BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian adalah KAP yang berada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia Internasional guna bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

REKAN PERSEKUTUAN Akuntan Publik: 1. AMAN HERMAWAN No.Reg.Izin AP.0531 (Pemimpin Cabang, OJK Bank)

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

No. Reg. Izin AP.0074 (Pemimpin Cabang)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

2015 PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA PROFESI TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi profesionalisme yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian (

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi akuntan publik juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntansi merupakan profesi yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang independen dan berkompeten dalam bidang keuangan yang. auditing disebut auditor atau yang sering disebut akuntan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk melaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi para pengguna laporan keuangan, profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik atau merupakan profesi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. ikut sertanya pemerintah dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA). Ikut sertanya

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan pendapat Sugiyono (2004) mendefinisikan objek penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan (Krisnawati, 2009:1). FASB (Financial Accounting Standard

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa negara di Asia

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku umum atau belum.

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dunia usaha sekarang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelanggannya baik bisnis, manufaktur maupun jasa. Ketika keinginan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga yang menunjukkan sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya dari klien. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendapat izin usaha berdasarkan undang-undang (Tuanakotta, 2015:10). Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 Bab I Pasal 1 Tentang Akuntan Publik, Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha. Sedangkan Akuntan Publik menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 Bab I Pasal 1 adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik. Dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2011 Bab II dijelaskan bahwa jenis jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik terdiri dari jasa assurance dan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kantor Akuntan Publik (KAP) berada di dalam lembaga Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau Indonesian Institute of Certified Public Accountants (IICPA), mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang, dimulai dari didirikannya Ikatan Akuntan Indonesia di tahun 1957 yang merupakan perkumpulan akuntan Indonesia yang pertama. Perkembangan profesi dan organisasi Akuntan Publik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan perekonomian, dunia usaha dan investasi baik asing maupun domestik, pasar modal serta pengaruh global. Secara garis besar tonggak sejarah perkembangan profesi dan organisasi akuntan publik di Indonesia memang sangat dipengaruhi oleh perubahan perekonomian negara pada khususnya dan perekonomian dunia pada umumnya. Kode etik profesi yang digunakan untuk mengatur akuntan publik dalam menjalankan profesinya adalah Standar Profesional 1

Akuntan Publik (SPAP). Auditor juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur mengenai tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Dalam menilai kewajaran laporan keuangan klien, akuntan publik berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adopsi International Financial Accounting Standard (IFRS) yang berlaku di Indonesia secara bertahap atau sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Untuk mengetahui kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik, peneliti mengambil objek penelitian yaitu auditor yang ada di Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung. Alasan peneliti mengambil penelitian di Bandung karena terdapat beberapa Kantor Akuntan Publik yang mendapat sanksi pembekuan izin akuntan publik. Selain itu, Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung memiliki jumlah Kantor Akuntan Publik terbanyak ketiga di Indonesia setelah Jakarta (255 KAP) dan Surabaya (43 KAP). Terdapat 30 Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung yang aktif sesuai data keanggotaan IAPI tahun 2017 (www.iapi.or.id). Berikut ini perincian Kantor Akuntan Publik yang ada di Bandung: Tabel 1.1 Daftar Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung Nomor Nama Kantor Akuntan Publik (KAP) 1 Abubakar Usman & Rekan (Cab) 2 Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry (Cab) 3 AF. Rachman & Soetjipto WS. 4 Asep Rianita Manshur & Suharyono (Cab) 5 Drs. Dadi Muchidin 6 Djoemarma, Wahyudin & Rekan 7 Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali (Cab) 8 Ekamasni, Bustaman & Rekan (Cab) 9 Drs. Gunawan Sudradjat (Bersambung) 2

(Sambungan) 10 Dr. H. TB Hasanuddin, MSc & Rekan 11 Dr. H. E.R.Suhardjadinata & Rekan 12 Heliantono & Rekan 13 Jojo Sunarjo & Rekan 14 Drs. Joseph Munthe, MS 15 Drs. Karel & Widyarta 16 Karianton Tampubolon, S.E., M.Acc., Ak., CA., CPA 17 Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 18 Drs. LA Midjan & Rekan 19 Moch. Zainuddin, Sukmadi & Rekan 20 Dr. Moh. Mansur SE. MM. Ak 21 Drs. Atang Djaelani 22 Drs. R. Hidayat Effendy 23 Derdjo Djony Saputro 24 Roebiandini & Rekan 25 Ronald Haryanto 26 Sabar & Rekan 27 Drs. Sanusi & Rekan 28 Sugiono Poulus, SE, Ak, MBA 29 Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (Cab) 30 Dra. Yati Ruhiyati Sumber : www.iapi.or.id (2017) 1.2 Latar Belakang Penelitian Menurut Arens dalam Amir Abadi (2012:4) menyatakan bahwa audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten, independen dan memiliki due professional care. 3

Untuk menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik, maka auditor harus melaksanakan tugas auditnya dengan berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor baik pelatihan dan kecakapan teknis yang memadai untuk melaksanakan prosedur audit, sedangkan standar pekerjaan lapangan dan pelaporan berkaitan dengan pengumpulan bukti dan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya, auditor harus menyiapkan laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk pengungkapan informatif. Menurut De Angelo dalam Kurnia, dkk (2014) kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Seorang auditor dalam menemukan pelanggaran harus memiliki kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional. Seorang auditor harus mempunyai standar umum dalam pengetahuan dan keahlian dalam bidang akuntan untuk menjalankan profesinya berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan. Dalam melakukan tugasnya auditor telah mengikuti standar audit dan kode etik akuntan yang relevan. Kemungkinan seorang auditor dalam menemukan pelanggaran yang terjadi tergantung pada kompetensi auditor tersebut. Sedangkan kemungkinan melaporkan pelanggaran, tergantung pada independensi auditor tersebut. Kualitas audit juga erat kaitannya dengan due professional care, karena ketika auditor ingin menghasilkan laporan audit yang berkualitas, auditor harus menerapkan due professional care dalam setiap penugasan auditnya. Penugasan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Kualitas audit sangatlah penting, karena dengan kualitas audit yang dihasilkan tinggi maka akan menghasilkan laporan yang dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan dalam perusahaan. 4

Profesi akuntan publik dituntut agar meningkatkan kinerjanya untuk mendapatkan hasil audit yang dapat diandalkan dan digunakan kebenarannya bagi pihak yang berkepentingan. Karena kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik saat ini semakin meningkat, maka akuntan publik harus memperhatikan kualitas auditnya. Kualitas yang baik mampu mendongkrak citra perusahaan di mata masyarakat. Tetapi sering kali pihak manajemen perusahaan memakai kepentingan pribadinya dalam menyajikan informasi keuangan yang dapat menguntungkan bagi mereka dan juga ketidakjujuran dalam penyusunan laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kantor akuntan publik yang besar akan memberikan kualitas audit yang baik daripada kantor akuntan publik yang kecil. Hal ini dikarenakan kantor akuntan publik yang besar lebih mementingkan reputasi mereka, sehingga kredibilitas yang diberikan lebih baik. Sangatlah besar dampak apabila auditor tidak memperhatikan kualitas audit atas laporan keuangan tersebut. Dampak yang dihadapi auditor apabila melalaikan kualitas audit yaitu auditor memberikan pendapat salah terhadap laporan keuangan. Selain itu juga akan berdampak bagi pengguna informasi atau masyarakat, sehingga akan membuat pengguna informasi mengambil keputusan yang salah. Pada beberapa tahun terakhir ini, peran auditor menjadi sorotan banyak pihak. Hal ini dikarenakan banyaknya skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik. Skandal keuangan yang terjadi diluar negeri maupun dalam negeri telah memberikan dampak yang buruk pada pandangan masyarakat terhadap akuntan publik. Akuntan publik merupakan pihak independen yang berperan sebagai jembatan yang memberikan kepercayaan kepada publik dan menjamin kualitas bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Namun pada kenyataannya, banyak akuntan publik yang terlibat dalam skandal keuangan dan tidak memperhatikan kualitas auditnya. Kasus yang belakangan menjadi sorotan publik adalah Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Ardi, Sukimto dan Rekan yang mendapatkan sanksi pembekuan izin akuntan publik sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 445/KM.1/2015 karena Akuntan Publik Ben Ardi, CPA belum 5

sepenuhnya mematuhi Standar Audit (SA)-SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Bumi Citra Permai, Tbk Tahun Buku 2013. Berdasarkan ketentuan Pasal 63 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik, ketidakpatuhan sebagaimana dimaksud dikategorikan sebagai pelanggaran berat karena berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen. Keputusan Menteri Keuangan tentang Sanksi Pembekuan Izin Akuntan Publik Ben Ardi, CPA yang pertama adalah membekukan izin Akuntan Publik Ben Ardi, CPA yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 901/KM.1/2011 tanggal 15 Agustus 2011 untuk jangka waktu 6 bulan. Selama masa pembekuan izin, Akuntan Publik Ben Ardi, CPA dilarang memberikan jasa sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, dilarang menjadi Pemimpin Kantor Akuntan Publik atau Pemimpin Cabang Kantor Akuntan Publik dan tetap bertanggungjawab atas jasa yang telah diberikan. Selain fenomena di atas, terdapat fenomena kasus yang terjadi pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung. Kantor Akuntan Publik (KAP) Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata mendapatkan Sanksi Pembekuan Izin Akuntan Publik Dr. Drs. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KM.1/2017 karena belum sepenuhnya mematuhi peraturan perundang-undangan tentang Akuntan Publik dalam hal tidak diperoleh kertas kerja atau LAI yang diterbitkan untuk klien PDAM Tirta Galuh Kabupaten Ciamis tahun buku 2013 dan PDAM Tirta Anom Kota Banjar tahun buku 2013. Sanksi Pembekuan Izin Akuntan Pubiik Dr. Drs. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak. yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 868/KM.1/2016 tanggal 3l Agustus 2016 dengan Nomor Registrasi AP.0215 untuk jangka waktu 6 (enam) bulan. Akuntan Publik Drs. E. Ristandi Suhardjadinata, MM dari Kantor Akuntan Publik Dr. H. E.R. Suhardjadinata & Rekan juga melakukan pelanggaran terhadap standar audit dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT. Dana Pensiun Pos Indonesia (Danpenpos) untuk tahun buku 31 Desember 2007 yang berpotensi cukup signifikan terhadap laporan auditor independen dan PT. Jasa Sarana selama jangka 6

waktu 4 tahun berturut-turut dari tahun buku 2004-2007. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: KEP-44/KM.6/200 Akuntan Publik Drs. E. Ristandi Suhardjadinata, MM dibekukan untuk jangka waktu 6 (enam) bulan. Serangkaian kasus tersebut menambah sederetan kasus yang dilakukan oleh akuntan publik yang menyebabkan pencabutan izin usaha Kantor Akuntan Publik yang kemudian dipertanyakannya kualitas audit yang dihasilkan oleh Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa auditor yang memiliki kompetensi baik juga dapat melakukan kesalahan hingga pelanggaran yang dapat merugikan Kantor Akuntan Publik, klien dan bahkan auditor itu sendiri. UU No 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan juga menegaskan bahwa syarat-syarat kecapakan dan kewenangan setiap orang yang terjun dalam profesi akuntan publik harus lulusan Fakultas Ekonomi Peguruan Tinggi Negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan, akuntan tersebut terdaftar dalam register negara yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh izin menggunakan gelar akuntan dari departmen tersebut dan menjalankan pekerjaan auditor dengan memakai nama kantor akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diizinkan jika pemimpin kantor tersebut dipegang oleh beberapa orang akuntan. Ben Ardi sudah memenuhi kriteria yang terdapat dalam undang-undang tersebut, seperti lulusan Fakultas Ekonomi, terdaftar dalam register negara No.280/DPK/KAP/JKT/10/2010 dan merupakan rekanan dari Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Ardi, Sukimto dan Rekan sesuai dengan No. 1418/KM.1/2012 dan terdaftar di Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Namun hal tersebut tidak menjamin bahwa Ben Ardi mampu menemukan pelanggaran dan melaksanakan audit sesuai dengan standar audit agar pengungkapan dan pelaporan dapat dilakukan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh klien atau dengan kata lain, Ben Ardi tidak mampu menjaga kualitas auditnya. Menurut Rahayu (2013:2) kompetensi yaitu auditor harus mempunyai kemampuan, ahli dan berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang akan diambil. Sedangkan menurut Mulyadi (2014:25) standar 7

umum pertama mengatur persyaratan keahilan auditor dalam menjalankan profesinya yaitu auditor harus telah menjalani pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing. Standar umum ini meliputi kompetensi profesional yaitu akuntan publik hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak, diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional, kemudian standar umum yang kedua adalah wajib melakukan jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional. Untuk melindungi masyarakat dari adanya praktik-praktik akuntan publik yang tidak semestinya, pemerintah telah mengatur syarat-syarat kecakapan dan kewenangan setiap orang yang terjun dalam profesi akuntan publik dalam UU No. 34 Tahun 1954: 1. Akuntan harus sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan. Pertimbangan ini berada di tangan Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan. 2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register negara yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh izin menggunakan gelar akuntan dari departemen tersebut. 3. Menjalankan pekerjaan auditor dengan memakai nama kantor akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diizinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan. Di samping akuntan harus telah menjalani pendidikan formal sebagai akuntan seperti diatur dalam UU No. 34 tahun 1954 tersebut, standar umum yang pertama mensyaratkan akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan prosedur audit. Pendidikan formal akuntan publik dan pengalaman kerja dalam profesinya merupakan dua hal yang saling melengkapi. Oleh karena itu, jika seseorang memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Dari kasus yang penulis jabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan kemampuan dan keahlian yang tinggi tidak menjamin bahwa seorang auditor dapat 8

menemukan pelanggaran yang ada pada laporan keuangan kliennya. Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Ardi, Sukimto dan Rekan mendapatkan sanksi pembekuan izin akuntan publik sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 445/KM.1/2015 karena Akuntan Publik Ben Ardi, CPA belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit (SA)-SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Bumi Citra Permai, Tbk Tahun Buku 2013. Dari data sistem informasi akuntan publik yang penulis dapatkan, Ben Ardi merupakan akuntan publik yang sudah memiliki jabatan sebagai auditor dan sertifikat auditor sesuai dengan nomor No.280/DPK/KAP/JKT/10/2010, 7 Oktober 2010 (sumber:sikap.bpk.go.id). Dapat disimpulkan bahwa Ben Ardi merupakan auditor yang memiliki kemampuan, ahli, pengalaman, dan kecermatan yang memadai dalam menemukan pelanggaran yang terjadi pada kliennya. Namun pada kasus di atas, Ben Ardi justru tidak memenuhi Standar Audit (SA) dan hal tersebut berpengaruh signifikan terhadap laporan auditor independen. Kantor Akuntan Publik H. E.R Suhardjadinata mendapatkan Sanksi Pembekuan Izin Akuntan Publik Dr. Drs. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KM.1/2017 karena belum sepenuhnya mematuhi peraturan perundangundangan tentang Akuntan Publik dalam hal tidak diperoleh kertas kerja atau LAI yang diterbitkan untuk klien PDAM Tirta Galuh Kabupaten Ciamis tahun buku 2013 dan PDAM Tirta Anom Kota Banjar tahun buku 2013. Dengan tidak diperolehnya kertas kerja atau LAI yang diterbitkan untuk kliennya, dapat disimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik H. E.R Suhardjadinata tidak memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai yang seharusnya dimiliki oleh auditor, mengingat pelanggaran tersebut terjadi pada dua klien yaitu PDAM Tirta Galuh Kabupaten Ciamis dan PDAM Tirta Anom Kota Banjar. Sama seperti kasus Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Ardi, Sukimto dan Rekan, Kantor Akuntan Publik Dr. H.E.R Suhardjadinata juga sudah mendapatkan izin usaha nomor: 1510/KM.1/2011 dan Akuntan Publiknya juga sudah mendapatkan sertifikat auditor dan terdaftar di BPK RI. Namun, hal tersebut tidak menjamin bahwa ketika akuntan publik sudah memenuhi semua peraturan dan standar yang telah ditetapkan mampu 9

menghasilkan kualitas audit yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Selain itu, akuntan publik yang terdapat dalam Kantor Akuntan Publik ini juga memiliki pendidikan yang tinggi seperti Dr. H.E. Ristandi Suhardjadinata, Drs, MM, PIA, CPA, CA, Ak. sebagai pimpinan Kantor Akuntan Publik, H. Djaelani Hendrakusumah, Drs, CPA, CA, Ak. sebagai partner, Mugi Santosa, SE., CPAI, CA, Ak. dan Djodjo Sudradjat, Drs., CA, Ak sebagai auditor. Namun, pada kenyataannya dengan kompetensi tinggi dan gelar yang dimiliki oleh akuntan publik di Kantor Akuntan Publik Dr. H. E.R Suhardjadinata tidak menjamin bahwa kualitas audit yang dihasilkan akan semakin tinggi kualitasnya. Selain itu, kasus yang terdapat pada Kantor Akuntan Publik ini tidak hanya terjadi pada tahun ini saja. Akuntan Publik Drs. E. Ristandi Suhardjadinata, MM yang merupakan pimpinan Kantor Akuntan Publik ini juga pernah dibekukan izinnya karena melakukan pelanggaran terhadap standar audit dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT. Dana Pensiun Pos Indonesia (Danpenpos) untuk tahun buku per 31 Desember 2007 yang berpotensi cukup signifikan terhadap laporan auditor independen dan PT. Jasa Sarana selama jangka waktu 4 tahun berturut-turut dari tahun buku 2004-2007. Seharusnya dengan pendidikan yang telah dimiliki oleh akuntan publik tersebut, akuntan publik Dr. H.E. Ristandi Suhardjadinata, Drs, MM, PIA, CPA, CA, Ak. mampu melaksanakan audit sesuai dengan standar audit dan menemukan pelanggaran yang terdapat pada kliennya. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit adalah independensi. Menurut Ningsih (2013) independensi merupakan sikap mental yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan audit. Sedangkan menurut Standar umum kedua (SA dalam SPAP, 2013) menyatakan bahwa auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang berhubungan dengan audit. Mulyadi (2014:26) menjelaskan bahwa independensi adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti bahwa adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. 10

Dari kasus yang telah dijabarkan penulis tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntan publik Ben Ardi tidak memiliki sikap yang independen karena Ben Ardi memihak kliennya dan melanggar standar audit yang telah ditetapkan dan dapat dipengaruhi oleh pihak lain untuk kepentingan pribadi. Apabila Akuntan Publik Ben Ardi memiliki sikap independen dengan tidak memihak dalam melakukan audit, maka Akuntan Publik Ben Ardi dari Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Ardi, Sukimto dan Rekan tidak akan dikenakan sanksi pembekuan izin akuntan publik sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 445/KM.1/2015. Kasus yang terjadi pada Kantor Akuntan Publik H. E.R Suhardjadinata & Rekan menunjukkan bahwa tidak adanya sikap independen dalam diri akuntan publik tersebut sehinggga Akuntan Publik Drs. E. Ristandi Suhardjadinata, MM dari Kantor Akuntan Publik Dr. H. E.R. Suhardjadinata & Rekan juga melakukan pelanggaran terhadap standar audit dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT. Dana Pensiun Pos Indonesia (Danpenpos) untuk tahun buku per 31 Desember 2007 yang berpotensi cukup signifikan terhadap laporan auditor independen dan PT. Jasa Sarana selama jangka waktu 4 tahun berturut-turut dari tahun buku 2004-2007. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan Kantor Akuntan Publik H. E.R Suhardjadinata & Rekan tidak memiliki mental independen yaitu sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasa tersebut, sehingga banyak Kantor Akuntan Publik yang tergiur untuk memuaskan keinginan kliennya dengan cara memihak kliennya. Kemudian, mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien, tidak heran beberapa Kantor Akuntan Publik memilih untuk tidak menjalankan standar audit yang berlaku dalam pelaksanaan auditnya dan tidak melaporakan pelanggaran yang mungkin terjadi. Dapat dilihat ketika Kantor Akuntan Publik H. E.R Suhardjadinata & Rekan melakukan pelaksanaan audit pada PT. Jasa Sarana, Kantor Akuntan Publik ini melakukan pelanggaran selama 4 tahun berturut-turut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pihak lain yang ingin mencari keuntungan dan bekerja sama dengan akuntan publik Drs. E. Ristandi Suhardjadinata, MM sehingga pada akhirnya pelanggaran tersebut tidak dilaporkan. 11

Faktor terakhir yang mempengaruhi kualitas audit adalah due professional care. Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Menurut PSA No.04 (SA Seksi 230) standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif. Due professional care merupakan hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Dari kasus Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Ardi, Sukimto & Rekan dan juga Kantor Akuntan Publik H.E.R Ristandi Suahrdjadinata, dapat disimpulkan bahwa kedua Kantor Akuntan Publik ini tidak memiliki kemahiran profesional dengan cermat dan seksama di mana akuntan publik Ben Ardi dari Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Ardi, Sukimto & Rekan serta Drs. E. Ristandi Suhardjadinata dari Kantor Akuntan Publik H. E.R Suhardjadinata & Rekan tidak melaksanakan skeptisme profesional. Akuntan Publik pada dua Kantor Akuntan Publik tersebut tidak mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis mengenai bukti audit yang ada tetapi justru bekerja sama oleh pihak lain untuk menutupi adanya kesalahan ataupun pelanggaran yang terjadi pada kliennya sehingga kedua Kantor Akuntan Publik tersebut dibekukan izinnya karena melakukan pelanggaran terhadap standar audit dalam pelaksanaan audit. Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai kompetensi seperti penelitian yang dilakukan oleh Octaviana (2013) yang menyebutkan bahwa 12

kompetensi auditor secara parsial berpengaruh positif secara signifikan terhadap kualitas audit. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjun et. al. (2012) yang menyebutkan bahwa kompetensi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Dewa (2015) menyebutkan bahwa kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Cut Mufty (2017) menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Novia (2015) menunjukkan bahwa independensi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian Restu Agusti dan Nastia (2013) menunjukkan bahwa profesionalisme memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini berbeda dengan penelitian Eka Novia (2015) yang menunjukkan bahwa due professional care tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian terkait hubungan kompetensi, independensi dan due professional care auditor terhadap kualitas audit ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Cut Mufty (2017) yang berjudul pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada pembahasan variabelnya dimana peneliti sebelumnya meneliti tentang kompetensi dan independensi. Sedangkan peneliti meneliti menambah satu variabel due professional care, sehingga pembahasan variabel peneliti yaitu kompetensi, independensi dan due professional care. Berdasarkan uraian terdahulu maka peneliti ingin meneliti kembali dengan judul Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit pada Auditor Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung 1.3 Perumusan Masalah Kualitas audit merupakan pelaksanaan audit yang harus dilakukan sesuai dengan standar audit agar pengungkapan dan pelaporan dapat dilakukan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh klien. Dalam melakukan tugasnya, auditor telah mengikuti standar audit dan kode etik akuntan yang relevan. Kemungkinan 13

seorang auditor dalam menemukan pelanggaran yang terjadi tergantung pada kompetensi auditor tersebut. Sedangkan kemungkinan melaporkan pelanggaran, tergantung pada independensi auditor tersebut. Kualitas audit juga erat kaitannya dengan due professional care. Penugasaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Di dalam melaksanakan suatu aktivitas audit, auditor dituntut dapat mencerminkan kompetensinya untuk klien dengan profesional yang tinggi. Selain dituntut harus memiliki kompetensi yang tinggi, seorang auditor dituntut pula untuk memiliki independensi dan due professional care yang tinggi agar tidak mudah dipengaruhi oleh klien. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang di atas ternyata auditor yang memiliki kompetensi yang baik tidak menjamin auditor untuk memiliki kualitas audit yang tinggi dalam mengaudit laporan keuangan. Akuntan publik merupakan pihak independen yang berperan sebagai jembatan yang memberikan kepercayaan kepada publik dan menjamin kualitas bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Namun pada kenyataannya, banyak akuntan publik yang terlibat dalam skandal keuangan dan tidak memperhatikan kualitas auditnya. Kemudian, dengan adanya due professional care yang tinggi seharusnya kualitas audit dalam mengaudit laporan keuangan juga akan semakin berkualitas. Namun, pada kenyataannya terdapat banyak akuntan publik yang tidak memiliki due professional care yang cermat dan seksama sehingga kurangnya keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kompetensi, independensi, due professional care dan kualitas audit pada auditor Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung? 2. Bagaimanakah pengaruh secara simultan kompetensi auditor, independensi auditor dan due professional care terhadap kualitas audit? 14

3. Bagaimanakah pengaruh secara parsial kompetensi auditor terhadap kualitas audit? 4. Bagaimana pengaruh secara parsial independensi auditor terhadap kualitas audit? 5. Bagaimana pengaruh secara parsial due professional care terhadap kualitas audit? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana kompetensi auditor, independensi auditor, due professional care dan kualitas audit pada auditor Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor, independensi auditor dan due professional care secara simultan terhadap kualitas audit pada auditor di Kantor Akuntan Publik wilayah kota Bandung. 3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor secara parsial terhadap kualitas audit pada auditor di Kantor Akuntan Publik wilayah kota Bandung. 4. Untuk mengetahui pengaruh independensi auditor secara parsial terhadap kualitas audit pada auditor di Kantor Akuntan Publik wilayah kota Bandung. 5. Untuk mengetahui pengaruh due professional care secara parsial terhadap kualitas audit pada auditor di Kantor Akuntan Publik wilayah kota Bandung. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis terhadap berbagai pihak mana pun, adapun manfaat yang diberikan oleh penelitian ini adalah sebagai berikut: 15

1.6.1 Aspek Teoritis 1. Bagi pihak akademis Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai penelitian akuntansi khususnya bagian auditing yang menyangkut dengan hal-hal yang berpengaruh terhadap kualitas audit. 2. Bagi pihak peneliti selanjutnya Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai hal-hal yang berpengaruh terhadap kualitas audit. 1.6.2 Aspek Praktis Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat digunakan oleh Kantor Akuntansi Publik sebagai masukan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas audit pada saat melakukan pengauditan. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik di Bandung yang terdaftar di website Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) di Bandung sesuai data terakhir tahun 2017 dipilih menjadi objek penelitian dengan jumlah 30 KAP. 1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian Waktu penelitian dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner hingga pengambilan kuesioner dilakukan dari bulan Oktober s.d. bulan November 2017. Periode penelitian ini dilakukan selama satu bulan. 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Untuk memberikan gambaran tentang materi yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, perlu dibuat sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut: 16

BAB I: PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan mengenai landasan teori penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran serta hipotesis yang disajikan dalam penelitian ini. BAB III: METODELOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode yang berisi penjelasan variabel penelitian dan definisi operasional, popolasi dan sampel, jenis dan sumber data, penentuan teknik pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian serupa di masa yang akan datang. 17

18 (Halaman ini sengaja dikosongkan)