas X semester 2 materi pokok Reaksi Redoks berbentuk media cetak dengan ukuran A4. 3. Modul secara garis besar berisi. a. Bagian awal, dituliskan: (1) judul modul dan desain sampul luar (2) sampul dalam, (3) kata pengantar, (4) daftar isi. b. Bagian inti, dituliskan : (1) pendahuluan; yang meliputi diskripsi modul, prasyarat mempelajari modul, cara penggunaan modul, dan tujuan akhir penggunaan modul, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran, (2) kegiatan pembelajaran yang berisi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa yang disesuaikan dengan komponen dalam CTL, (4) konsep kimia yang berkaitan dengan Reaksi Redoks. c. Bagian akhir sebagai penutup berisi: (1) kunci jawaban, (2) glosarium, dan (3) daftar pustaka. 4. Modul Kimia SMK kelas X semester 2 materi pokok Reaksi Redoks yang memenuhi empat komponen penilaian kualitas: a. Komponen kelayakan materi b. Komponen kebahasaan c. Komponen kontekstual d. Komponen penyajian 5. Modul yang disusun memiliki tampilan yang menarik, selain diberikan materi juga disertai contoh aplikasi dalam kehidupan commit sehari-hari. to user
digilib.uns.ac.id 6 6. Diadaptasi dari kerangka modul kimia SMK yang relevan. F. Asumsi dan Keterbatasan Asumsi Pengembangan ini, yaitu: 1. Para validator memberikan penilaian secara obyektif 2. Para siswa mengisi lembar angket respon terhadap modul dan memberikan penilaian dengan obyektif dan jujur. 3. Guru menggunakan pendekatan CTL dalam pembelajaran kimia menggunakan produk modul Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka diberi batasan sebagai berikut : 1. Pengembangan modul kimia sebagai bahan ajar untuk SMK bidang keahlian Agrobisnis dan agroteknologi berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) khusus untuk siswa 2. Modul berisi materi kimia kelas X semester 2 pokok bahasan Reaksi Redoks. 3. Tahapan dalam R&D hanya sampai pada tahap ke-9 4. Uji efektifitas hanya dilakukan di 1 sekolah G. Definisi Operasional Istilah-istilah operasional yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini antara lain: 1. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. 2. Modul Kimia SMK kelas X semester 2 merupakan modul yang berisi materi pokok Reaksi Redoks yang akan dinilai kualitasnya berdasarkan penilaian reviewer sehingga dapat diketahui kualitasnya. 3. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata; memotivasi peserta didik menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
digilib.uns.ac.id 7 (transfer belajar) dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain terutama pada bidang keahlian agrobisnis dan agroteknologi. 4. Kualitas penilaian modul ditinjau dari komponen kelayakan materi/isi, penyajian, kontekstual dan bahasa. 5. Pengujian keefektifan modul diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
digilib.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id 9