BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia setiap hari tidak lepas dari zat-zat kimia. Ilmu kimia termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan teknik tes dan non-tes. Dalam teknik tes misalnya pemberian beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang inovatif berbasis kontekstual banyak diperlukan dalam pengajaran kmia untuk menyelaraskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilaksanakan saat ini sebagai upaya untuk. bangsa. Elemen dalam pendidikan yang paling utama yaitu proses

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar mempunyai. sebagai wadah untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pendidikan, Indonesia masih menghadapi berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006, Standar Isi, Hlm. 19 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah ini sudah lama dicoba di atasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor mempengaruhi keberhasilan pendidikan tanpa diketahui faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SUHU, PEMUAIAN DAN KALOR.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha untuk membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), maka

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan. Salah satu hal yang perlu dilakukan guru dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. ujian akhir semester (UAS) ganjil T.A 2011/2012. Ujian Akhir Semester Ganjil TB Rerata Kelas SMP Negeri 2 Pahae Julu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru menjadi komponen yang sangat penting untuk menciptakan

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dibina manusia Indonesia baru yang berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar. Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah

METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan LKS Fisika Berbasis KPS.

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena manusia setiap hari tidak lepas dari zat-zat kimia. Ilmu kimia termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan zat yaitu komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dina-mika dan energetika zat. Ilmu Kimia meliputi produk, proses, dan sikap. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsipprinsip kimia (Depdiknas, 2006). Pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Namun kenyataannya, pembelajaran kimia yang berlangsung hanya memperhatikan kimia sebagai produk tanpa mempelajari kimia sebagai proses dan sikap terlebih dahulu, sehingga pelajaran kimia sering dianggap sulit oleh siswa. Kimia merupakan salah satu kelompok mata pelajaran adaptif. Kimia di SMK Bidang Keahlian Agrobisnis dan Agroteknologi sangat diperlukan sebagai mata pelajaran penunjang untuk mempelajari pelajaran produktif. Pembelajaran di SMK lebih mengarahkan siswa kepada keterampilan sehingga dalam memahami materi pelajaran kimia harus dikaitkan dengan Program Studi Keahlian yang akan didalami. Materi reaksi redoks sangat erat hubungannya dengan Bidang Keahlian Agrobisnis dan Agroteknologi yaitu reaksi pada pengolahan dan pengawetan bahan pangan. Siswa memerlukan dasar pengetahuan mengenai reaksi redoks sebagai bekal untukl dikembangkan pada mata pelajaran produktif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada bulan Maret 2015 dengan guru kimia yang mengajar di SMK N Kebonagung menunjukkan bahwa siswa menganggap ilmu kimia sebagai sesuatu yang abstrak dan rumit sehingga minat belajar mereka rendah. Hal ini menyebabkan hasil belajar yang dicapai rendah bahkan sebagian siswa tidak tuntas. Hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya siswa yang nilainya berada dibawah KKM. Salah satu materi kimia yang nilainya rendah adalah materi reaksi redoks. Hasil belajar yang rendah dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran kimia materi commit redoks to pada user tahun pelajaran 2013/2014. Dari

digilib.uns.ac.id 2 hasil nilai ulangan harian pada materi reaksi redoks diperoleh bahwa hanya 30% siswa yang nilainya berada diatas KKM. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di SMK N Ngadirojo. Di sekolah tersebut masih terdapat ketidaktuntasan nilai mata pelajaran kimia pada materi Reaksi Redoks sebesar 32,14%. Materi Reaksi Redoks di SMK dianggap pelajaran yang abstrak, dan menyangkut reaksi-reaksi kimia. Siswa diberi fakta-fakta dan konsep-konsep yang kelihatannya tidak berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari (Brist, 2012). Hasil wawancara dengan guru kimia pada bulan Maret 2015 di SMK N Kebonagung dan SMK N Ngadirojo menyebutkan bahwa pembelajaran yang dilakukan saat ini masih cenderung menggunakan metode konvensional. Proses pembelajaran juga terkendala dengan sulitnya memperoleh sumber belajar yang sesuai untuk SMK, baik berupa buku teks maupun LKS, sehingga siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya, belajar yang sesungguhnya (the real learning) perlu adanya sumber belajar yang sesuai. Sementara di lapangan sumber belajar khususnya SMK sangat terbatas. Dalam forum MGMP para guru juga mengeluhkan adanya sumber buku yang terbatas untuk mata pelajaran kimia SMK. Melihat kondisi tersebut maka perlu adanya sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa. Salah satunya adalah tersedianya modul. Modul yang dibutuhkan oleh SMK adalah modul yang tidak hanya berisi konsep-konsep sains, tetapi modul yang mendukung materi produktif yang mereka terima dan dapat mengakomodasi pengalaman siswa, sehingga siswa dapat mengkontruksi konsep sendiri dan melatih mereka untuk dapat memecahkan masalah serta mampu menghubungkan konsep yang diperoleh dengan kehidupan nyata. Sehingga diperlukan inovasi dalam mengembangkan modul yang digunakan dalam pembelajaran kimia. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara materi yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan dalam kehidupan (Bern and Erickson, 2001). Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode konvensional. Para pesetra didik juga mengalami kesulitan dalam menstransfer pengetahuan dan konsep untuk suatu kondisi yang baru (King et al., 2008, Brist, 2012). Hal ini menyebabkan minat belajar siswa terhadap pelajaran kimia kurang. Kurikulum SMK mempersiapkan siswa untuk

digilib.uns.ac.id 3 mendapatkan ilmu yang sifatnya aplikatif, maka diperlukan suatu pembelajaran yang dapat menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan mereka tinggal sehingga konsep yang diterima akan lebih mudah untuk dipahami. Menyikapi fenomena tersebut, maka perlu dilakukan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Pembelajaran harus memberikan pengalaman belajar, melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan siswa dengan sumber belajar. Di dalam pembelajaran, perlu adanya variasi media, sumber belajar, metode, strategi dan pendekatan yang tepat agar menumbuhkan semangat peserta didik, membantu peserta didik untuk belajar dengan menyenangkan, mengurangi kebosanan dan menumbuhkan ketertarikan, sehingga belajar itu menjadi suatu hal yang menyenangkan bukan menjadi beban bagi peserta didik. Salah satu alternatif pembelajaran yang berorentasi pada keaktifan siswa adalah pembelajaran yang mengaitkan materi dengan apa yang terdapat di lingkungan sekitar siswa itu sendiri. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah Contextual Teaching and Learning (CTL). Dari analisis kebutuhan akan sumber belajar dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses maupun hasil belajar peserta didik, peneliti melakukan penelitian pengembangan untuk menghasilkan produk yang dapat di manfaatkan di sekolah. Produk yang dikembangkan berupa modul kimia untuk SMK. Dengan adanya pengembangan modul ini diharapkan dapat menjadi suatu alternatif sumber belajar mandiri bagi peserta didik Dalam pengembangannya, modul dikolaborasikan dengan model pembelajaran yang sesuai. yaitu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa agar berperan aktif dalam proses belajar mengajar di sekolah. Model pembelajaran CTL mempersiapkan peserta didik belajar di lingkungan yang kompleks dan sebagai persiapan mereka untuk menghadapi masa depan (Glynn et al., 2004). Berdasarkan permasalahan diatas maka dilakukan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Modul Kimia SMK Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Materi Reaksi Redoks

digilib.uns.ac.id 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan urutan dan batasan masalah yang akan diteliti di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengembangan modul kimia pokok bahasan Reaksi Redoks berbasis pendekatan Contextual Teaching and Learning? 2. Bagaimana kelayakan modul kimia pokok bahasan Reaksi Redoks digunakan sebagai sumber belajar SMK kelas X semester 2? 3. Bagaimana efektifitas modul kimia pokok bahasan Reaksi Redoks digunakan sebagai sumber belajar kimia SMK kelas X semester 2? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengembangan modul kimia SMK berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pokok bahasan Reaksi Redoks. 2. Menguji kelayakan modul kimia SMK berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pokok bahasan Reaksi Redoks sebagai bahan ajar untuk siswa SMK kelas X. 3. Mengetahui efektifitas modul kimia SMK berbasis Contextial Teaching and Learning (CTL) pokok bahasan Reaksi Redoks digunakan sebagai sumber belajar kimia SMK kelas X. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi peserta didik : Dapat digunakan sebagai sumber belajar penunjang untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran Reaksi Redoks, mendalami konsep yang telah dimiliki serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bagi guru : Dapat digunakan sebagai sarana penunjang dalam kegiatan pembelajaran kimia materi pokok Reaksi Redoks di sekolah.

digilib.uns.ac.id 5 3. Bagi sekolah : Dapat membantu menyediakan sumber belajar bagi peserta didik sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Bagi ilmu pengetahuan : Dapat mendukung perkembangan ilmu kimia dengan menyediakan modul untuk mempelajari ilmu kimia pokok bahasan Reaksi Redoks. E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Produk pengembangan ini memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Modul Kimia SMK kelas X semester 2 materi pokok Reaksi Redoks disusun berdasarkan kurikulum KTSP 2006. 2. Modul Kimia SMK kelas X semester 2 materi pokok Reaksi Redoks berbentuk media cetak dengan ukuran A4. 3. Modul secara garis besar berisi. a. Bagian awal, dituliskan: (1) judul modul dan desain sampul luar (2) sampul dalam, (3) kata pengantar, (4) daftar isi. b. Bagian inti, dituliskan : (1) pendahuluan; yang meliputi diskripsi modul, prasyarat mempelajari modul, cara penggunaan modul, dan tujuan akhir penggunaan modul, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran, (2) kegiatan pembelajaran yang berisi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa yang disesuaikan dengan komponen dalam CTL, (4) konsep kimia yang berkaitan dengan Reaksi Redoks. c. Bagian akhir sebagai penutup berisi: (1) kunci jawaban, (2) glosarium, dan (3) daftar pustaka. 4. Modul Kimia SMK kelas X semester 2 materi pokok Reaksi Redoks yang memenuhi empat komponen penilaian kualitas: a. Komponen kelayakan materi b. Komponen kebahasaan c. Komponen kontekstual d. Komponen penyajian 5. Modul yang disusun memiliki tampilan yang menarik, selain diberikan materi juga disertai contoh aplikasi dalam kehidupan commit sehari-hari. to user

digilib.uns.ac.id 6 6. Diadaptasi dari kerangka modul kimia SMK yang relevan. F. Asumsi dan Keterbatasan Asumsi Pengembangan ini, yaitu: 1. Para validator memberikan penilaian secara obyektif 2. Para siswa mengisi lembar angket respon terhadap modul dan memberikan penilaian dengan obyektif dan jujur. 3. Guru menggunakan pendekatan CTL dalam pembelajaran kimia menggunakan produk modul Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka diberi batasan sebagai berikut : 1. Pengembangan modul kimia sebagai bahan ajar untuk SMK bidang keahlian Agrobisnis dan agroteknologi berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) khusus untuk siswa 2. Modul berisi materi kimia kelas X semester 2 pokok bahasan Reaksi Redoks. 3. Tahapan dalam R&D hanya sampai pada tahap ke-9 4. Uji efektifitas hanya dilakukan di 1 sekolah G. Definisi Operasional Istilah-istilah operasional yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini antara lain: 1. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. 2. Modul Kimia SMK kelas X semester 2 merupakan modul yang berisi materi pokok Reaksi Redoks yang akan dinilai kualitasnya berdasarkan penilaian reviewer sehingga dapat diketahui kualitasnya. 3. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata; memotivasi peserta didik menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan

digilib.uns.ac.id 7 (transfer belajar) dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain terutama pada bidang keahlian agrobisnis dan agroteknologi. 4. Kualitas penilaian modul ditinjau dari komponen kelayakan materi/isi, penyajian, kontekstual dan bahasa. 5. Pengujian keefektifan modul diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

digilib.uns.ac.id 8

digilib.uns.ac.id 9